Merdeka.com - Sebuah peta baru mengungkapkan negara-negara dengan risiko keamanan paling tinggi 2021. Libya, Suriah, dan Afghanistan berada di antara daftar negara paling berbahaya di dunia, menurut International SOS, lembaga spesialis bidang kedokteran dan keamanan global, yang menetapkan lima kategori risiko berdasarkan ancaman yang ditimbulkan oleh kekerasan politik (termasuk terorisme, pemberontakan, kerusuhan bermotif politik dan perang), kerusuhan sosial (termasuk kekerasan sektarian, komunal dan etnis) dan kekerasan dan kejahatan kecil.

Infrastruktur transportasi, keadaan hubungan industrial, efektivitas layanan keamanan dan darurat, dan kerentanan negara terhadap bencana alam juga diperhitungkan saat menilai masing-masing negara.

Dikutip dari The Independent, Kamis (3/12), tingkat risiko terendah yang ditandai sebagai "Tidak Signifikan", hanya diberikan kepada tujuh negara, semuanya di Eropa: Islandia, Denmark (dan wilayah otonom Greenland), Norwegia, Finlandia, Swiss, Slovenia, dan Luksemburg.

Inggris dinilai sebagai risiko "Rendah", termasuk AS, Kanada, dan Australia.

Negara-negara yang telah diberi peringatan risiko tertinggi ditandai dengan "Ekstrem", sebagian besar berada di benua Afrika atau wilayah Timur Tengah.Ada total 14 negara dengan kategori "Ekstrem": Afghanistan, Yaman, Suriah, Libya, Mali, Somalia, Sudan Selatan dan Republik Afrika Tengah, bersama dengan sebagian Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Ukraina, Pakistan, Irak, dan Mesir.

Menurut International SOS, definisi negara dengan kategori "Ekstrem" adalah: "Kontrol dan hukum serta ketertiban pemerintah kemungkinan rendah atau tidak mencakup seluruh wilayah. Ancaman serius serangan kekerasan oleh kelompok bersenjata yang menargetkan pelancong dan pekerja internasional. Layanan pemerintah dan transportasi hampir tidak berfungsi. Sebagian besar negara tidak dapat diakses oleh orang asing."

Lebih dari 55 persen negara di Afrika sekarang sepenuhnya atau sebagian berada pada tingkat risiko keamanan yang "tinggi" atau "ekstrem" setelah peningkatan militansi atau pemberontakan.

Peta tersebut juga menilai risiko medis negara sebelum pandemi, dengan Inggris, Eropa Barat, AS, Kanada, dan Afrika Selatan di antara tempat-tempat yang diidentifikasi memiliki risiko terendah.

Negara-negara berisiko sangat tinggi termasuk Venezuela, Niger, Libya, Somalia, Sudan Selatan, Eritrea, Yaman, Burkina Faso, Guinea, Suriah, Afghanistan, dan Irak.

Peringkat risiko medis pra-pandemi didasarkan pada berbagai risiko kesehatan dan faktor yang meringankan, termasuk penyakit menular, faktor lingkungan, data evakuasi medis, standar pelayanan medis darurat, perawatan medis rawat jalan dan rawat inap, akses ke persediaan farmasi berkualitas, dan hambatan budaya, bahasa atau administrasi.

Pascapandemi, penilaian tentang seberapa besar Covid-19 memengaruhi operasional dunia usaha terlihat di beberapa tempat yang dikategorikan sebagai risiko "Sangat Rendah": Tanzania, Selandia Baru, Nikaragua, dan Svalbard.

Sementara itu, hanya satu negara, Georgia, yang menduduki peringkat risiko tertinggi.