Merdeka.com - Sejak mengumandangkan dekrit kontroversial bakal melanggengkan kekuasaannya, Presiden Mesir Muhammad Mursi menjadi bukan hanya dalam negeri tapi juga dunia internasional.

Sejagat mengingatkan presiden Ikhwanul Muslimin itu untuk mengingat janjinya saat pertama kali dia mencalonkan diri jadi pemimpin Negeri Sungai Nil. Mursi mengatakan agar Mesir tidak perlu takut memilih dia dengan keyakinan politiknya. Ikhwanul Muslimin memang menerapkan Islam konservatif sedikit keras. Salah satu sayapnya yakni Harakatul al-Muqawamah al-Islamiyah atau Hamas.

Mursi saat itu mengucapkan sumpah, dia tidak akan menjadikan Negeri Piramida itu negara Islam radikal, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya (30/5). Dia meyakinkan warga Mesir untuk membangun negara lebih demokratis dan seluruh penduduk akan menikmati keadilan sosial.

Pernyataan itu keluar setelah Komisi Pemilihan Umum menyatakan Mursi dan mantan perdana menteri Ahmad Safiq, saat itu menjadi lawannya, lolos ke putaran kedua pemilihan presiden pertengahan Juni.

Rakyat Mesir memang terbelah dalam pemilihan presiden waktu itu. Mereka takut menyokong Mursi lantaran tidak ingin dikungkung syariat Islam. Dilema terjadi jika Safiq terpilih rezim lama bakal naik panggung lagi.

Rakyat Mesir harusnya lebih teliti. Sejak awal Mursi tidak bisa memegang ucapannya. Sebelum bergulir kata demokrasi, dia berkomitmen pada kampanye sebelumnya bakal menerapkan syariat Islam, namun banyak yang terlena sebab lelaki itu menjanjikan untuk memulihkan seluruh negeri mulai dari keamanan, kebersihan, perbaikan ekonomi, dan mengurangi jumlah pengangguran.

Bola kini terbalik. Demokrasi di Mesir bahkan melangkah lebih jauh lagi dari harapan. Mursi mengumumkan dekrit kekuasaannya meliputi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Seluruh keputusan negara ada di tangannya dan ini membuat berang rakyat di negara itu.

Demonstrasi dan kritikan sebab pernyataan Mursi meluas. Mesir mencekam. Namun akhirnya bisa mereda setelah Mursi meyakinkan dekrit itu hanya sementara. Tapi warga Negeri Sungai Nil harus hati-hati. Bukan tak mungkin Mursi kembali melanggar komitmennya.