Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Dokter yang Dibungkam Saat Ingin Selamatkan Warga, Hingga Terinfeksi Corona

Kisah Dokter yang Dibungkam Saat Ingin Selamatkan Warga, Hingga Terinfeksi Corona Li Wenliang. ©CNN

Merdeka.com - Li Wenliang memberikan pesan yang mengejutkan di grup alumni sekolah kedokterannya melalui aplikasi pesan singkat yang populer di China, WeChat. "Tujuh pasien dari pasar makanan laut lokal telah didiagnosis menderita penyakit mirip SARS dan dikarantina di rumah sakitnya," tulisnya.

Li menjelaskan, menurut sebuah tes yang telah dilihatnya, penyakit itu adalah virus corona, yang ternyata satu keluarga dengan virus sindrom pernafasan akut (SARS).

Kenangan SARS yang melanda China, di mana wabah yang terjadi pada tahun 2003 menewaskan ratusan orang yang sebelumnya pemerintah sempat menutupi kejadian itu.

"Saya hanya ingin mengingatkan teman-teman sekelas universitas saya agar berhati-hati," kata Li.

Li adalah seorang dokter berusia 34 tahun yang bekerja di Wuhan, kota yang menjadi pusat penyebaran virus corona di China. Li mengatakan kepada teman-temannya untuk mengingatkan orang-orang yang mereka cintai akan bahayanya virus ini.

Dalam beberapa jam tangkapan layar dari pesan Li itu beredar dengan cepat, bahkan namanya tidak disensor.

"Ketika saya melihat pesan itu beredar di dunia maya, saya menyadari bahwa itu di luar kendali saya dan saya mungkin akan dihukum," kata Li.

Perkataan Li pun benar terjadi.

Segera setelah dia mengunggah pesan itu, Li dituduh menyebarkan isu oleh polisi Wuhan. Dia adalah salah satu dari beberapa petugas medis yang menjadi sasaran polisi karena berusaha untuk mengungkap virus mematikan ini di pekan-pekan awal sebelum terjadinya wabah. Hingga kini, virus corona telah merenggut setidaknya 425 nyawa dan membuat lebih dari 20.000 orang terinfeksi di seluruh dunia, termasuk Li.

Dari tempat perawatan intensif di rumah sakit, Li mengatakan kepada CNN bahwa dia dipastikan mengidap virus itu.

Diagnosisnya telah memicu kemarahan di seluruh China, di mana serangan balik terhadap upaya negara menutupi penyakit tersebut dan penundaan dalam memperingatkan lebih awal kepada publik mengenai virus mematikan itu.

Dipanggil oleh Polisi

Pada waktu yang sama ketika Li mengirim pesan kepada teman-temannya, sebuah pemberitahuan darurat dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan Kota Wuhan, yang berisikan pemberitahuan kepada institusi medis kota jika ada beberapa pasien dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan mengalami pneumonia yang tidak diketahui.

Pemberitahuan itu datang dengan menyisipkan peringatan yang bertuliskan,"Setiap organisasi atau individu tidak diizinkan untuk memberikan informasi pengobatan kepada publik tanpa izin."

Menurut surat kabar pemerintah Beijing Youth Daily, dini hari tanggal 31 Desember, otoritas kesehatan Wuhan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas wabah tersebut. Setelah itu, Li dipanggil oleh pejabat rumah sakitnya agar menjelaskan bagaimana dia bisa tahu tentang kasus-kasus itu.

Pada hari yang sama, pihak berwenang Wuhan mengumumkan wabah dan memperingatkan Organisasi Kesehatan Dunia WHO). Meski begitu, persoalan Li tidak berakhir di sana.

Tanggal 3 Januari 2020, Li dipanggil ke kantor polisi setempat dan ditegur karena menyebarkan desas-desus yang sangat mengganggu ketertiban sosial atas pesan yang dia kirimkan dalam grup obrolan.

Dalam pesan itu, Li mengatakan pasien telah didiagnosis dengan SARS, mengutip hasil tes yang menunjukkan patogen positif sebagai virus SARS dengan 'koefisien kepercayaan' (suatu ukuran yang menunjukkan keakuratan tes) yang tinggi.

