Ilmuwan China Ciptakan Robot Baby Sitter untuk Rawat Bayi dalam Rahim Buatan
Merdeka.com - Rahim buatan untuk janin tumbuh dengan aman, begitu juga dengan pengasuh atau baby sitter robot untuk memantau dan merawat janin tersebut.
Para ilmuwan China mengatakan semua itu ada dalam alam kemungkinan, jika undang-undang mengizinkan penggunaan teknologi tersebut. Ini nantinya dapat menjadi terobosan melahirkan anak di masa depan, di negara yang menghadapi tingkat kelahiran terendah dalam beberapa dekade itu.
Para peneliti di Suzhou, Provinsi Jiangsu mengatakan mereka telah mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang dapat memantau dan merawat embrio saat mereka tumbuh menjadi janin di lingkungan rahim buatan.
Saat ini, robot baby sitter ini merawat sejumlah besar embrio hewan. Hal ini disampaikan para ilmuwan dalam temuan yang diterbitkan dalam Journal of Biomedical Engineering bulan lalu, dikutip dari laman Asia One, Senin (31/1).
Namun, kata mereka, teknologi yang sama dapat menghilangkan kebutuhan seorang ibu untuk mengandung bayinya, memungkinkan janin tumbuh lebih aman dan efisien di luar tubuhnya.
Rahim buatan, atau "perangkat kultur embrio jangka panjang", adalah wadah di mana embrio tikus tumbuh dalam barisan kubus berisi cairan bergizi, jelas tim yang dipimpin Profesor Sun Haixuan dari Institut Teknik dan Teknologi Biomedis Suzhou, cabang Akademi Sains China.
Sebelumnya, proses perkembangan setiap embrio harus diamati, didokumentasikan, dan disesuaikan secara manual.
Sistem robotik atau "pengasuh" yang sekarang dibuat dapat memantau embrio dengan detail, saat ia bergerak naik turun sepanjang waktu.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) membantu mesin mendeteksi tanda-tanda perubahan terkecil pada embrio dan menyempurnakan masukan karbon dioksida, nutrisi, dan lingkungan.
Sistem ini bahkan dapat menentukan peringkat embrio berdasarkan potensi kesehatan dan perkembangannya. Ketika embrio mengalami cacat besar atau mati, mesin akan memperingatkan teknisi untuk mengeluarkannya dari wadah yang mirip rahim.
Hukum internasional saat ini melarang studi eksperimental pada embrio manusia setelah dua minggu perkembangan.
Namun, penelitian pada tahap selanjutnya penting karena "masih ada banyak misteri yang belum terpecahkan tentang fisiologi perkembangan embrionik manusia yang khas," kata Sun dan rekan-rekannya dalam makalah mereka.
Mereka mengatakan, teknologi "tidak hanya akan membantu lebih memahami asal usul kehidupan dan perkembangan embrio manusia, tetapi juga memberikan dasar teoretis untuk memecahkan cacat lahir dan masalah kesehatan reproduksi utama lainnya."
Penelitian ini muncul ketika China menghadapi kemerosotan tingkat kelahiran, dimana jumlah bayi baru lahir turun hampir setengahnya dalam lima tahun dari 2016. Pertumbuhan populasi bersih tahun lalu adalah yang terendah dalam enam dekade, menurut Biro Statistik Nasional.
Bukan hal baru
Teknologi rahim buatan bukanlah hal baru. Teknologi ini berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019, tim peneliti dari Institut Zoologi di Beijing membawa sel telur monyet yang telah dibuahi ke tahap pembentukan organ dalam rahim sintetis, pertama kalinya embrio primata dibawa di luar tubuh induknya.
Pada tahun yang sama, para ilmuwan di Belanda mengatakan kepada BBC, mereka dalam waktu 10 tahun membangun rahim buatan untuk menyelamatkan bayi prematur.
Tim lain di Israel membawa lebih dari 100 embrio tikus ke tahap janin setengah tumbuh pada Maret tahun lalu.
"Menurut saya teknologi tidak akan menjadi masalah," kata seorang peneliti di Capital Institute of Pediatrics di Beijing.
Masalah ini akan menjadi tantangan hukum dan etika di China dan sekitarnya, kata peneliti yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.
Kehamilan ibu pengganti (surrogacy) dilarang UU di China. Teknologi rahim buatan akan mengubah rumah sakit menjadi orang tua pengganti.
"Saya rasa tidak ada rumah sakit yang mau memikul tanggung jawab ini," kata peneliti.
Produksi massal bayi di pabrik rahim buatan dapat membantu mempertahankan populasi di negara di mana warganya tidak ingin melahirkan anak. Tapi apa yang mungkin menjadi implikasi sosial atau psikologis?
"Jika semua orang dilahirkan dengan cara ini, cukup adil. Tetapi jika beberapa anak dilahirkan oleh orang tua, dan beberapa oleh pemerintah, akan ada masalah besar."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
90 Tahun Lalu Ilmuwan Pernah Buat Robot yang Benar-benar Persis Gajah, Ini Wujudnya
Mesin ini memiliki kerangka yang mirip dengan gajah sungguhan, dengan bagian tubuh yang diperbesar dan kaki-kaki yang kuat.
Baca SelengkapnyaHeboh Rumah Ibadah Ini Gantikan Pemuka Agama Jadi Robot AI, Begini Akibatnya
Ada konsekuensi yang harus ditanggung ketika robot AI mulai memasuki ranah sakral.
Baca SelengkapnyaRobot Terkecil di Dunia Buatan Bocah Sekolah ini Bisa Berjoged hingga Peragakan Kungfu, Begini Aksinya
Berikut aksi robot terkecil di dunia bisa peragakan gaya apa saja.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Diwariskan Pada Anak Cucu, Warga Negara China Kelahiran Kebumen Ini Buka Usaha Makanan Indonesia di Negeri Rantau
Walaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Baca SelengkapnyaRobot ini Dikendalikan dari Bumi untuk Melakukan Operasi Bedah Pertama di Luar Angkasa
Ada banyak tantangan yang dihadapi, tetapi akhirnya sukses juga melakukan operasi di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaDua Robot Dikerahkan, Kebakaran Gudang Peluru Kodam Jaya Dipadamkan Jam 03.45 WIB
Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan memastikan kebakaran di Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya, Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, sudah dipadamkan.
Baca Selengkapnya9 Cara Cepat Bantu Bayi Tertidur Pulas di Malam Hari
Anak yang rewel dan tak mau tidur dengan mudah di malam hari merupakan masalah orangtua. Berikut sejumlah cara untuk membantu anak tertidur pulas.
Baca SelengkapnyaRobot atau Manusia, Mana yang Lebih Dipercaya Anak-anak Dapat Informasi Baru?
Anak-anak berusia 3 hingga 5 tahun menunjukkan kepercayaan yang selektif berdasarkan keakuratan informannya.
Baca Selengkapnya