Merdeka.com - Kapal selam tampaknya akan menjadi jenis senjata terakhir yang diinginkan atau dibutuhkan angkatan bersenjata suatu negara yang dilanda perang sipil berbasis darat.
Tetapi para jenderal Myanmar baru-baru ini memperoleh tidak hanya satu tetapi dua kapal selam diesel-listrik.
Pada Maret 2020, India dilaporkan memberi Myanmar kapal selam seberat 3.000 ton, yang dipamerkan dalam latihan angkatan laut pada Oktober 2020 dan diharapkan akan dikerahkan di salah satu pangkalan angkatan laut di Teluk Benggala.
Kemudian pada Desember 2021, Myanmar menerima pengiriman kapal selam Kelas Ming Type-035 seberat 2.100 ton dari China. Kapal penyerang ini terlihat dalam video yang diunggah di media sosial sedang bergerak menuju Sungai Yangon dikawal kapal serang cepat Tipe 5 Angkatan Laut Myanmar.
Dengan memberikan Myanmar sebuah kapal selam, India berharap mengungguli China, yang pengaruhnya meningkat wilayah timur India dan menjadi perhatian pejabat keamanan New Delhi.
Setidaknya sejak 2013, India juga telah mengirimkan senjata artileri, radar, dan perangkat pengawasan malam hari ke militer Myanmar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fokusnya bergeser ke kerja sama angkatan laut untuk melawan pengaruh China yang meningkat di kawasan Samudra Hindia.
Pada saat yang sama, China berusaha untuk tetap menjadi sekutu militer utama Myanmar dan pemasok senjata utama termasuk untuk peralatan angkatan laut. Angkatan Laut Myanmar dilengkapi dengan rudal anti-kapal C-802 buatan China, sementara angkatan udaranya mengoperasikan beberapa pesawat buatan China, termasuk jet tempur Chengdu JF-17 Thunder dan transportasi Shaanxi Y-8.
Rusia juga terlibat, di mana laporan media menunjukkan tank buatan Rusia dan peralatan lainnya dikirim ke junta pada 23 Januari.
Sementara itu, para jenderal Myanmar ingin memastikan korps perwira dan jajarannya tetap setia kepada petinggi, yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing, yang juga memimpin kudeta terhadap pemerintahan sipil. Demikian dikutip dari laman Asia Times.
Militer Myanmar juga membeli tank dan kendaraan lapis baja berat yang tidak banyak berguna melawan gerilyawan yang berbasis di hutan. Pengadaan senjata tersebut merupakan bagian dari doktrin pertahanan “mainan untuk bocah laki-laki” Myanmar, di mana tentara mendapat untung secara pribadi dari pengadaan besar. Aspek perencanaan militer ini kemungkinan semakin penting sejak kudeta 1 Februari 2021.
Pengadaan senjata besar-besaran terjadi pada saat krisis ekonomi dan keuangan yang parah, mengalami kontraksi ekonomi minus 18 persen tahun lalu, yang sebagian besar disebabkan kudeta militer. Tetapi prioritas junta adalah yang pertama dan terutama untuk mempertahankan kekuasaan dan mempertahankan loyalitas jajaran militer, yang diyakini dapat dicapai dengan pembelian senjata besar-besaran.
Militer Myanmar atau yang dikenal sebagai Tatmadaw telah memerangi rakyatnya sendiri yang menentang kudeta. Sekarang, seiring munculnya Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) di berbagai daerah, militer semakin gencar melakukan penyerangan.
Menurut data yang dirilis PDF, sekitar 8.000 tentara Tatmadaw tewas sejak kudeta. Klaim ini mungkin dibesar-besarkan, tetapi pengamat independen percaya atmadaw telah menderita kerugian besar, hampir belum pernah terjadi sebelumnya, dalam perang saudara yang meluas.
Pada saat yang sama, penderitaan rakyat tak tertanggungkan. Menurut laporan bersama Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan dan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi yang dirilis pada 4 Januari, lebih dari 135.000 warga sipil mengungsi karena pertempuran. Dan mengingat operasi militer baru-baru ini dilancarkan di negara bagian Karen dan Kayah. angka saat ini mungkin dua kali lebih besar.