Li sempat mengklarifikasi pernyataannya dalam pesan berikutnya yang menyatakan bahwa virus itu sebenarnya adalah tipe virus corona yang berbeda. Sangat disayangkan, tangkapan layar dari pesan pertama Li sudah menyebar di dunia maya.

Li harus menandatangani pernyataan untuk mengakui kesalahan dan berjanji untuk tidak melakukan tindakan melanggar hukum lebih lanjut.

Dia takut akan ditahan. "Keluarga saya akan khawatir tentang saya, jika saya kehilangan kebebasan saya selama beberapa hari," katanya kepada CNN melalui pesan teks di WeChat. Li terdengar batuk terlalu banyak dan napasnya tidak teratur untuk berbicara melalui telepon.

Untungnya, Li diizinkan meninggalkan kantor polisi setelah satu jam berada di sana.

Polisi Wuhan belum menanggapi permintaan CNN untuk memberikan komentar pada saat berita ini ditayangkan. Selain itu, Komisi Kesehatan Kota Wuhan menolak memberikan komentar.

Li yang bekerja sebagai dokter mata ini kembali bertugas di Rumah Sakit Pusat Wuhan dengan perasaan tak berdaya. Li mengatakan, tidak ada yang bisa dia lakukan. Semuanya harus mematuhi garis resmi.

Pada 10 Januari, setelah tanpa sadar merawat pasien dengan virus corona di Wuhan, Li mulai batuk dan demam pada hari berikutnya.

Li kemudian dirawat di rumah sakit pada 12 Januari. Pada hari-hari berikutnya, kondisi Li semakin memburuk. Saking parahnya Li dirawat di unit perawatan intensif, dan diberi dukungan oksigen.

Pada 1 Februari, Li dinyatakan positif mengidap virus corona.

Kebenaran yang Semestinya Tidak Ditutupi

Sejak awal, pihak berwenang China ingin mengendalikan informasi tentang wabah itu, membungkam suara apa pun yang berbeda dengan narasinya, terlepas dari apakah mereka mengatakan yang sebenarnya.

Pada 1 Januari, polisi Wuhan mengumumkan telah mengambil tindakan hukum terhadap delapan orang yang baru-baru ini menerbitkan dan mengedarkan berbagi rumor tentang penyakit seperti pneumonia sehingga menyebabkan dampak buruk pada masyarakat.

Polisi menyatakan melalui Weibo (platform mirip twitter), "Internet bukan tempat bebas dari hukum... Setiap tindakan melanggar hukum, seperti memalsukan, menyebarkan desas-desus, dan mengganggu tatanan sosial akan dihukum oleh polisi sesuai dengan hukum, tanpa toleransi."

Pengumuman polisi disiarkan di seluruh negeri melalui CCTV (stasiun televisi pemerintah China). Polisi memperjelas bagaimana pemerintah China akan memperlakukan penyebar isu.

Dalam dua minggu berikutnya, Komisi Kesehatan Kota Wuhan tetap menjadi satu-satunya sumber informasi perkembangan wabah. Ilmuwan China mengidentifikasi patogen sebagai virus corona baru pada 7 Januari. Selama sekitar satu minggu, tidak ada kasus baru yang dikonfirmasi diumumkan. Otoritas kesehatan menyatakan tidak ada bukti yang jelas untuk penularan dari manusia ke manusia, tidak ada infeksi petugas kesehatan, dan bahwa wabah itu dapat dicegah dan dikendalikan.

Pada 31 Januari, Li menulis dalam sebuah unggahan di Weibo bagaimana perasaannya selama periode itu. Pesan itu bertuliskan, "Saya bertanya-tanya mengapa pemberitahuan resmi (pemerintah) masih mengatakan tidak ada penularan dari manusia ke manusia, dan tidak ada petugas kesehatan yang terinfeksi."

Tak lama setelahnya, tiba-tiba muncul lonjakan angka orang yang tertular.

Hingga 17 Januari, otoritas kesehatan di Wuhan hanya melaporkan 41 kasus virus. Namun pada 20 Januari, jumlah itu melonjak menjadi 198 kasus.

