Menhan AS Tolak Kerahkan Tentara untuk Hadapi Demonstran Kematian George Floyd
Merdeka.com - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper kemarin mengatakan kepada wartawan di Pentagon, dia tidak mendukung rencana mengaktifkan Undang-undang Pemberontakan, aturan yang dibuat sejak 1807 yang mengizinkan Presiden Donald Trump mengerahkan tentara aktif untuk menangani kerusuhan sipil di seluruh negeri akibat demo kerusuhan atas kematian pria kulit hitam, George Floyd oleh polisi kulit putih.
"Saya katakan ini tidak hanya sebagai menteri pertahanan, tapi juga sebagai mantan tentara dan bekas personel Garda Nasional, pilihan untuk mengerahkan tentara untuk menegakkan hukum harus dilakukan jika keadaan sudah sangat terpaksa dan darurat. Saat ini kita tidak dalam situasi itu," kata Esper, seperti dilansir laman CNBC, Kamis (4/6).
"Saya tidak mendukung pemberlakuan Undang-undang Pemberontakan," kata dia.
NBC News sebelumnya mengutip dua pejabat Gedung Putih yang melaporkan Presiden Trump mendukung gagasan pemberlakuan undang-undang itu di tengah kerusuhan demonstran kematian George Floyd.
"Itu hanya pilihan dan akan tetap hanya menjadi pilihan," kata seorang pejabat kepada NBC. Dia menuturkan kondisi saat ini sudah berangsur membaik karena pengerahan Garda Nasional dan tekanan Trump terhadap para kepala daerah.
Tapi menurut laporan Bloomberg, pernyataan Esper itu membuat marah Trump dan para pejabat Gedung Putih.
Menurut Bloomberg yang mengutip pejabat Gedung Putih, perkataan Esper itu sudah kelewat batas tapi dia tidak berharap menteri pertahanan dipecat.
Di Gedung Putih, juru bicara Kayleigh McEnany mengatakan kepada wartawan dia tidak mengetahui pembahasan soal rencana memberlakukan Undang-undang Pemberontakan yang ditolak Esper.
"Saya tidak mengikuti pembahasan pribadi yang terjadi di Gedung Putih," kata dia. Namun menurut dia, Trump akan melakukan itu jika dia memang mau melakukannya.
Sekitar 1.600 tentara dikerahkan dari Fort Bragg dan Fort Drum, New York, ke kawasan Distrik Columbia, Washington beberapa hari ini. Mereka yang diterjunkan ke lapangan itu tugasnya tidak sesuai dengan apa yang mereka pelajari dalam latihan militer dan juga peralatan yang dipakai. Misalnya pasukan Divisi 82nd Airborne yang disebut sebagai Unit Reaksi Cepat. Pasukan itu dan sejumlah pasukan lain saat ini dalam keadaan siaga untuk dikerahkan, tapi mereka adalah tentara infantri di medan perang dan dilatih untuk membunuh musuh di medan tempur, bukan polisi buat mengatasi massa di jalanan.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hewan Mematikan 'Naga Biru' Tiba-Tiba Muncul di Pantai Amerika, Ahli Peringatkan Bahayanya
Para wisatawan yang berkunjung ke pantai-pantai diperingatkan untuk berhati-hati dan tidak menyentuh hewan laut ini.
Baca SelengkapnyaBantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan
Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.
Baca SelengkapnyaTrump Media Gugat Pendiri Truth Social, Media Sosial Punya Donald Trump
Gugatan tersebut menuduh Litinsky dan Moss telah gagal dalam mengelola perusahaan mereka.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menaker Ida dan Kakak Cak Imin Dipanggil Jokowi, Lobi PKB Gabung Koalisi Prabowo?
Menaker Ida dan Kakak Cak Imin Dipanggil Jokowi, Lobi PKB Gabung Koalisi Prabowo?
Baca SelengkapnyaGedung Putih Batal Gelar Buka Puasa Bersama, Ini Penyebabnya
Acara buka puasa bersama para komunitas Muslim Amerika sedianya diselenggarakan pada Selasa (2/4).
Baca SelengkapnyaMengingat Kembali Kedekatan Jokowi & Tom Lembong, Mantan Mendag Kini Masuk Barisan Timses Anies-Cak Imin
Tom Lembong itu memiliki peran strategis bagi Joko Widodo, ayah Gibran, selama menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaPengalaman Eks Panglima TNI Hadapi Situasi Genting saat Tugas di Istana Dampingi Jokowi
Bukan hal yang mudah, situasi genting kerap dihadapi oleh mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
Baca SelengkapnyaAnies Bicara Kecurangan Pemilu di Sidang MK: Titik Klimaks yang Menggerogoti Fondasi Demokrasi
Anies meminta Hakim MK untuk mengoreksi dugaan kecurangan selama Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSetelah Lebih dari 40 Tahun, AS Bakal Mendarat Lagi di Bulan Pekan Ini
Harapan Amerika Serikat (AS) untuk mendarat kembali di bulan dapat terwujud pada pekan ini.
Baca Selengkapnya