Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Jaringan Rahasia Bantu Ratusan Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India

Jaringan Rahasia Bantu Ratusan Polisi Myanmar Melarikan Diri ke India Polisi Myanmar yang kabur ke India. ©AFP

Merdeka.com - Di sebuah permukiman pegunungan terpencil, jaringan rahasia aktivis dan sukarelawan membantu ratusan polisi Myanmar yang membelot. Para polisi ini melarikan diri karena tidak setuju dengan tindakan keras militer yang brutal terhadap para pengunjuk rasa anti-kudeta. Mereka melarikan diri menuju wilayah yang relatif aman di negara bagian kecil di timur laut India.

Pelarian mereka - dengan mobil, sepeda motor dan berjalan kaki melalui medan hutan lebat - kerap dipandu oleh kelompok yang dipimpin sukarelawan di kedua sisi perbatasan, menurut laporan dari setidaknya 10 orang yang terlibat dalam jaringan atau pernah dibantu jaringan itu untuk melintasi perbatasan. Orang-orang tersebut mengatakan, begitu sampai di India, aktivis dan penduduk lokal menyediakan makanan dan tempat berlindung di rumah yang aman.

Beberapa personel polisi mengatakan mereka melarikan diri dari Myanmar karena takut dipersekusi setelah menolak menaati perintah junta militer untuk menembak para pengunjuk rasa.

Lebih dari 1.000 orang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar telah menyeberang ke negara bagian Mizoram, India sejak akhir Februari lalu, menurut anggota parlemen India, K Vanlalvena, seperti dilaporkan Reuters. Mereka termasuk sekitar 280 polisi Myanmar dan puluhan personel departemen pemadam kebakaran, menurut seorang pejabat polisi senior di Mizoram.

Alat yang digunakan anggota jaringan ini sederhana: aplikasi pesan media sosial, kartu SIM ponsel dari kedua negara, mobil jip, dan mengenal rute penyelundupan sepanjang Sungai Tiau yang memisahkan India dan Myanmar.

Beberapa anggota polisi menyampaikan kepada Reuters, mereka takut dipenjara jika tertangkap melarikan diri oleh pihak berwenang Myanmar.

“Ini soal hidup dan mati,” kata seorang aktivis, Puia (29), yang meminta hanya disebutkan sebagian namanya, dilansir Channel News Asia, Kamis (25/3).

Puia membantu orang-orang yang tiba dari Myanmar di kota Champhai di Mizoram timur, tujuh jam berkendara dari ibu kota negara bagian Aizawl.

Menurut data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 280 orang tewas di Myanmar di tengah gelombang unjuk rasa menentang kudeta dan menuntut pembebasan pemimpin sipil terpilih Aung San Suu Kyi. Selain itu, ribuan orang telah ditangkap sejak kudeta 1 Februari.

Pada Rabu, junta membebaskan ratusan orang yang telah ditangkap selama tindakan keras terhadap pengunjuk rasa, menurut para saksi dan AAPP. Militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, tidak menanggapi permintaan komentar.

Pelarian warga negara Myanmar ke India bisa menjadi tantangan diplomatik bagi India, yang memiliki hubungan dekat dengan Tatmadaw. Hal ini juga menimbulkan beberapa ketidaksepakatan antara pemerintah federal India, yang ingin menahan mereka, dan pemerintah negara bagian Mizoram yang ingin memberikan bantuan sejalan dengan sentimen lokal. Suku-suku di Mizoram memiliki hubungan dekat dengan komunitas Chin Myanmar, yang dominan di daerah yang berbatasan dengan negara bagian India.

Kementerian Luar Negeri India dan pemerintah negara bagian Mizoram tidak menanggapi permintaan komentar.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri India mengungkapkan keprihatinan mendalam atas kudeta militer, menyatakan demokrasi dan supremasi hukum harus ditegakkan.

Menurut tiga pejabat India, pemerintah India telah menerbitkan direktif kepada empat negara bagian yang berbagi perbatasan dengan Myanmar, termasuk Mizoram, untuk memperketat pengamanan.

Kepala menteri negara bagian Mizoram, Zoramthanga telah mendesak Perdana Menteri Narendra Modi untuk memberikan suaka kepada “pengungsi politik” dari Myanmar. Dalam suratnya kepada PM Modi pada 18 Maret, Zoramthangan menulis situasi di negara tetangga Myanmar merupakan sebuah “bencana kemanusiaan sangat besar” yang tidak bisa diabaikan India.