Menanggapi itu, pada 20 Januari akhirnya pemerintah pusat mengambil alih, Presiden Xi Jinping memerintahkan upaya tegas untuk menghentikan penyebaran virus corona dan menekankan perlunya keterbukaan informasi yang tepat waktu. Itu adalah pertama kalinya Xi berbicara secara terbuka dalam menangani wabah corona.

Malam itu, Zhong Nanshan, seorang ahli pernapasan yang ditunjuk pemerintah karena telah memerangi SARS pada 2003 menyatakan melalui siaran CCTV, bahwa virus corona baru dapat ditularkan dari orang ke orang.

Tiga hari kemudian, pihak berwenang memberlakukan pembatasan akses yang belum pernah terjadi sebelumnya di kota Wuhan, yang selama ini merupakan mesin ekonomi sekaligus pusat transportasi China. Meski begitu, lima juta orang telah meninggalkan kota untuk liburan Tahun Baru Imlek sebelum wabah terjadi.

Sekarang, virus telah menyebar ke setiap wilayah di negara itu, termasuk perbatasan sebelah barat Xinjiang dan wilayah terpencil Tibet.

Dalam sebuah wawancara dengan CCTV pada tanggal 27 Januari, Wali Kota Wuhan Zhou Xianwang, mengakui pemerintahnya tidak mengungkapkan informasi mengenai virus corona tepat waktu.

Dia menjelaskan di bawah hukum China, sebelum membuat pengumuman tentang penyakit menular, pemerintah daerah pertama-tama harus melaporkan wabah ke otoritas kesehatan nasional terlebih dahulu dan kemudian mendapatkan persetujuan dari Dewan Negara.

"Untuk keterlambatan informasi, saya berharap semua orang dapat memahami bahwa ini adalah penyakit menular, dan informasi yang relevan memiliki tahapan khusus untuk bisa diungkapkan sesuai dengan hukum," kata Zhou.

Amarah Publik

Pada akhir Januari, keterlambatan penanganan wabah oleh pemerintah Wuhan mulai dipahami di China. Banyak netizen memikirkan peringatan dini yang disebarkan dari delapan orang itu bisa menyelamatkan ratusan nyawa.

Seruan Xi untuk merilis informasi yang tepat waktu dipandang sebagai lampu hijau untuk melaporkan virus corona. Wartawan China juga mulai memproduksi liputan mendalam serta laporan investigasi. Surat kabar yang dikelola pemerintah Beijing, Youth Daily, mewawancarai Li dan artikelnya pun menjadi viral setelah ditulis. Meski dihapus dalam beberapa saat, tetapi keributannya tetap ada.

Pada saat kemarahan publik tengah meningkat, Mahkamah Agung China pada 28 Januari, mengkritik polisi Wuhan karena menghukum para pembuat isu.

"Itu mungkin merupakan hal yang beruntung, jika masyarakat mendengarkan 'desas-desus' karena mengandung virus corona baru pada waktu itu, mungkin masyarakat akan mengambil langkah-langkah seperti mengenakan masker, desinfeksi yang ketat dan menghindari pergi ke pasar satwa liar," kata Mahkamah Agung.

Menghadapi tekanan publik, polisi Wuhan mengeluarkan pernyataan pada hari berikutnya, yang mengatakan bahwa delapan orang itu hanya melakukan kesalahan ringan terutama karena menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi. Polisi mengatakan bahwa mereka hanya dipanggil untuk berbicara dan tidak ditahan atau didenda.

Pada hari Sabtu, "tukang rumor" lain maju dengan kisahnya di media massa China.

Xie Linka, seorang ahli onkologi dari Rumah Sakit Union Wuhan, mengatakan kepada media China bahwa dia menerima peringatan dari polisi setelah menyebarkan peringatan kepada rekan-rekannya di grup WeChat pada 30 Desember.

Dalam pesan itu, Xie menyampaikan peringatan dari sesama dokter tentang penyakit menular yang bertuliskan,"Jangan pergi ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan dalam waktu dekat. Beberapa orang ditemukan mengidap pneumonia yang tidak diketahui mirip dengan SARS di sana. Saat ini rumah sakit kami menerima banyak pasien dari pasar. Semua orang harap ingat untuk memakai masker dan jaga sirkulasi udara dengan baik."

