Ilmuwan China Temukan Virus Raksasa di Tempat Paling Dalam di Bumi
Merdeka.com - Tim peneliti di Shanghai, China, menemukan sekumpulan virus pertama yang diambil dari titik terdalam di Palung Mariana, termasuk spesies virus raksasa yang lebih besar dari beberapa bakteri.
Para peneliti menemukan beberapa spesies virus raksasa, termasuk virus mimi – yang biasanya menggunakan amuba sebagai inangnya – dalam sedimen yang diambil dari dasar laut hampir 11.000 meter (36.000 kaki) di bawah permukaan laut di Challenger Deep.
Upaya sebelumnya untuk mendapatkan sampel virus dari Challenger Deep gagal karena kendala teknis yang ekstrem tapi sampel yang dikumpulkan lima tahun lalu oleh kapal penelitian canggih Zhang Jian menghasilkan bahan yang cukup bagi tim untuk mendapatkan urutan genom dari 15 jenis virus yang berbeda dan lebih dari 100 jenis mikroorganisme lainnya.
Para peneliti juga mengangkat lebih dari 2.000 jenis mikroorganisme di lingkungan laboratorium bertekanan tinggi, meskipun mereka tidak dapat menghidupkan kembali salah satu virus, menurut sebuah makalah yang diterbitkan bulan ini di jurnal Genome Biology.
Dikutip dari South China Morning Post, Minggu (25/7), virus mimi – yang membentuk lebih dari 4 persen dari total populasi virus di dasar laut – awalnya dikira bakteri ketika para ilmuwan pertama kali menemukannya selama wabah pneumonia pada 1992. Dengan serat dan tubuh berbulu mereka yang bisa mencapai lebar 700 nanometer, kadang-kadang dapat terlihat dengan mata telanjang.
Li Xuan, seorang profesor Fisiologi Tumbuhan dan Ekologi di Akademi Sains China beserta rekan-rekannya tidak dapat melihat sampel laut dalam secara langsung di wadah penelitian, karena jumlah yang diperoleh sedikit. Tetapi mereka mendapatkan beberapa wawasan tentang keluarga virus yang tidak biasa dan sedikit diketahui ini.
Para ilmuwan tertarik meneliti virus mimi sejak ditemukan, bukan hanya karena ukurannya yang tidak biasa, tetapi juga genomnya yang sangat kompleks dengan lebih dari 1,2 juta pasangan basa – lebih banyak daripada virus lainnya. Urutan genom virus corona baru, misalnya, 40 kali lebih pendek.
Dalam beberapa percobaan, virus raksasa ini mampu menyebabkan kerusakan jaringan pada mamalia, tetapi sejauh ini tidak ada bukti virus ini dapat secara langsung membahayakan manusia.
Beberapa ilmuwan berspekulasi, seperti banyak parasit, virus mimi mengalami “evolusi terbalik”, dari mikroba menjadi virus. Tetapi mengapa mereka mempertahankan begitu banyak fungsi produktif dalam gen mereka masih menjadi teka-teki.
Li dan rekan-rekannya dari Universitas Fudan dan Universitas Kelautan Shanghai percaya gen yang tampaknya tidak berguna ini mungkin memainkan peran penting dalam upaya bertahan hidup di kedalaman yang sangat dalam. Sementara semua parasit mengeksploitasi inangnya, mereka mengatakan hubungan itu bisa berubah di lingkungan yang ekstrem.
Analisis genetik menunjukkan virus raksasa mungkin menggunakan gen produktif untuk membantu inangnya - seperti jamur dan hewan bersel tunggal - dengan mempercepat pemecahan karbohidrat yang dicerna, misalnya, menurut para peneliti. Metabolisme dan pertumbuhan yang lebih cepat dapat memberi inang – dan virusnya – keunggulan kompetitif di Challenger Deep yang gelap dan sunyi, di mana ketersediaan nutrisi langka dan persaingan antar virus yang brutal.
Tetapi, kata para peneliti, hubungan inang-virus tetap menjadi teori, karena ketidakmampuan mereka untuk menghidupkan kembali virus di laboratorium.
Palung Mariana di Samudra Pasifik Barat berjarak lebih dari 3.000 km (1.864 mil) dari Shanghai, tetapi telah memainkan peran penting dalam program penelitian kelautan China.
Glider laut dalam China, Haiyan, misalnya, telah melakukan perjalanan panjang untuk mengumpulkan berbagai data lingkungan. Pemerintah China mengatakan eksplorasi ilmiah di perairan terdalam di Bumi akan meningkatkan pengetahuan manusia tentang dunia yang sebagian besar tidak dikenal ini, dan membantu perlindungan lingkungan di masa depan ketika penambangan laut dalam diperlukan.
Sementara pandemi Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan mengumpulkan dan mempelajari virus dari alam, komunitas riset arus utama masih percaya strategi pertahanan terbaik adalah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang jenis virus yang tidak diketahui.
Mereka juga berpendapat, informasi genetik tentang organisme yang hidup di lingkungan ekstrem juga dapat mengarah pada penemuan obat atau alat biologis baru.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaVirus DBD di Jepara menyebar cepat. Lima belas warga sudah jadi korban. Sebelas di antaranya anak-anak
Baca Selengkapnyavirus secara umum adalah mikroorganisme parasit yang tidak dapat bertahan hidup tanpa inang untuk mereproduksi diri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Infeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar serta menerapkan kebiasaan bersih.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaGejala radang tenggorokan adalah kondisi yang umum terjadi di mana tenggorokan mengalami peradangan akibat infeksi virus atau bakteri.
Baca SelengkapnyaViral panggung hajatan berdiri di tengah-tengah rel kereta api kawasan Tanjung, Priok Jakarta Utara
Baca SelengkapnyaIndia Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
Baca SelengkapnyaKorban atas dugaan tindak pidana kekerasan dan penganiayaan sudah lapor.
Baca Selengkapnya