Kadang saya takut

Seorang pria yang mengelola bagian penting jaringan di kota perbatasan India di Mizoram timur adalah seorang guru berusia 60 tahun yang berasal dari Myanmar, yang berbicara bahasa Burma dan beberapa dialek lokal. Dia menggambarkan perannya dalam jaringan dengan syarat anonimitas.

Guru tersebut mengatakan telah meninggalkan Myanmar setelah tindakan keras junta militer terhadap demonstran pro-demokras pada 1988i. Sebanyak 3.000 orang diperkirakan tewas dalam bentrokan tersebut.

Guru ini mengatakan permintaan bantuan dari orang-orang di seberang perbatasan dimulai sekitar 26 Februari, ketika pasukan keamanan Myanmar mengintensifkan tindakan keras mereka terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi. Dia menerima sekitar enam permintaan untuk bantuan setiap hari, beberapa melalui telepon dan beberapa melalui Facebook.

“Saya membantu mereka sebanyak yang saya bisa,” ujarnya.

“Kadang-kadang saya takut,” lanjutnya.

Dia takut keterlibatannya dalam jaringan itu bisa membahayakan pekerjaannya di sebuah sekolah pemerintah.

Sampai 11 Maret, hari di mana Reuters mewawancarainya, dia mengatakan telah membantu sekitar 80 orang melintas ke Mizoram. Tiga aktivis lokal lainnya yang diwawancarai Reuters lebih dari sepekan kemudian membenarkan angka tersebut, mengatakan mereka yakin jumlahnya saat ini naik dua kali lipat.

Dibantu anak-anak muda

Guru tersebut mengatakan banyak orang yang datang dari seberang perbatasan diarahkan kepadanya oleh sebuah kelompok masyarakat di negara bagian Chin Myanmar. Guru tersebut mengatakan salah satu kerabatnya yang menikah dan tinggal di negara bagian Chin adalah anggota kelompok jaringan tersebut.

Dua polisi yang baru-baru ini menyeberang ke India mengatakan kepada Reuters, mereka juga dipandu oleh kelompok yang dipimpin oleh sukarelawan di Myanmar. Keduanya mengenang perjalanan mereka melewati kota-kota di barat laut Myanmar.

Salah satu dari mereka, seorang polisi Myanmar bernama Peng, yang melarikan diri dari negaranya pada awal Maret, mengatakan dia mendekati "para pemuda" di negara bagian Chin untuk membantu pelariannya. Dia meminta agar hanya sebagian dari namanya yang digunakan untuk melindungi identitasnya. Reuters melihat karut polisi dan KTP-nya untuk mengonfirmasi namanya.

Empat personel polisi lainnya yang memasuki India pada awal Maret mengatakan mereka juga menerima bantuan dari kelompok komunitas yang berbasis di Myanmar untuk perjalanan mereka. Mereka melakukan perjalanan melalui wilayah Sagaing Myanmar dan negara bagian Chin sebelum menyeberang ke India. Pengakuan mereka dimuat dalam pernyataan bersama dalam dokumen rahasia polisi India yang ditinjau Reuters.

Polisi lain yang diwawancarai Reuters, bernama Ngun, mengalami perjalanan serupa. Reuters melihat KTP-nya, yang mengkonfirmasi namanya. Ngun mengatakan dia tidak membawa kartu identitas polisi.

Menurut Peng dan Ngun, biaya perjalanan melalui Myanmar ke perbatasan antara sekitar Rp 419.000 dan sekitar Rp 2 juta, tergantung jarak yang ditempuh. Biaya tersebut sebagian besar untuk membayar transportasi, seperti menyewa kendaraan atau menggunakan taksi bersama.

Layanan penjemputan

Ngun mengatakan, dia memasuki India pada awal Maret di dekat desa terpencil Mizoram yang berada di lereng gunung curam yang dikelilingi hutan lebat, sekitar satu jam perjalanan ke Sungai Tiau.

Sejak 25 Februari, puluhan polisi - termasuk empat berseragam – dijemput dari sungai oleh tokoh masyarakat di desa, menurut seorang guru sekolah berusia 51 tahun yang tinggal di sana dan berbicara tanpa menyebut nama. Desa itu terletak sekitar 200 km dari ibu kota Mizoram.

Anggota jaringan di Mizoram menerima informasi dari pihak Myanmar tentang kapan dan di mana orang-orang berencana menyeberang, menurut guru dan juga Puia, aktivis tersebut. Kemudian, tokoh masyarakat setempat di India mengirimkan kendaraan di sepanjang rute penyelundupan yang berkelok-kelok di sekitar pos paramiliter. Banyak dari mereka yang melarikan diri dari Myanmar beristirahat di desa sebelum masuk lebih jauh di wilayah Mizoram

“Karena mereka mirip kami, mereka bisa bepergian tanpa ada yang menyadarinya,” kata guru itu.

Saya tidak akan kembali

Pada 12 Maret, sekitar 116 orang dari Myanmar menuju Mizoram timur, menurut pejabat senior polisi negara bagian. Mereka diuntungkan perbatasan yang tidak dipagari.

Di desa terdekat pada 15 Maret, puluhan orang yang baru datang dari Myanmar duduk-duduk di ruang tamu di rumah seorang pemimpin komunitas. Kebanyakan dari mereka mengatakan mereka adalah polisi dan petugas pemadam kebakaran.

Mengenakan kaus sepak bola Manchester United berwarna merah, seorang pria yang mengidentifikasi dirinya sebagai petugas pemadam kebakaran menggambarkan perjalanan yang sulit dengan sepeda motor dan berjalan kaki ke India dari negara bagian Chin di Myanmar. Pria yang menyebut namanya Khaw itu mengatakan dia dan rekan-rekannya bersembunyi di hutan karena takut ditangkap pasukan keamanan Myanmar. Mereka tidak tidur selama berhari-hari.

Dia mengatakan terus-menerus mengkhawatirkan istri dan empat anak yang dia tinggalkan. Tapi selama tindakan keras militer berlangsung di Myanmar, dia tak mau pulang.

 “Saya tidak akan kembali,” pungkasnya.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan

India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan

India Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan

Baca Selengkapnya
'Ngemper' di Jalanan Pekanbaru, 13 Warga Rohingya Dibawa Polisi

'Ngemper' di Jalanan Pekanbaru, 13 Warga Rohingya Dibawa Polisi

13 warga Rohingya tersebut untuk dibawa ke tempat yang semestinya.

Baca Selengkapnya
Garang Bawa Pedang di Jalan, Tiga Remaja Tertunduk Lemas saat Bertemu Ibu usai Diciduk Polisi

Garang Bawa Pedang di Jalan, Tiga Remaja Tertunduk Lemas saat Bertemu Ibu usai Diciduk Polisi

Tiga remaja sok jago di jalanan tak berkutik saat digelandang ke Polsek Cibinong hingga ibu mereka dipanggil

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Melihat Kutupalong di Bangladesh, Lahan Hutan yang Dibuka Pemerintah untuk Pengungsi Etnis Rohingya

Melihat Kutupalong di Bangladesh, Lahan Hutan yang Dibuka Pemerintah untuk Pengungsi Etnis Rohingya

Tak tanggung-tanggung, ribuan hektar disediakan Bangladesh untuk para pengungsi.

Baca Selengkapnya
Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II

Penuh Rintangan Berat, Begini Detik-Detik Penyerbuan Tentara Belanda dari Salatiga ke Yogyakarta pada Agresi Militer II

Masyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.

Baca Selengkapnya
Polisi Larang Konvoi Kendaraan, Main Petasan hingga Berkumpul Jelang Buka dan Sahur di Jakarta

Polisi Larang Konvoi Kendaraan, Main Petasan hingga Berkumpul Jelang Buka dan Sahur di Jakarta

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto telah mengeluarkan maklumat melarang sejumlah kegiatan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Minta Jadi WNI, Enam Pengungsi Rohingya Ajukan Pembuatan KTP di Disdukcapil Makassar

Minta Jadi WNI, Enam Pengungsi Rohingya Ajukan Pembuatan KTP di Disdukcapil Makassar

Satu keluarga berjumlah enam orang yang merupakan pengungsi Rohingya mendatangi Kantor Disdukcapil Makassar untuk mengajukan pembuatan KK dan KTP.

Baca Selengkapnya
Pulang Sosialisasi Pemilu, Polres Rohil Temukan 11 Warga Rohingya Diduga Bakal Dijual ke Malaysia

Pulang Sosialisasi Pemilu, Polres Rohil Temukan 11 Warga Rohingya Diduga Bakal Dijual ke Malaysia

Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya
Remaja Terlibat Perampokan dan Perkosaan di Musi Rawas Serahkan Diri, Ini Perannya saat Beraksi

Remaja Terlibat Perampokan dan Perkosaan di Musi Rawas Serahkan Diri, Ini Perannya saat Beraksi

Polisi merampungkan penangkapan semua pelaku yang berjumlah empat orang.

Baca Selengkapnya