Badan-badan PBB juga mencatat berbagai kekerasan lainnya seperti perusakan dan penjarahan properti termasuk tempat ibadah, penangkapan sewenang-wenang, kekerasan seksual, kerja paksa, penyiksaan dan pembunuhan.
Ketakutan utama para pemimpin Tatmadaw saat ini adalah tentara yang tidak puas yang membelot, bergabung dengan generasi aktivis pro-demokrasi, sebuah skenario yang bisa menandai awal dari berakhirnya kekuasaan yang didominasi militer di Myanmar.
Untuk mencegah hal itu, Tatmadaw berusaha menjaga korps perwira puas. Mulai 1989, Tatmadaw menghabiskan lebih dari 1 miliar dolar untuk pengadaan peralatan militer baru yang lebih canggih.
Pengadaan tersebut terutama datang dari China tetapi juga dari Singapura, Pakistan dan Israel. Sebagian besar pembelian, bagaimanapun, bahkan pada saat itu adalah material yang sebenarnya tidak dibutuhkan Myanmar, seperti sistem rudal yang tidak banyak digunakan dalam operasi kontra-pemberontakan, tank berat, kendaraan lapis baja, kapal patroli angkatan laut dan berbagai jenis peralatan radar.
Pada saat yang sama, industri pertahanan Myanmar mulai memproduksi senapan infanteri baru untuk menggantikan G-3 yang lama dan berat. Pasukan juga mendapat seragam baru yang lebih bagus.
Jumlah Tatmadaw juga meningkat secara dramatis. Tiga angkatan — angkatan darat, angkatan udara dan angkatan laut — berjumlah tidak lebih dari 195.000 orang sebelum 1988.
Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis yang berbasis di London dan lembaga pemikir internasional lainnya, angkatan darat sekarang memiliki 507.000 orang, angkatan udara 23.000 dan angkatan laut 19.000 dengan total 549.000.
Transisi ke ekonomi pasar setelah pemberontakan dan tindakan keras 1988 memberi para perwira banyak peluang untuk memperkaya diri sendiri. Seperti yang ditulis oleh salah satu sumber Myanmar di media sosial: “para perwira militer hanya tertarik untuk menerima suap dan membuat kesepakatan bisnis dengan para kroni, mereka tidak ingin berperang lagi, mereka bergabung dengan tentara untuk menjadi kaya dengan cepat.”
Atau, seperti yang dikatakan seorang pensiunan perwira Tatmadaw kepada koresponden ini jauh sebelum kudeta: “Kemewahan ketika saya berada di ketentaraan terdiri dari satu set bulu tangkis dan sebotol rum tentara, dan saya adalah seorang kolonel. Sekarang bahkan kapten dan letnan memiliki lebih dari satu mobil, beberapa set tongkat golf, dan setidaknya dua gundik. Dan mereka tidak perlu bertempur.”
Tatmadaw saat ini sedang diuji di medan perang di seluruh Myanmar dan indikasi kinerjanya buruk. Pasukan dikerahkan memerangi pemberontak Kachin di utara, Karen di tenggara, Chins di barat dan pasukan perlawanan Burma di seluruh negeri, termasuk untuk pertama kalinya di daerah perkotaan termasuk Yangon.
Prajurit belakangan ini banyak ditarik dari beberapa daerah setelah mengalami banyak korban karena Tatmadaw malah menggunakan kekuatan udara dan artileri berat yang ditembakkan dari jarak yang aman, sebuah tanda kelemahan militer daripada kekuatan dalam konteks Myanmar.