Saat tengah memulihkan diri di tempat karantina, Li mengatakan dia tidak yakin apakah dia adalah salah satu dari delapan pembuat isu mengenai virus corona baru. Tetapi dia merasa lega setelah membaca komentar Mahkamah Agung, dan menganggapnya sebagai tanda bahwa pemerintah pusat menentang untuk memberinya hukuman berat.

Dalam akun Weibonya, puluhan ribu orang telah meninggalkan komentar untuk berterima kasih kepadanya karena telah berani berbicara dan berharap dia dapat sembuh dengan cepat.

"Dr Li, Anda adalah dokter yang baik dengan hati nurani. Saya harap Anda tetap aman dan sehat," tulis salah satu komentar berperingkat teratas.

Sebagian lainnya beropini tentang apa yang bisa terjadi seandainya peringatan Li diperhatikan.

"Jika Wuhan memperhatikan [peringatannya] saat itu dan mengambil tindakan pencegahan aktif, mungkin akan berbeda hasilnya dengan yang terjadi sekarang," tulis pengguna Weibo lainnya.

Reporter Magang : Roy Ridho

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dokter Ungkap Kondisi Terkini Relawan Prabowo-Gibran di Sampang Korban Penembakan Usai Operasi

Dokter Ungkap Kondisi Terkini Relawan Prabowo-Gibran di Sampang Korban Penembakan Usai Operasi

Tim dokter saat ini masih melakukan perawatan dan observasi terkait kemungkinan gejala sisa.

Baca Selengkapnya
Dikabarkan Meninggal, Ini Kondisi Dokter Lo Sebenarnya

Dikabarkan Meninggal, Ini Kondisi Dokter Lo Sebenarnya

Ia membenarkan jika dokter Lo Siauw Ging MARS saat ini sedang mendapat perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu (RSKI) Solo.

Baca Selengkapnya
Cerita Dokter Pasiennya Usia 25 Tahun Mendadak Masuk IGD lalu Divonis Gagal Ginjal, Ternyata Sering Minum Pil Diet

Cerita Dokter Pasiennya Usia 25 Tahun Mendadak Masuk IGD lalu Divonis Gagal Ginjal, Ternyata Sering Minum Pil Diet

Setelah menjalani pemeriksaan, hasilnya mampu membuat dokter sedih hingga gregetan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Kesaksian Dokter Relawan di Jalur Gaza, Miris Lihat Pasien Dioperasi di Atas Lantai Rumah Sakit hingga Lahirkan Bayi

Kesaksian Dokter Relawan di Jalur Gaza, Miris Lihat Pasien Dioperasi di Atas Lantai Rumah Sakit hingga Lahirkan Bayi

Seorang dokter relawan mengungkap sebuah kejadian pilu mengenai sang pasien saat hendak melahirkan bayi.

Baca Selengkapnya
Miris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya

Miris Lihat Kesengsaraan Rakyat di Berbagai Daerah, Dokter Ini Memutuskan Beri Pengobatan Gratis untuk Pasiennya

Semasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat

Baca Selengkapnya
Mengaku Dicabuli Dokter, Istri Pasien Serahkan Bukti Penting Ini ke Polisi

Mengaku Dicabuli Dokter, Istri Pasien Serahkan Bukti Penting Ini ke Polisi

TA dan suaminya langsung meninggalkan lokasi. Hanya tim kuasa hukumnya yang menemui awak media untuk menyampaikan keterangan pers.

Baca Selengkapnya
Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Indonesia Darurat Pemenuhan Dokter Spesialis, Apa Penyebabnya?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan 78.400 dokter spesialis.

Baca Selengkapnya
Bayi Batuk Tak Perlu Langsung Dibawa ke Dokter, Mengapa?

Bayi Batuk Tak Perlu Langsung Dibawa ke Dokter, Mengapa?

Sejumlah kondisi batuk pada bayi tidak perlu terlalu dikhawatirkan orangtua dan tidak selalu harus diobati.

Baca Selengkapnya