Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Larangan Pemberian PR untuk Siswa Sekolah Tuai Kecaman di China

Larangan Pemberian PR untuk Siswa Sekolah Tuai Kecaman di China Siswa di China Menyambut Semester Baru. ©2020 AFP/STR

Merdeka.com - Otoritas pendidikan di China mendapat serangan setelah berusaha membatasi jumlah PR yang diberikan sekolah kepada siswanya.

Pekan lalu, Departemen Pendidikan Provinsi Shaanxi menerbitkan arahan yang melarang sekolah memberikan PR tertulis kepada siswa kelas satu atau kelas dua (berusia sekitar 6-8 tahun) demi kepentingan keseimbangan tumbuh kembang mereka.

Departemen Pendidikan tersebut juga melarang sekolah menugaskan PR lebih dari satu jam per hari kepada murid kelas tiga sampai enam (usia 8-12 tahun), sementara murid kelas enam sampai sembilan (usia 12-15 tahun) tidak harus menghabiskan lebih dari 1,5 jam untuk mengerjakan PR dalam sehari.

Aturan tersebut merupakan penguatan dari ketentuan sebelumnya yang dibuat Kementerian Pendidikan China pada September 2018, yang tampaknya sebagian besar tidak dijalankan, di mana sebagian besar sekolah di seluruh negeri tidak terlalu memperhatikan aturan tersebut.

Warganet mengkritik keputusan pemerintah Shaanxi, mengatakan kebijakan itu kontraproduktif bagi siswa mengingat mereka menghadapi ujian nasional yang sangat kompetitif untuk memilih sekolah selanjutnya.

Di Weibo, topik tersebut telah dilihat 60 juta kali.

“Orang tua yang malas akan mengikuti aturan guru dan mengikuti kecepatan mengajar di sekolah, sementara orang tua yang berambisi (untuk anak-anaknya) akan mendorong mereka untuk belajar dengan giat secara diam-diam di rumah,” komentar seorang pengguna Weibo, dikutip dari South China Morning Post, Rabu (3/3).

“Akan ada kesenjangan yang besar (antara kedua kelompok siswa ini).”

Di China, siswa menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar sebelum memasuki ujian sekolah menengah atau zhongkao, untuk mendapatkan kelas di SMA. Untuk memasuki universitas, siswa harus mengikuti ujian masuk universitas atau gaokao, pada tahun ketiga mereka di SMA.

“Karena diberlakukan gaokao dan zhongkao, mengapa otoritas pendidikan bersusah payah membuat adegan palsu untuk siswa sekolah dasar bahwa belajar itu hal yang mudah?” tulis pengguna Weibo lainnya.

“Jika Anda benar-benar percaya pada kebijakan tidak ada PR tertulis dan tidak melakukan apa pun, saya yakin Anda akan menyesalinya di masa mendatang.”

Pemerintah daerah di Fuzhou di Provinsi Fujian pekan lalu juga memberlakukan aturan yang sama terhadap para siswa.

Pada awal Februari, Direktur Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan China, Lu Yugang, meminta para orang tua tidak memberikan tekanan akademis berlebihan terhadap anak-anaknya.

“Saya mengingatkan Anda agar mendahulukan kesehatan fisik dan mental anak-anak Anda,” kata Lu.

“Atur pembelajaran, kehidupan dan aktivitas olahraganya dengan cara ilmiah dan tepat agar mereka bisa tumbuh dengan sehat dan mencapai perkembangan yang menyeluruh.”

Tak ada PR bukan berarti tak ada tugas sekolah

Seorang guru bahasa Mandarin di sebuah SD di Distrik Putuo, Shanghai, mengatakan otoritas pendidikan kota melarang PR tertulis untuk siswa kelas satu dan dua enam atau tujuh tahun lalu.

“Kami para guru tidak menugaskan PR ‘tertulis’,” ujar guru dengan nama belakang Shi ini.

“Tetapi kami meminta para siswa untuk memberikan ulasan setelah sekolah. Ini akan membuat para siswa menuliskan banyak hal, termasuk karakter Mandarin, pinyin, kata-kata bahasa Inggris, dan penghitungan matematika,” lanjutnya.

Dia menambahkan, orang tua senang mengawasi anaknya mengerjakan PR dan jarang ada yang complain dengan jumlah PR anak-anak mereka.

Wakil Dekal Fakultas Pendidikan Universitas Normal China Selatan di Guangzhou, Zheng Fuming, mengatakan larangan PR tertulis untuk siswa SD itu dilakukan untuk mengurangi tekanan pada mereka yang baru saja lulus TK dan baru memulai kehidupan sekolah.

“Tak ada PR bukan berarti tak ada tugas belajar setelah sekolah,” ujarnya.

“Para siswa masih perlu mengulas apa yang mereka pelajari di sekola, walaupun tidak melalui bentuk tertulis, tapi melalui bentuk pembelajaran lain seperti penghitungan oral dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.

Zheng mengatakan regulasi PR ini salah satu dari serangkaian inisiatif Kementerian Pendidikan yang diterapkan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengurangi tekanan pada pelajar China.

“Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk belajar menyebabkan perkembangan siswa yang tidak seimbang. Mereka jelek dalam olah raga dan kurang kualitas fisik dan melek seni. Rabun jauh dan obesitas hanyalah beberapa dari masalah,” jelas Zheng.

Dia menambahkan, orang tua yang tidak setuju dengan keputusan tersebut akan terus membuat anak-anak belajar berjam-jam di rumah dan ikut kelas ekstrakurikuler untuk mendapatkan keuntungan akademis.

Kementerian Pendidikan berjanji untuk menindak siswa yang belajar di kelas-kelas semacam itu melampaui apa yang seharusnya mereka pelajari, tetapi mereka tahu praktik tersebut tetap ada, dan berjanji untuk mengintensifkan regulasinya.

“Saya akan mengatakan membuat siswa rileks adalah proyek yang sistematis,” kata Zheng.

“Ini melibatkan reformasi tes selektif, seperti zhongkao dan gaokao.”

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat

Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat

Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda

Baca Selengkapnya
Kekerasan Anak di Lingkup Pendidikan Kian Marak, Salah Siapa?

Kekerasan Anak di Lingkup Pendidikan Kian Marak, Salah Siapa?

Dari laporan 141 kasus yang diterima KPAI, 35 persen di antaranya terjadi pada satuan pendidikan

Baca Selengkapnya
10 Hal yang Harus Bisa Dilakukan Anak Sebelum Mulai Bersekolah

10 Hal yang Harus Bisa Dilakukan Anak Sebelum Mulai Bersekolah

Sebelum mulai bersekolah ada hal yang harus dipersiapkan orangtua agar bisa dilakukan anak.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Perjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM

Perjuangan Pedagang Keliling Tak Bisa Baca Tulis Gigih Sekolahkan Anak, Kini Sang Putra Jadi Guru Besar UGM

Berangkat dari keluarga sederhana, sang dosen hingga kini tak menyangka dirinya mampu mencapai titik puncak.

Baca Selengkapnya
7 Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk Anak yang Bisa Diterapkan oleh Orangtua

7 Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk Anak yang Bisa Diterapkan oleh Orangtua

Terdapat cara yang bisa diterapkan oleh orangtua untuk menghilangkan sejumlah kebiasaan buruk yang dimiliki oleh anak.

Baca Selengkapnya
Perhimpunan Guru Tolak Rencana Dana BOS untuk Makan Siang Gratis, Ini Alasannya

Perhimpunan Guru Tolak Rencana Dana BOS untuk Makan Siang Gratis, Ini Alasannya

Perhimpunan Guru mengatakan, anggaran BOS saat ini tidak bisa menutupi kebutuhan sekolah.

Baca Selengkapnya
Hal yang Perlu Dipelajari Orangtua Milenial dalam Membesarkan Anak

Hal yang Perlu Dipelajari Orangtua Milenial dalam Membesarkan Anak

Sebelum menjadi orangtua, milenial perlu mempelajari berbagai hal dalam membesarkan anak.

Baca Selengkapnya
Polisi Benarkan Rektor Kampus Swasta Diduga Lecehkan 2 Anak Buah di Ruangan

Polisi Benarkan Rektor Kampus Swasta Diduga Lecehkan 2 Anak Buah di Ruangan

Begini duduk perkara kejadian versi korban. pelaku memanggil korban ke ruangannya

Baca Selengkapnya
Kenali 4 Gaya Belajar Anak, Orangtua Perlu Tahu untuk Bantu Maksimalkan Perkembangannya

Kenali 4 Gaya Belajar Anak, Orangtua Perlu Tahu untuk Bantu Maksimalkan Perkembangannya

Gaya belajar anak sangat menentukan bagaimana mereka bisa menyerap informasi secara maksimal.

Baca Selengkapnya