Merdeka.com - Buntut Laporan Atas Kematian Jamal Khashoggi, Pertaruhkan Hubungan Mesra AS-Saudi
Tak ada misteri tentang bagaimana tewasnya seorang Jamal Khashoggi. Dia dibunuh dengan darah dingin dan brutal.
Rekaman audio intelijen Turki menangkap momen di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, bagaimana agen pemerintah Saudi membius, mencekik, dan memutilasi kolumnis The Washington Post berusia 59 tahun tersebut.
Pada 879 hari sejak peristiwa itu, satu-satunya pertanyaan geopolitik yang menjadi konsekuensi adalah peran apa yang dimainkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman, yang dikenal dengan MBS, dalam kematian Khashoggi.
Dua tahun lalu, CIA menyimpulkan dengan keyakinan tinggi bahwa MBS secara pribadi memerintahkan pembunuhan tersebut tapi tak memberi rincian lebih.
MBS telah membantah memerintahkan pembunuhan Khashoggi tapi mengatakan dia bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin Saudi karena yang melakukan pembunuhan itu adalah orang yang bekerja untuk pemerintah Saudi.
Saat itu Donald Trump menolak penilaian CIA dan membela MBS. Selama pemerintahan Trump, pejabat intelijen AS tak pernah mengungkap kepada publik atau menunjukkan bukti terkait pembunuhan tersebut.
Sebaliknya, penggantinya, Joe Biden, tak menyukai MBS. Akhirnya pada Jumat, pemerintahan Joe Biden, melalui direktur nasional intelijen mempublikasikan laporan CIA atas pembunuhan Khashoggi tersebut, yang menyatakan MBS menyetujui pembunuhan sadis itu.
Mengecewakan Saudi
Penulis laporan tersebut “menilai” MBS “menyetujui operasi di Istanbul, Turki untuk menangkap atau membunuh” Khashoggi. Namun laporan tersebut tak menyodorkan fakta yang mengungkapkan bukti yang tak terbantahkan terkait keterlibatan MBS.
Tetapi bukti tidak langsung dari laporan Kantor Direktur Intelijen Nasional sangatlah besar. Demikian dikutip dari CNN, Senin (1/3).
Disebutkan bahwa MBS memiliki kontrol atas pengambilan kebijakan di negara kerajaan tersebut. MBS memiliki “kontrol mutlak” atas operasi intelijen dan keamanan negara, keterlibatan langsung penasihat utama dan anggota pasukan pengamanan MBS dalam operasi tersebut, dan dukungan MBS untuk menggunakan langkah-langkah kekerasan untuk membungkam para pembangkang di luar negeri, termasuk Khashoggi membuatnya sangat tidak mungkin hal itu bisa berjalan tanpa “otorisasi” MBS. Hal itu berkontribusi pada kesimpulan penulis terkait kesalahan MBS.
Dan laporan ini mengecewakan Saudi. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan pendek, mengatakan: “Sangat disayangkan bahwa laporan ini, dengan kesimpulan yang tak dapat dibenarkan dan tak akurat, diterbitkan saat Kerajaan dengan jelas mengecam kejahatan keji ini.”
Mereka sangat sedih karena tuduhan itu menargetkan Putra Mahkota. Narasi Saudi menyatakan bawahan MBS yang mengacaukan dan salah informasi satu sama lain.
“Ini adalah kejahatan yang menjijikkan dan pelanggaran mencolok terhadap hukum dan nilai Kerajaan. Kejahatan ini dilakukan oleh sekelompok individu yang telah melanggar semua peraturan dan otoritas terkait dari lembaga tempat mereka bekerja.”
Pada Desember 2019, pihak berwenang Saudi mengatakan menyelidiki 11 tersangka dalam pembunuhan Khashoggi. Dalam persidangan tertutup, delapan orang dinyatakan bersalah, lima di antaranya dijatuhi hukuman mati. Namun pada akhirnya, mereka semua dipenjara seumur hidup.
Namun, terdakwa dengan profil tertinggi - dua di antaranya orang dekat MBS - telah dicabut tuduhannya, tidak ada yang sejalan dengan laporan intelijen baru yang juga menyalahkan orang-orang terdekat MBS.
Hal yang sulit bagi MBS adalah menghadapi pengadilan opini publik internasional yang telah lama memutuskan dia bersalah. Namun ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz memilihnya untuk mereformasi negara, di mana dia tetap populer dan tak akan lengser dari jabatannya.
