Merdeka.com - Pemerintah Shanghai memasang pagar untuk membatasi pergerakan warga, upaya terbaru memerangi wabah Covid.
Pagar hijau berdiri di depan rumah warga tanpa pemberitahuan. Seorang warga menyampaikan kepada BBC, tiba-tiba ada pagar hijau di depan rumahnya tiga hari lalu tanpa pemberitahuan.
Sebanyak 25 juta penduduk Shanghai berada di bawah lockdown ketat sejak infeksi Covid melonjak di kota itu.
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan petugas dengan APD menyegel pintu masuk di blok permukiman warga dan menutup jalan dengan pagar hijau.
Pagar setinggi 2 meter itu dipasang di sekitar bangunan yang dikategorikan "kawasan tertutup" di mana sedikitnya satu orang dites positif Covid-19.
Setiap orang yang tinggal di "kawasan tertutup" itu dilarang keluar rumah, walaupun mereka tidak terinfeksi virus corona.
Dikutip dari BBC, Senin (25/4), belum jelas alasan pemerintah memasang pagar tersebut.
Pemberitahuan pemerintah lokal tertanggal 23 April yang dibagikan online menyatakan pihaknya menerapkan "karantina ketat" di beberapa wilayah.
BBC belum bisa memverifikasi foto-foto yang bermunculan di media sosial, tapi sempat mewawancarai warga negara asing yang tinggal di Shanghai. WNA yang meminta tak disebutkan namanya ini mengatakan pagar hijau berdiri di komplek tempat tinggalnya tiga hari lalu.
Gerbang utama ke tempat tinggalnya digembok tiga pekan lalu setelah seorang tetangganya positif Covid. Tapi pada Kamis pekerja memasang pagar baru tanpa pemberitahuan.
"Ada koridor panjang di komplek pemukiman kami, dan dalam koridor panjang itu mereka memasang pagar hijau lain tiga hari lalu," ujarnya melalui telepon.
"Tidak ada yang menjelaskan kepada kami alasan pemasangan pagar itu."
"Tidak ada yang bisa keluar," lanjutnya.
"Saya merasa tak bisa apa-apa. Anda tidak tahu kapan lockdown akan berakhir."
"Kalau wilayah Anda dipagari, bagaimana kalau terjadi kebakaran? Menurut saya tidak ada orang waras yang bisa menyegel rumah orang."
Ketika pejabat kota Shanghai sibuk memasang pagar, pejabat lainnya berusaha memblokir video yang menyoroti dampak lockdown yang beredar di media sosial.
Salah satu video yang beredar mengkritik kekurangan pasokan makanan dan mengeluhkan kondisi medis.
"Kami belum makan selama berhari-hari," kata salah satu warga dalam video itu berdurasi enam menit itu.
Kritik masyarakat terhadap kebijakan pemerintah terbilang langka di China. Tapi dalam beberapa pekan terakhir, beberapa warga Shanghai melontarkan kritik di media sosial, termasuk lambannya pemerintah menyalurkan bantuan makanan seperti sayur, daging, dan telur.
Pemerintah Shanghai juga memasang alarm elektronik di pintu-pintu rumah warga untuk mencegah mereka yang terinfeksi virus keluar rumah. Pemerintah juga memerintahkan semua pasien yang terinfeksi dan kontak terdekat mereka dibawa ke fasilitas karantina pemerintah.
