Mantan petinggi Mossad kritik Israel soal Iran
Merdeka.com - Mantan Kepala Agen Rahasia Israel Mossad Efraim Halevy mengkritik kebijakan pemerintah Israel soal Iran. Seharusnya dua negara itu bisa berdialog perkara program nuklir dikembangkan Negeri Mullah itu.
Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Selasa (23/10), menurut Halevy jika tujuan diplomasi untuk menekan salah satu pihak seharusnya bisa dilakukan cara lain.
Dia mengatakan untuk mencapai kata sepakat dengan Iran merupakan langkah sangat sulit. Pemerintah Israel harus memiliki keberanian politik untuk berdiplomasi dengan negara dipimpin Mahmud Ahmadinejad itu. Halevy juga menekankan perlunya Israel berunding dengan Iran. "Berdialog dengan musuh itu penting. Tak ada ruginya meski itu artinya mengakui keberadaan musuh," ujarnya.
Halevy telah bekerja sebagai Kepala Mossad selama tiga kali pergantian perdana menteri. Dia juga memimpin perundingan rahasia dengan Raja Yordania Hussein yang menghasilkan kesepakatan damai di anatara kedua negara pada 1994.
Selain itu Halevy juga mengkritik apa yang disebutnya sikap kuno Amerika terhadap Iran. "Para politisi biasanya suka berkoar-koar ketimbang berdiplomasi seperti kata-kata yang menyebut Poros Setan," katanya.
Tak seperti Israel selama ini melakukan pendekatan keras bahkan perang terhadap Iran dalam soal pengembangan senjata nuklir, Amerika lebih memilih diplomasi termasuk memberi sanksi ekonomi. Ini dinilai Negeri Zionis salah satu kebijakan lembek Presiden Barack Hussein Obama.
Menurutnya, Iran saat ini sudah merasakan dampak dari sanksi internasional itu. "Iran sebetulnya ingin keluar dari permasalahan. Mereka mulai merasakan akibat hukuman dunia," ujarnya. Awal Oktober lalu mata uang Iran jatuh sekitar 40 persen terutama karena dampak embargo ekonomi itu.
Surat kabar New York Times baru-baru ini melaporkan Iran dan Amerika Serikat membantah telah melakukan dialog soal program senjata nuklir. Selentingan ini menguat lantara Negara Adi Daya seolah membiarkan Iran terus mengembangkan senjata pemusnah massal hingga membuat Israel gerah. Sementara jika ingin bertindak, Israel masih perlu dukungan, terutama dari sekutunya itu.
(mdk/fas)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perang Iran Vs Israel, Pemerintah Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Timur Tengah
Kementerian Luar Negeri juga meminta para WNI segera menghubungi maskapai masing-masing untuk mendapatkan informasi terkini terkait penerbangan mereka.
Baca SelengkapnyaIran Akui Serangan ke Israel Balasan Atas Penyerangan Konsultan di Suriah
Iran Akui Serangan ke Israel Balasan Atas Penyerangan Konsultan di Suriah
Baca SelengkapnyaIran Vs Israel Picu Perang Dunia Ketiga, Bagaimana Sikap Harus Diambil Indonesia?
Serangan Iran bentuk balasan terhadap Israel yang menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah hingga menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Islam.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menlu Retno Telepon Menteri Iran Usai Serang Israel, Ini Isi Pembicaraannya
Retno menegaskan pentingnya melakukan upaya diplomatik agar Iran dan Israel menahan diri dan tidak memicu eskalasi konflik.
Baca SelengkapnyaIran Batal Serang Israel dengan Rudal Jelajah Jarak Jauh Jika Syarat Ini Dipenuhi, Begini Tuntutannya
Iran berjanji membalas Israel yang menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah.
Baca SelengkapnyaIsrael Habiskan Rp20 Triliun Untuk Tangkis Rudal Iran, 10 Kali Lipat Lebih Besar dari Biaya Serangan Iran
Israel Habiskan Rp20 Triliun Untuk Tangkis Rudal Iran, 10 Kali Lipat Lebih Besar dari Biaya Serangan Iran
Baca SelengkapnyaBegini Sikap Jokowi Usai Iran Serang Israel Pakai Rudal Balistik
Respons Presiden Jokowi usai Iran melakukan serangan ke Israel pada Sabtu (13/4) malam.
Baca SelengkapnyaAS Minta Iran Izinkan Israel Balas Serangan Secara Simbolis Agar Tel Aviv Tidak Malu
AS Minta Iran Izinkan Israel Balas Serangan Secara Simbolis Agar Tel Aviv Tidak Malu
Baca SelengkapnyaIran Eksekusi Empat Mata-Mata Israel, Terungkap Sedang Rencanakan Pembunuhan Pejabat
Eksekusi dilakukan hanya beberapa hari setelah Israel membunuh komandan Garda Revolusi Iran di Damaskus, Suriah.
Baca Selengkapnya