Secara pribadi, para pejabat Saudi mengakui citra internasional MBS secara permanen "ternoda”, jauh sebelum pembunuhan Khashoggi. Peran Saudi di perang Yaman dan penahanan sekitar 200 pangeran dan pengusaha yang diduga korupsi di dalam hotel mewah bintang lima Ritz Carlton di Riyadh pada November 2017 membuat reputasinya anjlok.
Awal bulan ini, Biden mengumumkan AS mengakhiri semua dukungan Amerika untuk operasi ofensif dalam perang di Yaman, termasuk penjualan senjata yang relevan. Biden juga mengatakan akan menunjuk seorang utusan untuk fokus pada konflik berkepanjangan tersebut.
MBS ingin dikenal sebagai pemimpin yang berjasa memodernisasi Arab Saudi, segera melakukan diversifikasi ekonomi, membuka lowongan pekerjaan, dan mewujudkan perubahan sosial yang ambisius melalui Visi 2030-nya yang ambisius.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengumumkan “Khashoggi Ban”, menjatuhkan sanksi dengan menerapkan pembatasan visa terhadap 76 warga Saudi yang diyakini terlibat dalam “mengancam para pembangkang di luar negeri, namun tidak terbatas pada pembunuhan Khashoggi.”
Kementerian Keuangan AS juga menjatuhkan sanksi pada mantan Wakil Kepala Presidensi Intelijen Umum dan Pasukan Reaksi Cepat Saudi (RIF) atau “Tim Macan”, tim pengamanan pribadi MBS, yang “terlibat” dalam pembunuhan Khashoggi.
Pedang bermata dua
Baik Biden dan MBS saling terikat. Harga yang harus dibayar MBS dalam kasus ini cukup mahal.
Tanpa Saudi, Biden tidak hanya kehilangan pengaruh atas Iran, dan pengaruh militer di kawasan itu, ia membuka pintu bagi musuh utamanya China, atau Rusia, untuk mencetak pengaruh strategis dan mengikis pusat hegemoni AS di Teluk.
Tidak ada pilihan yang mudah atau bagus, yang dapat menjelaskan mengapa Biden tidak memberikan sanksi kepada MBS, dan mengapa laporan intelijen yang telah lama ditunggu-tunggu itu rinciannya sangat singkat.
Namun demikian, Arab Saudi diperingatkan Blinken, “kami telah memperjelas bahwa ancaman dan serangan ekstrateritorial oleh Arab Saudi terhadap aktivis, pembangkang, dan jurnalis harus diakhiri. Mereka tidak akan ditoleransi oleh Amerika Serikat.”
Tapi ancaman Blinken adalah pedang bermata dua: Biden sekarang juga menjadi sandera garis merah. Sekeras apa pun untuk memasukkan kepentingan nasional AS melalui dugaan pengkhianatan Saudi, akan jauh lebih sulit jika MBS dinilai telah melanggar standar AS lagi.
Advertisement
Apapun yang merusak hubungan strategis AS-Saudi adalah kado bagi musuh regional Saudi, Iran.
Dikutip dari BBC, Senin (1/3), terlepas dari sanksi bertahun-tahun, para ahli baru-baru ini menyimpulkan Iran telah mencapai keunggulan di Timur Tengah, memperluas jangkauan strategisnya melalui milisi proksi di Lebanon, Suriah, Irak dan Yaman - meninggalkan Arab Saudi.
Ketika Presiden Biden mengumumkan moratorium penjualan senjata AS untuk Saudi yang berkaitan dengan perang Yaman, pemberontak Houthi yang didukung Iran segera memanfaatkan ini. Mereka menyadari musuh mereka tertatih-tatih oleh larangan senjata tersebut.
Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong Saudi untuk mendiversifikasi mitra pertahanan dan keamanannya, kemungkinan membuka pintu baru bagi Rusia dan China.
Ini juga dapat mendorong Riyadh untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan Israel, yang memiliki ketakutan yang sama terhadap ekspansi Iran dan proliferasi nuklir. [pan]
Baca juga:
Tunangan Khashoggi Sebut Pangeran MBS Harus Dihukum
Mengupas Pasukan Pembungkam Aktivis di Saudi, Pembunuh Jamal Khashoggi
AS Larang Masuk 76 Warga Saudi karena Terlibat Pembunuhan Khashoggi
Saudi Tolak Laporan Intelijen AS yang Sebut Pangeran MBS Setujui Pembunuhan Khashoggi
Laporan Intelijen AS: Pangeran Muhammad Bin Salman Setujui Pembunuhan Khashoggi
Joe Biden akan Telepon Raja Salman Bahas Laporan Pembunuhan Jamal Khashoggi
Dokumen Rahasia Ungkap Pembunuh Jamal Khashoggi Gunakan Pesawat Perusahaan Sitaan MBS
Putra Jamal Khashoggi Maafkan Pembunuh Ayahnya
Wanita Ini Jatuh di Atas Tanaman Paling Mematikan di Dunia, Lalu Ini yang Terjadi
Sekitar 11 Jam yang laluMesir Temukan Makam dan Bengkel Kuno Terbaru di Dekat Kairo, Begini Isinya
Sekitar 12 Jam yang laluAir Kanal Venesia Berubah Hijau, Penyebabnya Masih Misterius
Sekitar 13 Jam yang laluTengkorak Vampir Perempuan Ditemukan, Ada Arit Melingkar di Leher dan Gembok di Kaki
Sekitar 14 Jam yang laluAda Banyak Kota Tertua di Dunia, Tapi yang Satu Ini Masih Dihuni Sampai Kini
Sekitar 15 Jam yang laluPeneliti Kaget Peti Mati Kosong Berusia 2.500 Tahun Berisi Tulang Manusia
Sekitar 16 Jam yang laluPemilu Wali Kota Spanyol Hanya Berlangsung 30 Detik, Ini Sebabnya
Sekitar 17 Jam yang laluPeternak Ini Tewas Diterkam 40 Ekor Buaya Peliharaannya
Sekitar 18 Jam yang laluArkeolog Temukan Rumah Zaman Besi, Ungkap Kehidupan Sosial Masyarakat di Zaman Kuno
Sekitar 19 Jam yang laluMahasiswa "Terlelet" di Dunia Ini Akhirnya Wisuda Setelah Kuliah Selama 54 Tahun
Sekitar 20 Jam yang laluMahfud MD Jawab Tudingan Pemerintah Lambat Selesaikan Kasus Hukum
Sekitar 9 Jam yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 11 Jam yang laluKompolnas soal Ancaman Pidana Penyebar Video WNA Nakal: Itu Ajak Warga Jaga Kantibmas
Sekitar 13 Jam yang laluVIDEO: Kapolda Pastikan Mario Dandy Tersangka Pencabulan AG, Hukuman Makin Berat
Sekitar 16 Jam yang laluSurvei Populi Center: Citra Polri Mulai Membaik Pascakasus Ferdy Sambo
Sekitar 11 Jam yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 5 Hari yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluMenakar Peluang Kasasi Diajukan Putri Candrawathi, Mengurangi atau Perberat Hukuman?
Sekitar 5 Hari yang laluMembaca Peluang Ferdy Sambo Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluSekuat Tenaga Ferdy Sambo Ingin Lolos dari Hukuman Mati
Sekitar 6 Hari yang laluFerdy Sambo, Putri Candrawathi dan Kuat Maruf Ajukan Kasasi ke MA
Sekitar 1 Minggu yang laluIntip Liburan Ronny Talapesy Pengacara Bharada E di Luar Negeri, Sosok Istri Disorot
Sekitar 1 Bulan yang laluPermohonan Banding Kandas, Ricky Rizal Tetap Dihukum 13 Tahun Penjara
Sekitar 1 Bulan yang laluFerdy Sambo Tak Hadir di Sidang Putusan Banding Vonis Mati
Sekitar 1 Bulan yang laluIndonesia Kirim 1,5 Juta Dosis Vaksin Pentavalent untuk Nigeria, Nilainya Rp30 Miliar
Sekitar 1 Hari yang laluVaksin Influenza pada Ibu Hamil Bisa Berikan Kekebalan Tubuh pada Janin
Sekitar 4 Hari yang laluAdvertisement
Advertisement
Dicky Budiman
Peneliti dan Praktisi Global Health Security Griffith University AustraliaMemaknai Pencabutan Status Darurat Kesehatan Masyarakat Covid-19
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami