Merdeka.com - Sebuah drone Korea Utara (Korut) memasuki ujung utara zona larangan terbang yang mengelilingi kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel) di Seoul ketika pesawat tanpa awak itu menyusup ke wilayah udara Korsel pekan lalu. Hal ini diungkapkan militer Korea Selatan pada Kamis (5/1).

Drone itu termasuk di antara lima drone Korut yang melintasi Korsel pada 26 Desember, mendorong militer Korsel mengerahkan jet tempur dan menyerang helikopter. Drone itu terbang selama berjam-jam tapi militer tidak dapat menjatuhkannya.

Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) membantah salah satu drone Korut memasuki zona larangan terbang di dekat istana presiden, tapi pada Kamis, pejabat ini mengubah pernyataannya dan membenarkan bahwa drone Korut melakukan pelanggaran dengan memasuki ujung utara wilayah tersebut.

Seorang juru bicara JCS mengatakan ada perubahan dalam analisisnya setelah pemeriksaan postur kesiapan militer atas pelanggaran tersebut.

Militer mengatakan drone Korut tidak terbang langsung di atas wilayah Yongsan, tempat kantor Presiden Yoon Suk-yeol berada, dilansir Reuters, Kamis (5/1).

Pelanggaran perbatasan drone Korut ini memicu kritik terkait pertahanan udara Korsel di tengah meningkatnya ancaman nuklir dan rudal Pyongyang.

Presiden Yoon memperingatkan, dia akan mempertimbangkan untuk menangguhkan pakta militer antar-Korea tahun 2018 jika Korut melanggar wilayah udaranya lagi.