Merdeka.com - Sebuah liontin yang terbuat dari gigi rusa berusia 20.000 tahun akhirnya mengungkap siapa pemiliknya setelah delapan tahun. Liontin ini memiliki bekas DNA manusia di permukaannya. Gigi rusa, yang dipakai sebagai kalung manik-manik, kemungkinan besar menyerap DNA dari keringat pemiliknya.

Ahli dari Universitas Leiden di Belanda, Marie Soressi, baru bisa mengekstrasi DNA pemilik kalung tersebut selama delapan tahun melalui proses baru.

Teknik ini mungkin mengungkap detail yang belum pernah ada sebelumnya tentang kebiasaan sosial dan peran gender populasi kuno.

Menurut penulis studi tentang liontin ini, Elena Essel, sampel DNA di liontin tersebut memberi tahu kehidupan manusia pada zaman itu.

"Dengan setiap sampel kami dapat belajar lebih banyak dan membuat lebih banyak kesimpulan tentang bagaimana orang-orang ini hidup," ujar Essel, dikutip dari Arkeo News, Kamis (4/5).

Essel bersama rekan-rekannya mengeluarkan DNA dari dalam pori-pori liontin kuno dengan merendamnya di dalam larutan garam hangat yang tidak akan mengubah liontin tersebut. Kemudian, sejumlah materi genetik diurutkan dan dibandingkan dengan kumpulan DNA purba dari artefak lain yang ditemukan.

Hasilnya, peneliti menemukan DNA mitokondria yang biasa diwariskan dari perempuan di liontin tersebut. DNA itu diketahui berusia sekitar 19.000 hingga 25.000 tahun.

Pemiliknya adalah wanita yang genetiknya mirip bangsa Eurasia utara. Sedangkan gigi rusa yang dipakai di liontin itu milik spesies rusa Cervus canadensis atau Elk.

Liontin ini digali di Gua Denisova, Siberia, Rusia. Gua ini menjadi tempat tinggal nenek moyang manusia selama 300.000 tahun lalu.

Hasil penelitian ini kemudian dipublikasi di jurnal Nature.

Reporter magang: Yobel Nathania