Menimbang Masa Depan Thailand, Kemarin dan Esok Adalah Hari Ini
Merdeka.com - Ketika Jenderal Prayuth Chan-ocha dan koalisinya mengambil alih kekuasaan di Thailand pada 2014 lewat kudeta, mereka berjanji membawa rekonsiliasi nasional, tapi kini kondisi masyarakat kian terbelah.
Mereka berjanji memberantas korupsi, tapi tak ada yang benar-benar berubah. Mereka berjanji mengentaskan kemiskinan, tapi jumlah rakyat yang hidup di bawah garis kemiskina meningkat untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade sebelum pandemi.
Mereka berjanji membawa pertumbuhan ekonomi, tapi pertumbuhan Thailand masih berada di bawah negara tetangga. Mereka berjanji membawa kebahagiaan bagi rakyat Thailand, tapi hanya beberapa yang tersenyum saat ini. Konstitusi yang mereka ciptakan merupakan sebuah masalah nasional.
"Mereka telah gagal. Mereka gagal dengan agenda mereka," tulis Pasuk Phongpaichit dan Chris Baker dalam opininya yang diterbitkan Bangkok Post, Selasa (20/10).
Pasuk Phongpaichit adalah profesor ekonomi di Universitas Chulalongkorn University. Chris Baker seorang sejarawan. Pada 2017, mereka bersama-sama memenangkan Fukuoka Grand Prize.
Orang-orang masa lalu
Pekan lalu, di sebuah konferensi pers, PM menyebut dewa kematian Matjurat, yang dianggap mengancam para demonstran. Hari jadi pembantaian mahasiswa di Universitas Thammasat tahun 1976 baru diperingati beberapa hari sebelumnya.
Pelajar dan anak sekolah kembali melakukan unjuk rasa. Apa maksudnya? Dia telah menjatuhkan ancaman serupa sebelumnya. Anggota kabinet yang berkumpul di sekitar perdana menteri tersenyum dan menertawakan ucapannya. Mereka tertawa.
Orang-orang ini adalah masa lalu Thailand.
Masa depan Thailand saat ini adalah di jalanan, di tengah hujan, di bawah meriam air, melawan barisan polisi yang tenang dengan perisai anti huru hara, dan melawan Polisi Patroli Perbatasan, dibawa ke ibu kota, seperti pada tahun 1976. Untungnya, personel keamanan sekarang memiliki peralatan pengontrol kerumunan yang tepat, daripada peluru tajam. Tapi mereka masih belum tahu cara menggunakan peralatan ini.
"Masa depan Thailand memuakkan - muak dengan ceramah bagaimana cara menata rambut, muak karena harus melafalkan omong kosong, muak dengan pemimpin yang mempermalukan mereka. Mereka melihat diri mereka sebagai warga dunia, tetapi negara mereka diperintah oleh rezim yang didominasi militer yang ditolak oleh seluruh dunia satu generasi yang lalu," tulisnya.
Secercah harapan pecah
Melalui ponsel mereka, mereka menemukan alternatif untuk mencuci otak sekolah di Thailand. Mereka tahu bahwa Thailand bisa jauh lebih baik - secara ekonomi, politik, hampir dalam segala hal.
Mereka bersedih karena Partai Future Forward yang seakan menawarkan secercah harapan dibubarkan. Mereka telah menyaksikan aktivis yang mereka kagumi diasingkan, dipenjara, dipukuli, dan "dihilangkan".
Intensitas perasaan mereka telah melahirkan kader-kader pemimpin baru yang berani mengatakan hal-hal yang tidak bisa dikatakan, menentang intimidasi berat, dan masuk penjara dalam waktu lama, jika perlu.
"Masa depan Thailand tergantung pada keseimbangan. Negara punya pilihan. Setiap orang memiliki bagian dalam pilihan itu."
Kemarin dan esok adalah hari ini
Thailand akan bahagia hanya jika melampaui para pemimpin yang telah gagal dan gagal lagi selama enam tahun. Ia akan berhasil dalam jangka panjang hanya jika ia merangkul generasi baru yang siap mencurahkan energi, pembelajaran, dan visi mereka untuk membangun masa depan. Komunitas bisnis mulai menunjukkan kepeduliannya. Mereka harus berteriak lebih keras.
Terakhir dari 12 nilai inti yang dikeluarkan Jenderal Prayut pada 2014 adalah “Mengutamakan kepentingan publik dan nasional di atas kepentingan pribadi”.
Inilah saatnya bagi dia untuk mengikuti nasihatnya sendiri. Dia harus mengundurkan diri, bersama dengan semua rekannya dari kelompok kudeta 2014. Para senator juga harus mempertimbangkan untuk berkorban, karena Senat adalah penghalang untuk berubah.
Masa depan Thailand ditentukan hari ini.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kumpulkan Menteri di Istana, Jokowi Minta Jaga Kondisi Jelang Pemilu 2024
Jokowi meminta pembantunya harus teliti menjaga kondisi dalam negeri.
Baca SelengkapnyaInggris dan Jepang Alami Resesi, Jokowi Ingatkan Pemerintahan Baru Hati-Hati Mengelola Indonesia
Indonesia masih terus bertahan agar tidak masuk dalam kondisi resesi seperti yang dialami oleh negara maju.
Baca SelengkapnyaJokowi Kaget Lulusan S2 dan S3 Indonesia Kalah dari Vietnam dan Malaysia
Jokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Membaca Arah Politik Jokowi dalam Pertemuan Tatap Muka dengan Kaesang & Raja Juli
Momen pertemuan itu diunggah Kaesang Pangarep dengan caption 'Pelatih sedang memberikan arahan'
Baca SelengkapnyaKalahkan Thailand dan Indonesia, Negara Ini Jadi Paling Populer di Asia Tenggara
Sepanjang tahun 2023 jumlah turis asing yang datang ke negara ini mencapai 29 juta kunjungan.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu, Polisi Pastikan Kondisi Jakarta dan Sekitarnya Aman Terkendali
Pencoblosan Pemilu 2024 dilakukan pada Rabu, 14 Februari kemarin.
Baca SelengkapnyaJokowi Tetapkan Hari Pemungutan Suara Pemilu 2024 pada 14 Februari Jadi Libur Nasional
Tujuannya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya.
Baca SelengkapnyaDunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK
Pihak Istana masih menunggu pembuktian atas tuduhan yang disampaikan persidangan.
Baca Selengkapnya