Duterte masih butuh AS di Laut China Selatan demi stabilitas kawasan
Merdeka.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku bahwa Manila masih membutuhkan Amerika Serikat di Laut China Selatan. Pernyataan ini diucapkan Duterte beberapa waktu lalu dia sempat meminta pasukan AS pergi dari Filipina Selatan.
"Saya tidak pernah mengusir mereka dari Filipina, lagi pula kami membutuhkan mereka di Laut China Selatan. Kami tidak memiliki persenjataan lengkap,"ucap Duterte seperti dikutip dari Inquirer, Kamis (22/9).
Meski demikian, Duterte merasa AS masih memandang rendah Filipina. Dia merasa Negeri Paman Sam itu menganggap Manila tidak bisa melakukan apa-apa.
"Saya benar-benar tidak mengerti apa yang salah dengan orang Amerika. Mereka memandang kami seperti orang rendah," katanya.
Mantan Wali Kota Davao ini akhirnya kembali mengungkit masalah bantuan militer AS yang dianggap sekadar formalitas, seperti sejumlah jet tempur tanpa rudal.
Sementara itu, Duterte mengatakan bahwa Filipina menerima tawaran peralatan anti-terorisme dari China dan Israel. Namun, Filipina dianggap masih perlu berhati-hati dan menerima peralatan intelijen dari sumber-sumber terpercaya.
Sengketa Laut China Selatan ©wikipedia.com
Memanasnya situasi kawasan karena sengketa wilayah dengan China, membuat Filipina harus memiliki dukungan. Kendati demikian, Duterte menjelaskan, pernyataannya ini bukan berarti Filipina siap berperang dengan Negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut dia, berperang dengan China hanya akan berarti kematian besar-besaran.
Situasi di kawasan kian panas pasca diumumkannya putusan Pengadilan Tetap Arbitrase (PCA) mengenai Laut China Selatan. Filipina mengajukan tuntutan mempertanyakan klaim Beijing atas 90 persen perairan Laut China Selatan, yang juga masih tumpang tindih dengan wilayah Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam, dan Taiwan.
Hasil putusan dimenangkan oleh Filipina, meski demikian, China tetap menolak keputusan tersebut dan bahkan tak mengakui keberadaan pengadilan yang berbasis di Den Haag, Belanda, itu. Filipina dan China akhirnya sepakat untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ke Filipina, Jokowi Bertemu Presiden Marcos Bahas Konflik Laut China Selatan
Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Filipina.
Baca SelengkapnyaSoal Konflik Laut China Selatan, Anies Soroti Ganjar Tak Singgung ASEAN
Tema debat berkaitan dengan pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik.
Baca SelengkapnyaKonflik LCS, Kepala Bakamla Ingin TNI Diperkuat Melebihi China
Irvansyah juga mengusulkan Kota Ranai di Natuna dibuat seperti stasiun atau pangkalan untuk titik kumpul anggota.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dua Bangkai Kapal Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Laut China Selatan, Muatan 100.000 Porselen dan Kayu Masih Utuh
Dua kapal ini berasal dari masa Dinasti Ming, yang berkuasa di China dari tahun 1368-1644.
Baca SelengkapnyaAnies Bakal Hentikan Ekspor Pasir Laut
Kebijakan untuk pengelolaan kelautan juga perlu keterhubungan antar pulau pelabuhan dengan infrastruktur darat.
Baca SelengkapnyaPrabowo Lepas KRI dr Radjiman Kirim Bantuan ke Gaza: Saudara akan Melewati Kawasan Laut Berbahaya
Kapal akan mengarungi laut dan diprediksi mencapai waktu sekitar 52 hari perjalanan.
Baca SelengkapnyaBasarnas Sebut Seorang WNA Taiwan Hilang Saat Kapal Speadboat Terbalik di Kepulauan Seribu
Korban hilang ini menggunakan kaos abu-abu, celana hitam, dan topi hitam.
Baca SelengkapnyaMirip Labuan Bajo, Pemerintah Bakal Hadirkan Kapal Pinisi di Kawasan IKN Sebagai Destinasi Wisata
Kapal Pinisi itu akan difungsikan sebagai kapal pariwisata dari kawasan IKN menuju Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.
Baca SelengkapnyaPencarian WN Taiwan Hilang Akibat Kapal Terbalik di Pulau Seribu Diperluas, Penyelam Menyisir Lokasi Kejadian
Pencarian kembali dilanjutkan setelah cuaca mendukung pada Selasa (12/3) pagi.
Baca Selengkapnya