Peneliti: Demo Black Lives Matter Bukan Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di AS
Merdeka.com - Peneliti: Demo Black Lives Matter Bukan Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 di AS
Kendati ada peringatan dari pejabat kesehatan masyarakat, penelitian baru menemukan demo gerakan Black Lives Matter (BLM) di Amerika Serikat )(AS) bukan menjadi penyebab lonjakan kasus virus corona.
Penelitian baru, diterbitkan bulan ini oleh Biro Nasional Penelitian Ekonomi, menggunakan data saat unjuk rasa di lebih dari 300 kota besar di AS, dan tak menemukan bukti meningkatnya kasus virus corona dalam beberapa pekan menyusul dimulainya unjuk rasa.
Faktanya, para peneliti menetapkan perilaku jarak sosial benar-benar meningkat setelah unjuk rasa - ketika orang-orang mencoba untuk menghindari demo sepenuhnya. Namun yang jelas, demonstrasi ini menyebabkan penurunan jarak sosial di antara peserta pengunjuk rasa.
"Temuan kami menunjukkan bahwa setiap penurunan langsung jarak sosial di antara warga yang berpartisipasi dalam unjuk rasa diimbangi dengan meningkatnya perilaku jarak sosial di antara mereka yang dapat memilih untuk berdiam di rumah dan menghindari tempat-tempat umum saat unjuk rasa berlangsung," kata laporan tersebut, seperti dikutip dari CNN, Kamis (25/6).
Masih memungkinkan unjuk rasa bisa jadi menyebabkan peningkatan penyebaran virus di antara mereka yang menghadiri unjuk rasa, menurut laporan tersebut.
Para peneliti juga mencatat efek unjuk rasa terhadap penerapan jarak sosial dan perintah tinggal di rumah dapat menghilang ketika kekerasan dan ruang lingkup unjuk rasa menurun. Ketika unjuk rasa mulai berkurang, warga yang tak ikut aksi akan merasa lebih aman keluar rumah.
"Ada penjelasan lain yang mungkin untuk temuan kami, seperti menghindari bepergian ke luar rumah karena kemacetan lalu lintas atau penutupan jalan, atau karena kurangnya kegiatan dengan adanya penutupan usaha di dekat lokasi demo," demikian laporan penelitian tersebut.
Virus Corona Terus Menyebar
Penelitian ini muncul ketika data baru menunjukkan semakin banyak anak muda yang dites positif virus corona, terutama di negara-negara yang telah melonggarkan berbagai pembatasan dan mencabut lockdown.
Pada Senin, Florida melampaui 100.000 total kasus virus corona, menurut Departemen Kesehatan Florida.
Di California, lebih dari 35 persen dari kasus yang dikonfirmasi tercatat hanya dalam dua pekan terakhir, Gubernur Gavin Newsom mengatakan dalam konferensi pers pada Senin.
Di Texas, orang yang berusia di bawah 30 tahun merupakan mayoritas terkena Covid-19, kata Gubernur Greg Abbott pekan lalu. Abbott mengatakan, peningkatan jumlah anak muda yang terinfeksi itu bisa terkait dengan perayaan Memorial Day, kunjungan ke bar atau pertemuan lainnya.
Tidak seperti Eropa dan Asia, AS belum mampu mengendalikan pandemi - karena kasus terus meningkat di tengah perdebatan tentang penggunaan masker dan perlunya menjaga jarak sosial.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaSurvei ASI dilakukan di Jabodetabek pada 16-21 Desember dengan populasi penduduk 17-23 tahun dan 24-39 tahun.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebuah penelitian memperingatkan tingkat kesuburan di hampir setiap negara akan terlalu rendah untuk menopang populasi mereka pada akhir abad ini.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI: 38,1 Persen Publik Nilai Ekonomi Nasional Buruk, 37.9% Anggap Penegakan Hukum juga Buruk
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaKonvensi ini lahir sebagai tanggapan terhadap tantangan yang dihadapi oleh banyak negara yang berjuang untuk melawan diskriminasi rasial.
Baca Selengkapnya