Shanghai melaporkan rekor 39 kasus kematian Covid pada Minggu, selain 21.000 lebih infeksi baru. [pan]
Baca juga:
Dua Hari Berturut Angka Kematian Covid-19 di Shanghai Bertambah
China Laporkan Tiga Kasus Kematian Covid-19 dalam Gelombang Wabah Terbaru
Warga China Cemas, Covid-19 Menular Melalui Partikel Udara yang Terhirup
Kisah Warga China yang Alami Lockdown Covid-19, Terjebak di Restoran hingga WC Umum
Ribuan Warga Beijing Jalani Tes Covid-19 Massal
China Habiskan Dana Rp270 Triliun untuk Vaksinasi Covid-19
Advertisement
Bangkitnya Musik Anti-Muslim India, Saat Kebencian Menyusup Lewat Lirik Lagu
Sekitar 15 Menit yang laluDisebut Kumuh dan Kuno oleh Kim Jong-un, Hotel Wisata di Korut Dihancurkan
Sekitar 12 Jam yang laluObat Covid-19 Buatan China Mulai Dijual, Harganya Cukup Terjangkau
Sekitar 14 Jam yang laluLSM China Rilis Laporan Daftar Kekejaman Amerika di Timur Tengah
Sekitar 14 Jam yang laluFoto Kertas di Lubang Toilet, Trump Diduga Buang Dokumen Rahasia
Sekitar 14 Jam yang laluCurah Hujan Catat Rekor, Banjir Tewaskan Delapan Orang di Seoul Korea Selatan
Sekitar 16 Jam yang laluTaiwan: China Latihan Perang untuk Persiapan Invasi
Sekitar 16 Jam yang laluPentagon Kirim Paket Bantuan Senjata Terbesar ke Ukraina, Nilainya Rp14,8 Triliun
Sekitar 17 Jam yang laluDubes Myanmar untuk China Meninggal Secara Mendadak
Sekitar 17 Jam yang laluCEK FAKTA: Tidak Benar Sunscreen dan Konsumsi Minyak Sayur Menyebabkan Kanker Kulit
Sekitar 6 Hari yang laluKetahui Perbedaan antara Sunscreem dan Sunblock, Cegah Salah saat Memilih
Sekitar 6 Bulan yang lalu12 Rekomendasi Sunscreen Ringan di Bawah Rp100.000 dengan SPF Minimal 30
Sekitar 7 Bulan yang lalu5 Rekomendasi Sunscreen Gel Terbaik Ini Cocok untuk Kulit Berminyak
Sekitar 11 Bulan yang laluUngkap Kasus Brigadir J, Kapolri Kembali Buktikan 'Potong Kepala Ikan Busuk'
Sekitar 16 Menit yang laluPerjalanan Kasus Pembunuhan Brigadir J Seret Tiga Jenderal Polisi
Sekitar 1 Jam yang laluFerdy Sambo dan Skenario di Balik Kematian Brigadir J
Sekitar 2 Jam yang laluUngkap Kasus Brigadir J, Kapolri Kembali Buktikan 'Potong Kepala Ikan Busuk'
Sekitar 16 Menit yang laluIni Sosok KM, Tersangka Ketiga Kasus Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 36 Menit yang laluPeriksa Hasil Uji Balistik, Komnas HAM Minta Puslabfor Hadirkan Senjata dan Peluru
Sekitar 51 Menit yang laluPerjalanan Kasus Pembunuhan Brigadir J Seret Tiga Jenderal Polisi
Sekitar 1 Jam yang laluUngkap Kasus Brigadir J, Kapolri Kembali Buktikan 'Potong Kepala Ikan Busuk'
Sekitar 16 Menit yang laluPerjalanan Kasus Pembunuhan Brigadir J Seret Tiga Jenderal Polisi
Sekitar 1 Jam yang laluFerdy Sambo dan Skenario di Balik Kematian Brigadir J
Sekitar 2 Jam yang laluKomisi VI DPR RI Soroti Peran BUMN dalam Pengembangan Berbagai Sektor di NAD
Sekitar 21 Jam yang laluEkonomi Tumbuh Impresif, Puteri Komarudin: Pemulihan Terus Berlanjut dan Semakin Kuat
Sekitar 1 Hari yang laluBRI Liga 1: Soal Tuntutan Mundur Eduardo Almeida, Manajemen Arema Tak Tutup Telinga
Sekitar 1 Jam yang laluBernardo Tavares Girang, Bawa PSM Cetak Sejarah di Piala AFC 2022
Sekitar 8 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Sandiaga Salahuddin Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami