Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Hasrat terpendam sang putra mahkota Iran

Hasrat terpendam sang putra mahkota Iran Demo antipemerintah di Iran. ©AFP PHOTO/STR

Merdeka.com - Usia lelaki itu saat ini menginjak 57 tahun. Ketika ditemui, sorot matanya terpaku ke layar ponselnya. Dia melihat-lihat sejumlah rekaman memperlihatkan unjuk rasa besar-besaran baru-baru ini terjadi di tanah kelahirannya, Iran.

Reza Pahlevi merupakan anak dari raja Iran terakhir, mendiang Syah Muhammad Reza Pahlevi. Namun, hingga saat ini dia belum pernah lagi menjejakkan kaki di kampung halamannya. Penyebabnya adalah Revolusi Iran pada 1979 silam menggulingkan tahta dan kerajaan dipimpin sang ayah, digantikan oleh dewan ulama Syiah.

Pada saat itu, Reza Pahlevi tengah belajar menjadi pilot pesawat tempur di Amerika Serikat. Hubungan kedua negara masih dekat, tetapi sudah di titik nadir. Tak lama setelah ayahnya meninggalkan Iran buat berobat karena kanker, kemudian kekuasaannya seketika lenyap akibat revolusi. Pahlevi pun hidup dalam pengasingan di Negeri Abang Sam sampai detik ini.

Melihat kilasan gelora muda-mudi dalam unjuk rasa baru-baru ini, seakan membuat Reza Pahlevi memasuki lorong waktu dan kembali ke masa lalu. Saat-saat di mana rakyat mengkritik kepemimpinan sang ayah karena dianggap sebagai raja yang kejam, otoriter, serta korup. Namun, di benaknya tersirat sebuah harapan.

"Kita semua tahu yang paling ampuh adalah pergantian rezim. Itu kehendak penduduk Iran. Bukan menurut apa kata Amerika Serikat, Israel, atau Arab Saudi," kata Pahlevi di Washington, seperti dilansir dari laman Associated Press, Rabu (10/1).

Di mata Pahlevi, penyebab utama mengapa aksi unjuk rasa bermula di Kota Mashdad dan dengan cepat menyebar ke 80 kota lainnya bukan dipicu masalah ekonomi atau tingkat pengangguran. Bagi dia, penduduk Iran bergolak lantaran merasa dikungkung oleh rezim dikuasai ulama garis keras yang dianggap kolot serta sulit beradaptasi dengan zaman.

Selama ini Pahlevi rajin bertatap muka dengan pegiat hak asasi manusia, pemimpin serikat, pewarta, dan mahasiswa Iran yang tidak sepakat kebijakan pemerintah mereka. Buat dia, momen pergolakan di dalam Iran tidak boleh dilewatkan begitu saja. Sebab, selain ingin pulang ke kampung halamannya, dia menjanjikan bakal mengubah sistem pemerintahan menjadi lebih demokratis.

Pahlevi merasa dia mendapat dukungan dari muda-mudi di Iran supaya segera pulang dan memimpin perlawanan terhadap pemerintah. Padahal, generasi mereka terpaut jauh.

"Kita harus merebut negara kita kembali. Sekarang saatnya. Dan ini bukan kebetulan," ujar Pahlevi.

Walau demikian, bukan perkara mudah bagi Pahlevi merebut perhatian masyarakat dengan seolah-olah menjadi juru selamat bagi Iran. Selama ini dia hidup di luar negeri dan juga dituduh menjadi dalang gejolak terjadi belakangan. Apalagi masa kepemimpinan mendiang ayahnya meninggalkan catatan kelam bagi warga negara itu. Dia memberangus para penentangnya dengan cara penculikan dan pembunuhan. Bahkan buat mempertahankan kekuasaannya, Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) sampai turun tangan.

Bahkan Pahlevi pun terlihat ragu ketika ditanya buat merinci visinya buat Iran, jika memang mendapat peluang dan kembali ke negaranya. Yang ada di kepalanya adalah penduduk harus terus menekan hingga pemerintah menyerah, melakukan pemindahan kekuasaan, menggelar pemilu buat membentuk legislatif, menumbuhkan sekulerisme dan demokrasi. Ide dia lainnya, yakni mengampuni dan membubarkan anggota Garda Revolusi bentukan mendiang Ayatullah Khumaini, seperti tidak masuk di akal. Sebab, mereka adalah buah pemikiran sang ulama dan menjadi musuh sebagian kalangan di Iran.

"Jujur saya belum tahu. Satu-satunya tujuan saya hanya ingin menggelar pemilihan umum yang adil dan jujur. Tentu saya siap memimpin negara, atau bisa saja saya nantinya cuma menjadi warga biasa," kata Pahlevi.

(mdk/ary)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tak Hadiri Sidang PTUN, Negara Dianggap Abai pada RUU Masyarakat Adat

Tak Hadiri Sidang PTUN, Negara Dianggap Abai pada RUU Masyarakat Adat

Pemerintah tak hadir dalam sidang lanjutan gugatan atas abainya negara dalam pembentukan RUU Masyarakat Adat

Baca Selengkapnya
Sempat Diremehkan Calon Ibu Mertua Lantaran Dulunya Santri, Perempuan Ini Buktikan Diri Jadi Abdi Negara

Sempat Diremehkan Calon Ibu Mertua Lantaran Dulunya Santri, Perempuan Ini Buktikan Diri Jadi Abdi Negara

Perempuan ini membagikan kisah pahit asmaranya di masa lalu yang diremehkan ibu dari kekasihnya.

Baca Selengkapnya
Jelang Pensiun Prajurit TNI Ini Akan Jualan Es & Bakso, Begini Pesan Mendalam dari Komandan

Jelang Pensiun Prajurit TNI Ini Akan Jualan Es & Bakso, Begini Pesan Mendalam dari Komandan

Perwira TNI beri pesan mendalam ke anak buahnya yang akan masuk masa pensiun. Ternyata ada yang berencana jualan es dan bakso.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Momen Iptu Hafiz Akbar Manja ke Ayah, Jenderal Eks Kasau 'Pasrah' Digelendoti Sang Putra

Momen Iptu Hafiz Akbar Manja ke Ayah, Jenderal Eks Kasau 'Pasrah' Digelendoti Sang Putra

Hafiz kedapatan tengah bermanja-manja dengan sang ayah.

Baca Selengkapnya
Putra Eks Kasau Tepis Sukses jadi Perwira Polisi karena Anak Jenderal 'Menjadi Perintis Lebih Gagah dari Pewaris'

Putra Eks Kasau Tepis Sukses jadi Perwira Polisi karena Anak Jenderal 'Menjadi Perintis Lebih Gagah dari Pewaris'

Iptu Hafiz Akbar menepis kesuksesan dirinya lantaran anak jenderal.

Baca Selengkapnya
AHY Bawa Ransel Hitam Saat Rapat Perdana Kabinet, Ini Isinya

AHY Bawa Ransel Hitam Saat Rapat Perdana Kabinet, Ini Isinya

Rapat kabinet paripurna kali ini sangat penting bagi AHY karena merupakan pengalaman perdana.

Baca Selengkapnya
Wujudkan Impian Mendiang Ayah, Dua Saudara jadi Perwira TNI, Sang Abang Pernah Pendidikan di Akmil Jepang

Wujudkan Impian Mendiang Ayah, Dua Saudara jadi Perwira TNI, Sang Abang Pernah Pendidikan di Akmil Jepang

Sang ayah yang bercita-cita menjadi bagian dari TNI sukses dicapainya. Bahkan, keduanya sama-sama menjadi perwira TNI.

Baca Selengkapnya
Putri Prajurit TNI Pintar Baca Alquran lalu Dapat Hadiah Istimewa dari Jenderal Bintang 3, Ibunya Terharu

Putri Prajurit TNI Pintar Baca Alquran lalu Dapat Hadiah Istimewa dari Jenderal Bintang 3, Ibunya Terharu

Pangkostrad beri hadiah spesial kepada keluarga prajuritnya usai mendengar putri prajurit mahir membaca Al-Quran.

Baca Selengkapnya
Pentas Seni dan Karnaval Kemerdekaan di Garut Berujung Ricuh, Sejumlah Warga Luka

Pentas Seni dan Karnaval Kemerdekaan di Garut Berujung Ricuh, Sejumlah Warga Luka

Pentas seni dan karnaval merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 di Garut , Rabu (16/8), diwarnai kericuhan. Bentrokan terjadi di dua lokasi.

Baca Selengkapnya