Merdeka.com - Terpidana terorisme John Walker Lindh menggugat pemerintah Amerika Serikat karena membiarkan penjara tempat dia ditahan melarang salat berjemaah. Namun salah satu saksi ahli yaitu seorang imam masjid mendukung larangan itu.

Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Rabu (29/8), imam masjid di Kota Richmond, Negara Bagian Virginia, Ammar Amonette, mematahkan alasan Lindh supaya diizinkan setiap hari salat berjemaah. "Dia beralasan permintaan salat berjemaah itu merujuk aturan mazhab Hambali, namun sejauh saya tahu tidak berdosa bila seorang muslim salat sendirian," ujar Amonette.

Lindh pada sidang awal di Pengadilan Negeri Indianapolis, Negara Bagian Indiana, dua hari lalu menyatakan sipir Penjara Terre Haute, tempat dia ditahan, hanya mengizinkan tahanan salat sendirian. Pria disangka membantu Taliban ini lalu merujuk ajaran mazhab Hambali bahwa beribadah lima waktu bersama-sama hukumnya wajib sehingga jika tidak dilakukan bakal berdosa.

Amonette menilai klaim Lindh tidak berdasar. "Saya mempelajari keempat mazhab dan tidak ada satupun hmengatakan salat berjemaah wajib kecuali aliran sesat," kata dia.

Dia dan 24 tahanan muslim terkait kasus terorisme dikirim ke Terre Haute lima tahun lalu. Awalnya mereka bisa salat berjemaah, namun sipir kemudian melarang mereka beribadah bersama dan hanya mengizinkan setiap pesakitan salat sendiri di sel.

Warga Amerika ini seorang kulit putih yang masuk Islam pada pertengahan tahun 1990-an. Lindh berkeliling ke banyak negara muslim. Dia ditangkap ketika berada di Afghanistan sebelas tahun lalu. Pemerintah Amerika mendakwa dia berkomplot dengan Taliban merencanakan terorisme lantas dibui 20 tahun.

Sipir melarang salat jemaah lantaran para tahanan dianggap bisa berkomplot dan merencanakan sesuatu ketika berkumpul bersama. Lindh dan pengacaranya beranggapan kebijakan itu melanggar Undang-undang Kebebasan Individu 1993. Beleid itu menyatakan negara tidak boleh menghalangi sedikitpun ekspresi keagamaan warga negara Amerika.

Soal tudingan sipir, Lindh merasa kebijakan itu alasan saja. "Bagaimana bisa kami merencanakan sesuatu ketika sipir mengawasi ketat salat berjemaah, tudingan itu sungguh aneh," kata dia.