Merdeka.com - Empat mantan presiden AS; Barack Obama, George W Bush, Bill Clinton, dan Jimmy Carter, mengecam para perusuh yang menyerbu Gedung Parlemen, Capitol, di Washington, DC. Penyerbuan ini memaksa para anggota parlemen dievakuasi. Para mantan presiden ini menekankan pentingnya peralihan kekuasaan secara damai.
"Sejarah dengan baik akan mengingat kekerasan hari ini di Capitol, dihasut oleh presiden menjabat yang terus menerus tanpa dasar berbohong atas hasil pemilu sah, sebagai sebuah peristiwa sangat tidak hormat dan memalukan bagi bangsa kita. Tapi kita berseloroh kalau kita menganggapnya sebagai kejutan," jelas Obama mengacu pada penerusnya, Trump, dikutip dari CNN, Kamis (7/1).
Para pendukung Trump menyerbu kompleks Capitol pada Rabu saat Kongres melakukan proses rekapitulasi suara elektoral dan menetapkan Joe Biden sebagai pemenang Pilpres.
Bush, presiden terakhir Partai Republik, mengatakan "beginilah hasil pemilu diperdebatkan di republik pisang - bukan republik demokratis kita."
"Saya terkejut dengan perilaku sembrono dari beberapa pemimpin politik sejak pemilu dan oleh kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan hari ini untuk institusi kita, tradisi kita, dan penegakan hukum kita. Serangan kekerasan terhadap Capitol - dan gangguan terhadap mandat konstitusional sidang Kongres - dilakukan oleh orang-orang yang hasratnya telah dibakar oleh kepalsuan dan harapan palsu," tegasnya.
Clinton, seorang Demokrat, menyebut kejadian itu sebagai "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Capitol kita, Konstitusi kita, dan negara kita."
"Serangan itu dipicu oleh lebih dari empat tahun politik beracun yang menyebarkan misinformasi yang disengaja, menabur ketidakpercayaan dalam sistem kita, dan mengadu domba rakyat Amerika satu sama lain. Korek api itu dinyalakan Donald Trump dan para pendukungnya yang paling bersemangat, termasuk banyak orang di Kongres, untuk membatalkan hasil pemilu yang mengalahkannya," cetus Clinton.
"Pemilu bebas, penghitungannya adil, hasilnya final. Kita harus melakukan peralihan kekuasaan secara damai sesuai amanat Konstitusi kita."
Tragedi Nasional
Carter, juga seorang Demokrat, mengatakan dia dan mantan ibu negara Rosalynn Carter sangat terganggu dengan kejadian ini.
"Ini adalah tragedi nasional dan ini bukan bangsa kita," katanya.
"Setelah mengamati pemilu di negara demokrasi bermasalah di seluruh dunia, saya tahu bahwa kita rakyat dapat bersatu untuk berjalan mundur dari jurang ini untuk menegakkan hukum negara kita secara damai, dan kita harus melakukannya. Kami bergabung dengan sesama warga negara dalam mendoakan resolusi damai agar bangsa kita dapat menyembuhkan dan menyelesaikan peralihan kekuasaan seperti yang kita lakukan selama lebih dari dua abad."
Trump merilis video yang mendesak para perusuh untuk "pulang," sambil terus melontarkan tuduhan pemilu curang.
Dalam video tersebut, Trump juga memuji kerumunan yang masuk ke Capitol dengan paksa, mencuri barang-barang dan berfoto di ruang legislatif.
"Kami mencintai kalian," kata Trump.
"Kalian sangat spesial."
Merusak reputasi AS
Bush juga memperingatkan dalam pernyataannya pemberontakan dapat merusak bangsa dan reputasi Amerika. Dia meminta kepada rakyat AS agar "membiarkan pejabat yang dipilih oleh rakyat memenuhi tugas mereka dan mewakili suara kita dalam perdamaian dan keamanan."
Bush sebagian besar menjauh dari politik sejak masa jabatannya habis pada Januari 2009.
Namun pada November, Bush segera memberi selamat kepada Biden baik melalui panggilan telepon maupun dalam pernyataan yang mengatakan bahwa meski Trump memiliki hak untuk mengajukan gugatan dan penghitungan ulang, pilpres "pada dasarnya berlangsung adil" dan "hasilnya jelas."
"Meskipun kami memiliki perbedaan politik, saya tahu Joe Biden adalah orang baik, yang telah memenangkan kesempatannya untuk memimpin dan mempersatukan negara kita,"kata Bush.
"Presiden terpilih menegaskan bahwa ketika dia mencalonkan diri sebagai seorang Demokrat, dia akan memerintah untuk semua orang Amerika. Saya menawarkan kepadanya hal yang sama dengan yang saya sampaikan kepada Presiden Trump dan Obama: doa saya untuk kesuksesannya, dan janji saya untuk membantu dengan cara apa pun yang saya bisa." [pan]
Baca juga:
Pendukung Donald Trump Duduki Kursi Senat di Parlemen AS
Biden Kecam Keras Pendukung Trump yang Duduki Gedung Parlemen AS
Massa Donald Trump Duduki Gedung Capitol AS
Pendukung Trump Rusuh, Gubernur New York Kerahkan 1000 Pasukan Garda Nasional
Tolak Hasil Pemilu, Pendukung Trump Rusuh Serang Gedung Parlemen AS
Perusuh Pendukung Trump Duduki Ruang Ketua DPR AS, Tulis Ancaman untuk Pelosi
Cerita Mereka yang Masih Percaya Donald Trump Menang Pilpres AS
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami