Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Lima Hari yang Menentukan Arah Pandemi, Setahun Setelah Wuhan Ditutup

Kisah Lima Hari yang Menentukan Arah Pandemi, Setahun Setelah Wuhan Ditutup Pasar Ikan di Wuhan. ©HECTOR RETAMAL/AFP

Merdeka.com - Setahun lalu pemerintah China menutup total atau lockdown Kota Wuhan. Beberapa minggu sebelumnya para pejabat menyatakan wabah itu dapat dikendalikan. Namun nyatanya virus telah menyebar ke seluruh kota dan sekitar China.

Ini adalah cerita lima hari masa kritis awal wabah di kota itu.

Sampai 30 Desember, beberapa orang dibawa ke rumah sakit di pusat kota Wuhan, sakit dengan demam tinggi dan pneumonia. Kasus pertama yang diketahui yaitu seorang kakek berusia sekitar 70 tahunan yang mulai sakit pada 1 Desember. Banyak dari mereka terkait dengan pasar hewan, Huanan Seafood Market, dan dokter mulai curiga penyakit itu bukan pneumonia biasa.

Sampel dari paru-paru yang terinfeksi dikirim ke perusahaan pengurutan genetik untuk mengidentifikasi penyebab penyakit tersebut, dan hasil awal mengindikasikan virus corona yang mirip dengan SARS. Otoritas kesehatan setempat dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China telah diinformasikan, tapi tak ada yang disampaikan ke publik.

Walaupun saat itu tak ada yang tahu, antara 2.300 dan 4.000 orang kemungkinan terinfeksi, menurut model terbaru MOBS Lab di Universitas Northeastern Boston. Wabah itu juga diperkirakan bertambah dua kali lipat setiap beberapa hari. Ahli epidemiologi mengatakan pada awal wabah ini, setiap hari dan bahkan setiap jam sangatlah penting.

30 Desember 2019: Peringatan Virus

Sekitar pukul 16.00 pada 30 Desember, kepala Departemen Kedaruratan di Rumah Sakit Pusat Wuhan memegang hasil tes dari lab pengurutan genetik Capital Bio Medicals yang berlokasi di Beijing.

Dia berkeringat dingin saat membaca laporan tersebut, menurut salah satu wawancara kepada media China, dikutip dari BBC, Selasa (26/1).

Di bagian atas laporan itu tertulis kalimat peringatan: “SARS VIRUS CORONA”. Dia melingkarinya dengan warna merah terang, dan meneruskannya ke rekannya melalui aplikasi pesan WeChat.

Dalam satu jam setengah, gambar dengan lingkaran merah itu sampai ke seorang dokter di Departemen Oftalmologi rumah sakit itu, Li Wenliang. Li kemudian membagikan kabar itu dengan ratusan kelompok kelas universitasnya, menambahkan peringatan, “Jangan sebarkan pesan ini ke luar grup ini. Minta keluarga kalian dan orang yang kalian sayangi melakukan pencegahan.”

Dalam beberapa jam kemudian, tangkapan layar pesan Li itu menyebar luas di dunia maya. Di seluruh China, jutaan orang mulai membicarakan SARS di dunia maya.

Ternyata petugas pengurutan genetik membuat kesalahan - ini bukan SARS, tetapi virus corona baru yang sangat mirip dengan SARS. Tapi ini saat yang kritis. Berita tentang kemungkinan wabah menjadi luput.

Komisi Kesehatan Wuhan menyadari ada sesuatu yang sedang terjadi di rumah sakit kota tersebut. Hari itu, pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional di Beijing tiba, dan sampel paru-paru dikirim ke setidaknya lima laboratorium pemerintah di Wuhan dan Beijing untuk mengurutkan virus itu secara paralel.

Ketika pesan yang menunjukkan kemungkinan kembalinya SARS mulai tersebar di media sosial China, Komisi Kesehatan Wuhan mengirim dua perintah ke rumah sakit. Mereka menginstruksikan agar rumah sakit melaporkan semua kasus langsung ke Komisi Kesehatan, dan meminta pihak rumah sakit tidak mempublikasikan apapun tanpa izin.

Dalam 12 menit, perintah ini bocor di dunia maya.

Informasi yang berbahasa Mandarin itu tak lama menyebar ke dunia yang lebih luas berkat ahli epidemiologi veteran Marjorie Pollack.

Wakil editor ProMed-mail, sebuah organisasi yang mengirimkan peringatan tentang wabah penyakit di seluruh dunia, menerima surel dari seorang kontak di Taiwan, menanyakan apakah dia mengetahui apa yang dibicarakan di media sosial itu.

Pada Februari 2003, ProMed yang pertama kali mengabarkan soal SARS. Sekarang, Pollack merasa déjà vu.

“Reaksi saya waktu itu: ‘Kita dalam bahaya’,” ujarnya kepada BBC.

Tiga jam kemudian, dia selesai menulis catatan darurat, meminta lebih banyak informasi terkait wabah baru itu. Catatan itu dikirim ke sekitar 80.000 pelanggan ProMed dalam waktu satu menit sampai tengah malam.

Menolak wawancara

31 Desember 2019: Tawaran Bantuan

Saat informasi mulai menyebar, Dirjen CDC China, Prof George F Gao menerima tawaran bantuan dari kontaknya di seluruh dunia.

China mengubah infrastruktur penanganan penyakit menularnya setelah SARS - dan pada 2019, Gao berjanji sistem pengawasan online China yang luas akan dapat mencegah wabah lain.

Tetapi dua ilmuwan yang menghubungi Gao mengatakan, kepala CDC itu tampak tak khawatir.

“Saya mengirim SMS yang sangat panjang ke George Gao, menawarkan untuk mengirim sebuah tim dan melakukan apapun untuk membantu mereka,” kata Dr Peter Daszak, presiden kelompok penelitian penyakit menular yang berbasis di New York, EcoHealth Alliance, kepada BBC.

Tetapi, lanjut Daszak, dia menerima balasan pesan singkat yang hanya berisi ucapan Selamat Tahun Baru.

Ahi epidemiologi Universitas Columbia di New York, Ian Lipkin juga mencoba menghubungi Gao. Saat dia sedang makan malam pada malam Tahun Baru, Gao menjawab teleponnya. Detail yang diungkapkan Lipkin tentang percakapan mereka menawarkan wawasan baru terkait persiapan pejabat China pada titik kritis ini.

“Dia telah mengidentifikasi virusnya. Itu adalah virus corona baru. Dan itu sangat tidak mudah menular. Ini tidak benar-benar sesuai dengan saya karena saya mendengar bahwa banyak, banyak orang telah terinfeksi,” tutur Lipkin kepada BBC.

Menurutnya Gao seharusnya merilis urutan genetik yang telah mereka peroleh.

Gao, yang menolak permintaan wawancara BBC, mengatakan kepada media pemerintah, urutan genetik itu langsung dirilis secepat mungkin, dan mengatakan dia tak pernah menyampaikan kepada public bahwa tak ada penularan antar manusia.

Hari itu, Komisi Kesehatan Wuhan menerbitkan rilis berita menyatakan 27 kasus virus pneumonia telah diidentifikasi, tapi belum ada bukti jelas penularan dari manusia ke manusia.

Perlu waktu 12 hari lagi sebelum China membagikan rangkaian genetik dengan komunitas internasional.

Pemerintah China menolak beberapa permintaan wawancara BBC. Namun memberi pernyataan rinci tentang tanggapan China, yang menyatakan bahwa dalam perang melawan Covid-19 China “selalu bertindak dengan keterbukaan, transparansi, dan tanggung jawab, dan pada waktu yang tepat.”

1 Januari 2020: Kekecewaan Internasional

Hukum internasional menetapkan bahwa wabah penyakit menular baru yang menjadi perhatian global dilaporkan ke WHO dalam waktu 24 jam. Namun pada 1 Januari WHO masih belum mendapatkan pemberitahuan resmi mengenai wabah tersebut. Sehari sebelumnya, pejabat WHO melihat unggahan dan laporan ProMed secara online, jadi mereka menghubungi Komisi Kesehatan Nasional China.

“Itu dapat dilaporkan,” kata Profesor Lawrence Gostin, Direktur Pusat Kolaborasi WHO untuk hukum kesehatan nasional dan global di Universitas Georgetown di Washington DC, dan anggota pakar Peraturan Kesehatan Internasional.

“Kegagalan untuk melaporkan dengan jelas merupakan pelanggaran terhadap Peraturan Kesehatan Internasional.”

Dr Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO yang kemudian menjadi pimpinan teknis Covid-19 di badan tersebut, bergabung dengan panggilan konferensi darurat di tengah malam pada tanggal 1 Januari.

“Kami awalnya berasumsi bahwa itu mungkin virus corona baru. Bagi kami, ini bukan masalah apakah penularan dari manusia ke manusia terjadi, melainkan sejauh mana dan di mana itu terjadi,” jelasnya.

Itu dua hari sebelum China merespons WHO. Tetapi apa yang mereka ungkapkan tidak jelas - bahwa sekarang ada 44 kasus virus pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui.

China mengatakan telah berkomunikasi secara teratur dan penuh dengan WHO mulai 3 Januari. Namun rekaman pertemuan internal WHO yang diperoleh oleh kantor berita Associated Press (AP) beberapa di antaranya dibagikan dengan PBS Frontline dan BBC, memberikan gambaran yang berbeda, mengungkapkan rasa frustrasi yang dirasakan pejabat senior WHO pada minggu berikutnya.

“’Tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia' tidak cukup baik. Kami perlu melihat datanya," jelas Direktur Program Darurat Kesehatan WHO, Mike Ryan.

WHO diminta untuk menyatakan informasi yang diberikan oleh China. Meskipun mereka mencurigai penularan dari manusia ke manusia, WHO tidak dapat mengkonfirmasi hal ini selama tiga pekan.

Membungkam para dokter

2 Januari 2020: Membungkam Para Dokter

Jumlah orang yang terinfeksi virus tersebut bertambah dua kali lipat setiap beberapa hari, dan semakin banyak orang yang dibawa ke rumah sakit Wuhan.

Kemudian, media pemerintah tak mengizinkan para dokter menyampaikan kekhawatiran mereka kepada publik, justru media berusaha membungkam para dokter.

Pada 2 Januari, China Central Television menyiarkan kisah para dokter yang menyebarkan berita tentang sebuah wabah empat hari sebelumnya.

Para dokter, yang hanya disebut sebagai "penjual rumor" dan "pengguna internet", dibawa untuk diinterogasi oleh Biro Keamanan Umum Wuhan dan 'ditangani' sesuai dengan hukum '.Salah satu dokter itu adalah Li Wenliang, dokter mata yang peringatannya menjadi viral. Li meninggal pada Februari karena Covid-19.

Pemerintah China mengatakan menyangkal pihaknya berusaha menahan berita soal wabah dan membungkam para dokter.

Walaupun para dokter sepakat sebenarnya ada penularan dari manusia ke manusia, mereka dicegah dilarang berbicara ke publik.

Seorang petugas kesehatan dari rumah sakit di mana dokter Li bertugas, mengatakan kepada BBC selama beberapa hari berikutnya “ada begitu banyak orang yang mengalami demam. Itu di luar kendali. Kami mulai panik. (Tetapi) Rumah sakit memberi tahu kami tidak diizinkan untuk berbicara dengan siapa pun.”

Pemerintah China mengatakan kepada BBC, "dibutuhkan proses ilmiah yang ketat untuk menentukan apakah virus baru dapat ditularkan dari orang ke orang".

Selama 18 hari, otoritas China bersikeras tidak ada penularan dari manusia ke manusia.

3 Januari 2020: Memo Rahasia

Laboratorium di seluruh China berlomba untuk memetakan urutan genetik lengkap virus tersebut. Di antara mereka adalah seorang ahli virus terkenal di Shanghai, Profesor Zhang Yongzhen yang mulai melakukan pengurutan pada 3 Januari.

Setelah bekerja selama dua hari berturut-turut, ia memperoleh urutan lengkap. Hasilnya menunjukkan virus yang mirip dengan SARS, dan karena itu kemungkinan besar dapat menular.

Selalu kacau

Pada 5 Januari, kantor Zhang menulis kepada Komisi Kesehatan Nasional menyarankan untuk mengambil tindakan pencegahan di tempat umum.

“Pada hari itu juga, dia bekerja untuk mencoba dan mendapatkan informasi yang dirilis secepat mungkin, sehingga seluruh dunia dapat melihat apa itu dan agar kami dapat mendiagnosisnya,” jelas rekan penelitian Zhang, Profesor Edward Holmes, seorang ahli virology Universitas Sydney.

Tetapi Zhang tidak bisa mempublikasikan temuannya. Pada 3 Januari, Komisi Kesehatan Nasional mengirimkan sebuah memorandum rahasia ke laboratorium yang melarang para ilmuwan yang tidak berwenang untuk menangani virus dan mengungkapkan informasi tersebut kepada publik.

Tidak ada laboratorium yang mempublikasikan urutan genetik virus. China terus menyatakan bahwa itu adalah virus pneumonia tanpa bukti jelas adanya penularan dari manusia ke manusia.

Enam hari sebelum diumumkan bahwa virus baru itu adalah virus corona, China tidak berbagi urutan genetik apa pun untuk memungkinkan negara lain mengembangkan tes dan mulai melacak penyebaran virus.

Tiga hari kemudian, pada 11 Januari, Zhang memutuskan sudah waktunya mempertaruhkan nyawanya. Saat dia di atas pesawat antara Beijing dan Shanghai, dia mengizinkan Holmes untuk merilis urutan genetiknya.

Keputusan itu datang dengan biaya pribadi - labnya ditutup pada hari berikutnya untuk "perbaikan" - tetapi tindakannya memecahkan kebuntuan. Keesokan harinya para ilmuwan merilis urutan yang mereka peroleh. Komunitas ilmiah internasional segera bertindak, dan perangkat uji diagnostik tersedia untuk umum pada 13 Januari.

Terlepas dari bukti dari para ilmuwan dan dokter, China tidak mengkonfirmasi adanya penularan dari manusia ke manusia sampai 20 Januari.

Pada awal munculnya wabah penyakit memang selalu kacau, menurut pakar hukum kesehatan Lawrence Gostin.

“Selalu akan sangat sulit untuk mengendalikan virus ini, sejak hari pertama. Tapi saat kami tahu (komunitas internasional) itu menular dari manusia ke manusia, saya pikir kucing telah keluar kandang, sudah menyebar.”

Seperti yang dikatakan Wang Linfa, ahli virologi kelelawar di Duke-Nus Medical School di Singapura, “20 Januari adalah garis pemisah, sebelum itu orang China bisa berbuat lebih baik. Setelah itu, seluruh dunia harus benar-benar waspada dan bertindak jauh lebih baik.”

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Wanita Sukses Jualan Kue di Pinggir Jalan Omzet Jutaan per Hari, Nyaris Bangkrut karena Dikerjai Orang

Kisah Wanita Sukses Jualan Kue di Pinggir Jalan Omzet Jutaan per Hari, Nyaris Bangkrut karena Dikerjai Orang

Mbak War permah dibuat nyaris bangkrut oleh orang yang iri. Mirisnya, hal itu dilakukan oleh orang terdekatnya.

Baca Selengkapnya
Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi

Bocah di Jakarta Utara 'Disunat Jin' Usai Kencing di Kali, Ternyata Ini yang Terjadi

Dilansir dari Liputan6, ocah 6 tahun, AJ disunat jin yang memicu perhatian warga Mereka berbondong-bondong ke rumah AJ, . Simak kronologi selengkapnya!

Baca Selengkapnya
Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit

Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit

Mayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
Tiga Warga Tersengat Ikan Pari saat Asyik Berenang di Pantai Widuri, Satu Orang Pingsan

Tiga Warga Tersengat Ikan Pari saat Asyik Berenang di Pantai Widuri, Satu Orang Pingsan

Dari tiga orang tersebut, satu orang S (34) di antaranya harus dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.

Baca Selengkapnya
Cerita AHY Malam-Malam Sowan ke Hadi Tjahjanto, Minta Wejangan Sebelum Dilantik Jadi Menteri ATR

Cerita AHY Malam-Malam Sowan ke Hadi Tjahjanto, Minta Wejangan Sebelum Dilantik Jadi Menteri ATR

"Tadi malam sekitar pukul 21.00 Wib, saya diterima beliau di kediaman, dan belajar cepat, karena beliau dengan bersemangat," kata AHY

Baca Selengkapnya
Cerita Warga Brebes Sumbang 10 Ribu Telur Asin untuk Peserta Kampanye Akbar Anies-Muhaimin di JIS

Cerita Warga Brebes Sumbang 10 Ribu Telur Asin untuk Peserta Kampanye Akbar Anies-Muhaimin di JIS

Ribuan telur asin itu diangkut menuju ke JIS, Jakarta, Jumat malam.

Baca Selengkapnya
Wanita Ini Ceritakan Momen Mertuanya Tiba-tiba Datang Tanpa Berkabar, Endingnya Bikin Warganet Iri

Wanita Ini Ceritakan Momen Mertuanya Tiba-tiba Datang Tanpa Berkabar, Endingnya Bikin Warganet Iri

Selain untuk melepas rindu dengan cucu-cucunya, ibu mertuanya juga mengukur rumah anak dan menantunya.

Baca Selengkapnya
Cerita Sukses Desa BRILiaN Banjar Wangi: Gagal Panen Padi, Ganti Tanam Ubi hingga Ekspor ke Luar Negeri

Cerita Sukses Desa BRILiaN Banjar Wangi: Gagal Panen Padi, Ganti Tanam Ubi hingga Ekspor ke Luar Negeri

Kepala Kades Prasetyo menggandeng pelbagai instansi untuk membangun membangun desa Banjar Wangi. Salah satunya BRI.

Baca Selengkapnya
Anak-Anak Gaza Main Perosotan di Kawah Bekas Bom Israel

Anak-Anak Gaza Main Perosotan di Kawah Bekas Bom Israel

Anak-Anak Gaza Main Perosotan di Kawah Bekas Bom Israel

Baca Selengkapnya