Mengingat situasi mengerikan yang dihadapi Tatmadaw sekarang, diragukan akuisisi kapal selam China akan banyak membantu pasukan. [pan]
Baca juga:
Jokowi Tegaskan Pentingnya Implementasi 5 Poin Konsensus ASEAN untuk Masalah Myanmar
Militer Myanmar Krisis Keuangan, Tentara Terpaksa Jadi "Debt Collector"
Memahami Kudeta Militer Myanmar yang Sudah Tewaskan Ribuan Nyawa
Junta Myanmar Tambah Lima Dakwaan Korupsi Bagi Aung San Suu Kyi
Brutalnya Taktik Militer Myanmar: Bakar Desa dan Bantai Warga Secara Sistematis
Aung San Suu Kyi Kembali Dijatuhi Hukuman Empat Tahun Penjara
Advertisement
WHO Perkirakan Kasus Cacar Monyet Makin Bertambah di Seluruh Dunia
Sekitar 13 Jam yang laluVideo Baru Buktikan Tak Ada Baku Tembak di TKP Pembunuhan Jurnalis Shireen Abu Aqla
Sekitar 15 Jam yang laluLima Orang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat di Pegunungan Alpen Prancis
Sekitar 16 Jam yang laluPemimpin Partai Buruh Anthony Albanese Terpilih Jadi Perdana Menteri Australia
Sekitar 17 Jam yang laluIsrael Konfirmasi Kasus Pertama Cacar Monyet
Sekitar 19 Jam yang laluElon Musk Bantah Dugaan Pelecehan Seksual Terhadap Pramugari SpaceX
Sekitar 20 Jam yang laluRamos-Horta Dilantik jadi Presiden Timor Leste, Ingin Perkuat Hubungan dengan China
Sekitar 1 Hari yang laluInggris Catat 11 Kasus Baru Cacar Monyet, di Spanyol 23 Kasus Baru Terkait Sauna
Sekitar 1 Hari yang laluTaliban Perintahkan Presenter TV Pakai Cadar, "Bagaimana Bisa Saya Baca Berita?"
Sekitar 1 Hari yang laluPria di Jepang Habiskan Uang Bantuan Covid untuk Seluruh Penduduk Kota di Meja Judi
Sekitar 2 Hari yang laluLarangan Sudah Dicabut, Pengusaha Akui Masih Sulit Ekspor CPO dan Minyak Goreng
Sekitar 14 Jam yang laluMinyak Goreng Curah di Cirebon Melimpah, Harga per Liter Rp14.500
Sekitar 1 Hari yang laluJokowi Tinjau Harga Minyak Goreng dan Bagikan BLT di Pasar Muntilan
Sekitar 1 Hari yang laluPresiden Jokowi Cek Harga Minyak Goreng Curah di Pasar Muntilan
Sekitar 1 Hari yang laluJokowi Soal Harga BBM: Subsidi APBN Gede Sekali, Tahan Sampai Kapan?
Sekitar 1 Hari yang laluDemo di Patung Kuda, Buruh dan Mahasiswa Bawa Empat Tuntutan Ini
Sekitar 1 Hari yang laluAlternatif Cara Tahan Kenaikan Harga Pertalite dkk Tanpa Tambah Utang
Sekitar 1 Hari yang laluLangkah Pemerintah Batalkan Rencana Kenaikan Harga BBM Hingga Tarif Listrik Tepat
Sekitar 1 Hari yang laluKritik Rusia, Eks Presiden AS George W Bush Keceplosan Sebut Invasi ke Irak Brutal
Sekitar 2 Hari yang laluPermintaan Ambulans untuk Ukraina Meningkat di Tengah Invasi Rusia
Sekitar 2 Hari yang laluPengamat Militer Rusia Punya Pandangan Mengejutkan tentang Perang di Ukraina
Sekitar 3 Hari yang laluSri Mulyani: Tiap Negara Punya Strategi Hadapi Kenaikan Harga Energi dan Pangan
Sekitar 3 Hari yang laluMenteri PPPA Harap Acara Daerah jadi Ajang Memajukan UMKM Perempuan Terdampak Covid
Sekitar 6 Jam yang laluEpidemiolog Pandu Riono Dorong Pemerintah Menyudahi PPKM
Sekitar 6 Jam yang laluSiang Kerja, Warga Bangka Selatan Babel Minta Petugas Gelar Vaksinasi Malam Hari
Sekitar 7 Jam yang laluPeningkatan Mobilitas Masyarakat Saat Mudik Dorong Pemulihan Ekonomi
Sekitar 2 Hari yang laluLapor Jokowi, Menko PMK Sampaikan Kasus Kecelakaan Mudik 2022 Turun 11%
Sekitar 3 Hari yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 1 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 1 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami