Bencana Iklim Mengancam Manusia, Ketika Suhu Bumi Semakin Panas
Merdeka.com - Komitmen terbaru untuk memangkas emisi gas rumah kaca menempatkan planet kita berada di jalur menuju sebuah bencana, di mana terjadi kenaikan suhu Bumi rata-rata 2,7 derajat Celcisu pada abad ini. Demikian disampaikan PBB, dalam sebuah peringatan terbaru menjelang digelarnya KTT iklim di Glasgow, Skotlandia.
Hanya beberapa hari menjelang KTT iklim atau COP26 tersebut, Program Lingkungan PBB (UNEP) menyampaikan pada Selasa, rencana nasional untuk mengurangi polusi karbon sama dengan “janji yang lemah, belum tercapai”.
“Negara-negara G20 bertanggung jawab terhadap 78 persen emisi jadi ‘apa yang harus dilakukan’ ada pada mereka,” jelas Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, kepada Al Jazeera.
“Negara-negara maju memiliki pertanggungjawaban khusus untuk benar-benar bertindak, tapi sebenarnya setiap orang juga bertanggung jawab – seluruh 193 negara anggota,” lanjutnya, dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu (27/10).
Andersen mengatakan banyak janji tindakan yang dilakukan oleh berbagai negara tertunda sampai 2030, yang diperingatkan para ilmuwan akan sangat terlambat menghentikan dampak perubahan iklim terburuk di planet kita.
“Tindakan diperlukan sekarang,” tegasnya.
Para pemerintah berbagai negara akan menjadi sorotan dalam konferensi COP26 pekan depan untuk memenuhi tenggat waktu tahun ini untuk berkomitmen pada janji pengurangan gas rumah kaca yang lebih ambisius, yang bisa menjadi kesempatan terakhir untuk menempatkan dunia di jalur untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius (2,7 Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri.
Menurut para ilmuwan, ini akan membantu mencegah bencana terburuk yang mengancam planet ini. Karena peristiwa cuaca ekstrem termasuk badai super, kebakaran hutan, dan banjir semakin melanda negara-negara di seluruh dunia, bahkan peningkatan suhu global sekecil apa pun akan memperburuk situasi.
Janji kosong
Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) menyampaikan, menjelang agenda selama dua pekan itu, yang akan dimulai pada Minggu, konsentrasi gas rumah kaca mencapai rekor tahun lalu dan dunia masih "jauh dari jalur" dalam membatasi kenaikan suhu.
Jika 192 negara berjanji menjalani Kesepakatan Paris bersama-sama, diperkirakan peningkatan sekitar 16 persen emisi global pada 2030 dibandingkan dengan 2010, yang akan menyebabkan pemanasan 2,7 derajat Celcius pada akhir abad ini – angka di mana kehidupan di Bumi akan menghancurkan jutaan orang.
Sekjen PBB, Antonio Guterres menyampaikan laporan yang disampaikan pada Selasa menunjukkan dunia “masih berada di jalur menuju bencana iklim”.
“Laporan ini merupakan panggilan mengejutkan lainnya. Berapa banyak kita butuhkan? Kesenjangan emisi merupakan hasil dari kesenjangan kepemimpinan,” jelasnya dalam konferensi pers.
“Era tindakan setengah hati dan janj-janji kosong harus berakhir. Waktu untuk menutup kesenjangan kepemimpinan harus dimulai di Glasgow,” lanjutnya.
UNEP mengatakan komitmen terbaru akan mengurangi 7,5 persen dari tingkat emisi 2030 yang diprediksi sebelumnya. Untuk menjaga lintasan 1,5 derajat Celcius diperlukan pengurangan 55 persen.
Laporan itu mengatakan rencana 49 negara yang telah membuat janji “net-zero” tetap “tidak jelas” dan tidak tercermin dalam komitmen formal mereka.
“Kita punya waktu delapan tahun untuk membuat rencana, menetapkan kebijakan, mengimplementasikannya dan pada akhirnya melakukan pemangkasan,” jelas Andersen.
“Jam terus berdentang keras,” lanjutnya.
Agustus lalu, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim menyampaikan, Bumi dapat mencapai ambang 1,5 derajat Celcius secepatnya setelah 2030.
Laporan itu mengatakan bahkan jika semua janji net-zero disampaikan secara penuh, ada kemungkinan 60 persen kenaikan suhu akan mencapai 2,7 derajat Celcius pada tahun 2100.
“Tidak ada keinginan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara global pada tingkat yang diperlukan untuk memenuhi tujuan iklim kita,” jelas profesor Ilmu Geosistem Universitas Oxford, Myles Allen.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terungkap, Ini Pentingnya Penangkapan dan Penyimpanan Karbon dalam Mengatasi Perubahan Iklim
Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan Sustainable Development Goals 13 PBB.
Baca SelengkapnyaPerubahan Iklim Ancam Penduduk Dunia, Pemerintah Antisipasi dengan Menanam Pohon & Perbaiki Lingkungan
Aksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaMenteri LHK Beberkan Kemajuan Indonesia Atasi Perubahan Iklim
Indonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Janji Tarif Listrik Tetap Murah di Tengah Percepatan Transisi Energi Baru Terbarukan
Percepatan transisi energi fosil ke EBT diperlukan untuk mewujudkan target emisi karbon netral atau net zero emission pada 2060 mendatang.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Ini Tujuan di Balik Kebijakan Pemprov DKI Naikkan Pajak BBM
Luhut mengatakan, pemerintah saat ini masih terus mengkaji mana jalan terbaik untuk bisa memitigasi polusi udara.
Baca SelengkapnyaTKN Pastikan Penerapan Pajak Karbon Segera Diterapkan Jika Prabowo-Gibran Menang Pilpres
Penundaan pajak karbon ini merupakan penundaan yang kesekian kali setelah pada akhir 2021
Baca Selengkapnya85 Program Desa Energi Berdikari Pertamina Sukses Turunkan 729 Ribu Ton Emisi Karbon
Program DEB juga memberikan dampak ekonomi bagi 5.413 KK Penerima Manfaat.
Baca SelengkapnyaCara Mengurangi Dampak Polusi Udara, Mulai dari Kebiasaan Sendiri
Di tengah paparan polusi udara, kita masih punya harapan untuk meminimalisir dampaknya dan mencegah situasi menjadi lebih kritis.
Baca SelengkapnyaMitigasi Dampak Perubahan Iklim, Patra Jasa Garap Program Pertamina Foundation di Pulau Bira
Tujuannya untuk mengatasi tantangan sosial lingkungan seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan peningkatan tingkat kesejahteraan manusia.
Baca Selengkapnya