Merdeka.com - Malala Yousafzai, remaja 15 tahun asal Pakistan yang ditembak Taliban Oktober tahun lalu akan menuangkan kisah hidupnya dalam sebuah buku berjudul I am Malala yang akan terbit tahun ini. Malala menyetujui proyek pembuatan buku itu senilai hampir Rp 30 miliar.

Surat kabar the Guardian melaporkan, Kamis (28/3), buku yang akan terbit musim gugur tahun ini itu akan menceritakan kisah perjuangan Malala selama menjadi pegiat pendidikan di Lembah Swat, Pakistan. Kini Malala bersekolah di Kota Birmingham, Inggris.

"Saya berharap buku ini akan tersebar ke seluruh dunia sehingga orang-orang sadar betapa sulitnya sebagian anak-anak memperoleh pendidikan," kata dia.

Buku ini rencananya diterbitkan oleh penerbit Weidenfeld & Nicholson di Inggris dan Little, Brown di luar Inggris.

"Saya ingin menceritakan kisah hidup saya tapi saya juga ingin menghadirkan kisah 61 juta anak-anak di dunia yang tidak mendapat pendidikan. Saya ingin menjadi bagian dari kampanye pendidikan bagi anak-anak. Ini adalah hak asasi mereka."

Malala mulai menulis blog di situs BBC pada 2009. Dia menceritakan tentang kehidupan di Lembah Swat. Taliban ketika itu memperkuat pengaruhnya di Pakistan dan melarang kaum perempuan bersekolah.

Pada Oktober tahun lalu seorang anggota Taliban menembak Malala tepat di kepala hingga menembus ke leher dan bahunya di sebuah bus ketika dia akan pulang sekolah.

Malala kemudian dirawat di rumah sakit Queen Elizabeth di Birmingham. Bulan lalu dia menjalani operasi kepala dan awal bulan ini dia sudah bisa bersekolah kembali.

Sejak penembakan itu Malala menerima sejumlah penghargaan internasional bahkan dinominasikan meraih Nobel Perdamaian. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengumumkan PBB akan memperingati Hari Malala tiap 10 November.

Wakil Direktur Weidenfeld & Nicolsonsaid, Arzu Tahsin, mengatakan buku ini akan mengisahkan keberanian dan pandangan Malala tentang kehidupan. "Saya yakin kisah hidup Malala akan menginspirasi pembaca dari segala generasi yang percaya pendidikan adalah hak semua orang."