Merdeka.com - Singapura kini tengah dilanda krisis energi yang bisa mengancam pasokan listrik bagi dunia bisnis dan konsumen.
Melonjaknya harga bahan bakar membuat pasar pasokan listrik di Singapura kelimpungan setelah tiga perusahaan penyedia listrik dalam waktu sepekan mengumumkan mereka akan menghentikan sementara layanan listrik di negara itu.
Meski pemerintah Singapura mengatakan pasokan energi masih aman namun dunia saat ini tengah menghadapi krisis pasokan listrik.
Dilansir dari laman Nikkei Asia, Kamis (21/10), Otoritas Pasar Energi Singapura (EMA) mengatakan akan mengupayakan bahan bakar cadangan pemerintah bisa dipasok ke perusahaan listrik di Singapura saat pasokan gas menipis. Mereka juga meminta perusahaan listrik mengamankan pasokan bahan bakar "setidaknya cukup untuk memenuhi permintaan konsumen ritel."
"Kebijakan ini adalah langkah yang diperlukan untuk mengamankan pasokan bahan bakar dan listrik," kata pernyataan pihak otoritas.
Di tengah harga bahan bakar dunia yang melonjak di seluruh dunia, Singapura mengandalkan 95 persen pasokan listriknya dari gas impor. Gas ini didistribusikan dari pipa yang berasal dari Indonesia dan Malaysia atau dikirim lewat kapal dalam bentuk gas alam cair dari eksportir gas.
Dalam beberapa bulan terakhir, harga gas alam cair melonjak tajam setelah meningkatnya permintaan dari China dan sejumlah wilayah lain sementara produksi gas dan batu bara anjlok. Sementara itu pasokan gas melalui pipa ke Singapura terdampak masalah produksi di kilang gas Indonesia, kata EMA. Kondisi seretnya pasokan dari Indonesia ini diperkirakan hingga akhir tahun.
"Krisis listrik Singapura ini mencemaskan," kata Ken Lee, pengamat senior di perusahaan riset energi Wood Mackenzie. Harga pasokan listrik di Singapura berkisar SGD 115 (USD 85 = Rp 1,2 juta) per megawatt-jam dari Januari hingga September kemudian melonjak jadi SGD 635 pada 19 Oktober pekan lalu.
Lee menuturkan, tingginya permintaan listrik juga menyebabkan harga naik. Tahun ini Singapura mengonsumsi 5 persen listrik lebih banyak dibanding periode yang sama tahun lalu lantaran bangkitnya perekonomian setelah tahun lalu suram.
Adanya gangguan ini di pasar lokal membuat perusahaan penyedia listrik di Singapura yang sudah menjanjikan tarif lebih murah untuk konsumen rumah tangga terpaksa harus membatalkan rencananya.
Awal pekan ini, Best Electricity Supply, yang terjun ke pasar layanan listrik pada 2015 mengumumkan mereka tidak lagi bersedia melanjutkan bisnis di sektor rumah tangga dengan alasan "kondisi rentannya pasar energi." Perusahaan itu menjadi yang ketiga menarik diri dari pasar listrik lokal dalam waktu sepekan terakhir.
"Penyedia listrik, terutama perusahaan independen yang tidak memiliki pembangkit listrik sendiri paling terdampak kondisi ini," kata Lee. "Mereka tidak mampu menyesuaikan harga tarif listrik karena sudah terlanjur mengikat kontrak dengan konsumen."
Kini yang menjadi pertanyaan salah satunya adalah bagaimana krisis listrik ini berdampak pada dunia bisnis di Singapura. Perusahaan andalan Singapura adalah manufaktur, termasuk sektor elektronik dan kimia, keduanya membutuhkan pasokan listrik yang besar.
"Kami belum mendengar industri dan manufaktur yang terdampak kondisi ini. Namun industri yang belum mengikat kontrak harga tampaknya akan terdampak karena mereka tidak bisa menghindari dari lonjakan harga saat ini," ujar Lee.
Sejumlah sektor bisnis di Singapura kini bersiap dengan kondisi terburuk.
Sejak Juli, perusahaan produsen peralatan kesehatan Racer Technology mengaku mereka mengalami peningkatan konsumsi listrik. CEO Willy Koh mengatakan kepada Nikkei Asia, pengeluaran untuk listrik mereka meningkat sebanyak 30 persen di tengah krisis energi saat ini.
"Saat ini kita kekurangan tenaga kerja, lalu tarif listrik naik, jadi kami khawatir dengan keberlangsungan manufaktur ini," kata dia menyebut kurangnya tenaga kerja karena pandemi Covid-19. "Ongkos produksi naik terus," kata dia.
Pemerintah sudah menyerukan warganya menghemat listrik untuk beberapa bulan ke depan tapi konsumsi listrik sangat dibutuhkan di negara tropis seperti Singapura yang membutuhkan penyejuk ruangan, apalagi untuk warga yang masih bekerja dari rumah karena pandemi. Naiknya harga tarif listrik berpotensi menurunkan konsumsi listrik tapi itu juga menjadi pukulan berat bagi perekonomian yang baru saja hendak pulih dari pandemi. [pan]
Baca juga:
Kasus Covid-19 di Singapura Meledak, Epidemiolog Khawatirkan Ada Varian Baru
Mulai Besok, Pelancong dari Delapan Negara Bisa Masuk Singapura Tanpa Karantina
Kapal Induk Inggris Bawa Jet Siluman F-35B Merapat ke Singapura
Singapura Bakal Beli Pil Covid-19 Buatan Merck Sharp & Dohme
Warga Singapura Ramai-Ramai Pilih Sinovac dan Sinopharm untuk Vaksin Booster
WHO: Cacar Monyet Bisa Ditangani Jika Kita Bertindak Sekarang
Sekitar 7 Jam yang laluPresiden Ukraina Peringatkan Dunia Terancam Krisis Pangan karena Perang
Sekitar 1 Hari yang laluMantan Tentara AL Korsel Mengaku Ikut Berperang di Ukraina dan Ingin Balik Lagi
Sekitar 1 Hari yang laluPenembakan Texas, Polisi Baru Ungkap Kronologi Mengejutkan Berbeda dari Sebelumnya
Sekitar 1 Hari yang laluAS Siap Kirimkan Roket Jarak Jauh ke Ukraina yang Bisa Jangkau Wilayah Rusia
Sekitar 1 Hari yang laluImran Khan Ancam Kerahkan Jutaan Pendukung Jika Pemilu Tidak Digelar dalam 6 Hari
Sekitar 1 Hari yang laluPBB Desak Taliban Batalkan Semua Pembatasan Bagi Kaum Perempuan Afghanistan
Sekitar 1 Hari yang laluPenyelidikan Palestina Simpulkan Israel Sengaja Bunuh Jurnalis Aljazeera
Sekitar 1 Hari yang laluRoche Swiss Kembangkan Alat Tes PCR untuk Virus Cacar Monyet
Sekitar 1 Hari yang lalu"Saya Tak Pernah Membayangkan Penembakan Ini Terjadi Di Komunitas yang Damai Ini"
Sekitar 1 Hari yang laluAnggota DPR Pertanyakan Rencana Menko Luhut Audit Lahan dan Konsesi Sawit
Sekitar 1 Jam yang laluKejagung Targetkan Berkas Kasus Mafia Minyak Goreng Rampung Bulan Depan
Sekitar 6 Jam yang laluKasad Perintahkan Seluruh Pangdam Pantau Ketersediaan dan Harga Minyak Goreng
Sekitar 9 Jam yang laluMenko Luhut Tolak Disebut Menteri Segala Macam Urusan
Sekitar 9 Jam yang laluJokowi: Inflasi Terkendali Karena Pemerintah Tahan Harga BBM dan Listrik
Sekitar 3 Hari yang laluJokowi: Harga BBM di Singapura Rp32.400 per Liter, Kita Pertalite Masih Rp7.650
Sekitar 4 Hari yang laluJokowi Soal Harga BBM: Subsidi APBN Gede Sekali, Tahan Sampai Kapan?
Sekitar 1 Minggu yang laluDemo di Patung Kuda, Buruh dan Mahasiswa Bawa Empat Tuntutan Ini
Sekitar 1 Minggu yang laluPresiden Ukraina Peringatkan Dunia Terancam Krisis Pangan karena Perang
Sekitar 1 Hari yang laluMantan Tentara AL Korsel Mengaku Ikut Berperang di Ukraina dan Ingin Balik Lagi
Sekitar 1 Hari yang laluAS Siap Kirimkan Roket Jarak Jauh ke Ukraina yang Bisa Jangkau Wilayah Rusia
Sekitar 1 Hari yang laluAfrika Disebut Turut Jadi Korban Perang Rusia-Ukraina
Sekitar 2 Hari yang laluTiga Jurus Bank Indonesia Bangkitkan UMKM Pasca Pandemi Covid-19
Sekitar 4 Jam yang laluPPKM Level 1 DKI, Tempat Hiburan Malam Kapasitas 100 Persen, Tutup Pukul 2 Pagi
Sekitar 23 Jam yang laluDKI PPKM Level 1, Mal Tutup Pukul 10 Malam & Pengunjung Wajib Vaksin Dosis Lengkap
Sekitar 23 Jam yang laluTurun 50 Persen, Santunan Kecelakaan Jasa Raharja Capai Rp44 M di Musim Mudik Lebaran
Sekitar 3 Hari yang laluEvaluasi Mudik Lebaran, Jokowi Minta Rekayasa Lalu Lintas Diperbaiki
Sekitar 3 Hari yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 2 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 2 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami