Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pengobatan Pasien Kritis & Parah Covid-19 Jauh Lebih Baik Dibanding Saat Awal Pandemi

Pengobatan Pasien Kritis & Parah Covid-19 Jauh Lebih Baik Dibanding Saat Awal Pandemi Penanganan pasien virus corona di Wuhan. ©THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO/Handout via REUTERS

Merdeka.com - Para dokter saat ini mampu menangani kasus parah virus corona dengan jauh lebih baik dibandingkan saat pandemi baru dimulai, yang bisa menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini disampaikan sejumlah pakar di Prancis dan Amerika Serikat (AS).

Para pakar menyampaikan kepada AFP, berhasilnya pengobatan melibatkan steroid dan penggunaan pengencer darah termasuk menghindari intubasi, sebuah metode yang berisiko menyebabkan komplikasi.

"Banyak kemajuan telah dihasilkan," jelas Presiden Perkumpulan Perawatan Intensif Prancis, Eric Maury, dikutip dari AFP, Rabu (9/9).

"Kemampuan untuk tetap hidup meningkat pesat di AS," tambah Kepala Divisi Penyakit Infeksi ProHEALTH Care Associates, Daniel Griffin.

ProHEALTH Care Associates merupakan sebuah kelompok beranggotakan 1.000 dokter yang mewakili 22 rumah sakit di wilayah New York.

"Kami tak hanya menyelamatkan sejumlah orang, kemampuan bertahan hidup, menunjukkan peningkatan di semua kelompok usia," lanjutnya.

Hal pertama dalam daftar peningkatan ini adalah obat-obatan. Sejak Juni, sejumlah penelitian menunjukkan manfaat steroid pada pasien yang sakit parah karena virus corona.

Angka Kematian Turun

Penelitian yang diterbitkan pada 2 September di jurnal kajian kedokteran AS, JAMA menemukan, angka kematian turun 21 persen pada pasien Covid-19 yang parah setelah pengobatan steroid selama 28 hari dibandingkan dengan mereka yang tidak diberi obat anti peradangan.

Tak ada obat lain yang menunjukkan pengurangan signifikan dalam angka kematian.

Temuan ini membuat WHO merekomendasikan kortikosteroid sistemik daripada tidak menggunakan kortikosteroid untuk pengobatan pasien Covid-19 yang parah dan kritis.

"Itu adalah pengobatan yang mampu menyelamatkan nyawa," kata salah satu penulis di JAMA, Djillali Annane dari rumah sakit Raymond-Poincare Prancis.

Perubahan positif lainnya ialah bahwa pengencer darah digunakan jauh lebih awal dan dengan cara yang jauh lebih agresif, kata Perkumpulan Anestesi dan Pengobatan Intensif Prancis, Marc Leone.

Itu membantu menghindari pembekuan darah, komplikasi serius dari Covid-19.

Selamat Tinggal Hydroxychloroquine

 Secara umum, "kami tidak melemparkan wastefel ke orang-orang, kami memperlakukan mereka dengan daftar obat dan intervensi yang lebih terbatas," jelas Griffin.

Itu berarti tak ada lagi hydroxychloroquine, obat kontroversial yang disarankan Presiden AS Donald Trump yang tak memiliki bukti atau penelitian ampuh mengobati pasien Covid-19.

Dan di luar pengobatan, kemajuan telah dibuat dalam merawat pasien yang sakit parah.

"Pada awalnya, mereka melakukan intubasi lebih awal. Sekarang lakukan apa saja untuk menghindari intubasi," kata Kiersten Henry, perawat di MedStar Montgomery Medical Center di AS.

Intubasi terdiri dari memasukkan selang ke tenggorokan pasien dan mengaitkannya ke ventilator.

Dalam beberapa kasus, ini tetap penting tetapi ini merupakan prosedur invasif yang dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi.

“Kami segera menyadari bahwa pasien yang menggunakan ventilator memiliki kemungkinan yang sangat rendah untuk bertahan hidup setelah keluar dari rumah sakit,” kata Griffin.

Di Jerman, sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Juli dalam tinjauan medis The Lancet menunjukkan bahwa 53 persen dari semua pasien Covid-19 yang menggunakan ventilator meninggal.

Angka itu naik menjadi 72 persen untuk mereka yang berusia di atas 80 tahun.

Maka muncullah alternatif - terapi oksigen aliran tinggi, teknik yang terdiri dari memberi pasien oksigen dalam jumlah besar melalui hidung.

"Itu sangat efisien, jauh lebih tidak invasif dan karena itu lebih mudah digunakan daripada intubasi," jelas Jean-Damien Ricard dari Rumah Sakit Louis-Mourier Prancis.

Dia memimpin penelitian yang diterbitkan di jurnal Intensive Care Medicine yang menunjukkan terapi oksigen lebih baik daripada intubasi pada lebih dari 30 persen pasien.

Sama seperti mereka yang diintubasi, pasien diberi terapi oksigen yang diletakkan di perut mereka untuk mendapatkan udara di zona belakang paru-paru, yang juga nampaknya cukup membantu.

Penelitian yang mengkonfirmasi peningkatan ini mungkin baru-baru ini, tetapi dokter telah mempraktikkannya lebih lama, dipandu oleh pengamatan medis.

Griffin mengatakan bahwa "ada perubahan total" pada intubasi, steroid, pengencer darah, dan hydroxychloroquine "dari awal Maret hingga awal April."

“Hal fundamental yang kami alihkan pada awal April justru bertolak belakang dengan rekomendasi awal Maret,” ujarnya.

"Saat penyakit baru muncul, awalnya kami tidak tahu harus berbuat apa, lalu berkembang pengetahuan setiap hari," kata Maury.

Namun meski ada perbaikan, para ahli memperingatkan optimisme berlebihan.

"Akan selalu ada kematian. Orang tidak boleh berpikir bahwa kami telah menemukan pengobatan untuk penyakit ini," kata Leone.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Satu Keluarga Diduga Alami Keracunan AC Mobil saat Mudik, Ketahui Langkah Antisipasinya Sebelum Perjalanan Jauh

Satu Keluarga Diduga Alami Keracunan AC Mobil saat Mudik, Ketahui Langkah Antisipasinya Sebelum Perjalanan Jauh

Viral satu keluarga pemudik diduga alami keracunan AC mobil hingga sebabkan kematian.

Baca Selengkapnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jenis Penyakit yang Sering Muncul Pasca Lebaran, Radang Tenggorokan Paling Banyak Terjadi

Jenis Penyakit yang Sering Muncul Pasca Lebaran, Radang Tenggorokan Paling Banyak Terjadi

Meskipun memikat untuk dinikmati, menu-menu lebaran sebaiknya dinikmati dengan porsi yang terkendali demi mencegah timbulnya sejumlah masalah kesehatan.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Kasus Covid-19 Meningkat di 21 Provinsi

Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Apa Perbedaan dari Istilah Akut dan Kronis pada Penyakit?

Apa Perbedaan dari Istilah Akut dan Kronis pada Penyakit?

Istilah akut dan kronis pada penyakit merujuk pada dua kondisi yang berbeda dan perlu kita pahami.

Baca Selengkapnya
Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.

Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.

Kombes Pol Yade Setiawan Sukses raih Doktor dan Pertahankan Disertasi Penanganan Covid 19.

Baca Selengkapnya
Jenis Semut Ini Mampu Menyembuhkan Diri dari Kematian dengan Liurnya

Jenis Semut Ini Mampu Menyembuhkan Diri dari Kematian dengan Liurnya

Penelitian terbaru mengungkapkan kehebatan alamiah semut ini dalam menangani risiko kematian yang diakibatkan oleh infeksi luka. Simak selengkapnya disini!.

Baca Selengkapnya