Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Belajar Hidup Berdampingan dengan Covid ala Singapura

Belajar Hidup Berdampingan dengan Covid ala Singapura Pengunjung mal di Singapura antre untuk tes usap Covid-19 (swab test) pada 20 Mei 2021. ©Edgar Su/Reuters

Merdeka.com - Hanya 60 orang di Singapura yang meninggal karena Covid-19 sejak pandemi pertama kali muncul, dan 82 persen dari populasinya sekarang telah divaksinasi penuh.

Pada Juni, pemerintah mengumumkan strategi hidup berdampingan dengan Covid, fokus pada upaya penelusuran dan menangani wabah klaster dengan vaksinasi dan rawat inap – tapi tanpa lockdown ketat, penutupan perbatasan, dan perintah kerja dari rumah sebagaimana yang banyak diberlakukan banyak negara di seluruh dunia untuk menangani pandemi.

Bulan itu, Singapura memulai pelonggaran pembatasan virus corona secara bertahap, namun kemudian terjadi lonjakan kasus. Rencana pembukaan kembali ditunda dan beberapa pembatasan diberlakukan kembali.

Setelah berbulan-bulan kasus harian relatif turun, selama akhir pekan kemarin Singapuran melaporkan kasus harian baru melampaui angka 1.000, angka tertinggi sejak April tahun lalu.

Pejabat kesehatan menemukan 1.012 kasus baru pada Minggu, naik dari 1.009 kasus baru pada Sabtu. Ada 873 pasien di rumah sakit pada Minggu (naik dari 863 pada Sabtu), dengan 118 kasus parah yang mengharuskan penggunaan oksigen (naik dari 195 pada Sabtu), dan 21 dalam kondisi kritis di ICU (naik dari 18 pada Sabtu).

“Kami berada di jalur transisi ke kehidupan normal baru dengan Covid-19,” kata Menteri Kesehatan Ong Ye Kung pada konferensi pers virtual pada Jumat.

“Ini adalah perjalanan yang tidak pasti dan penuh liku-liku,” lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (21/9).

Rumah sakit umum mengalami lonjakan jumlah pasien tetapi sebagian besar - lebih dari 98 persen - tidak menunjukkan gejala atau dengan gejala ringan, sehingga pejabat kesehatan sekarang mendesak warga berobat ke dokter umum atau klinik sehingga rumah sakit bisa melakukan perawatan darurat.

Kembali ke awal

Selain meningkatkan kapasitas layanan medis untuk menangani peningkatan kasus, Dr Steven Tucker memuji negara Singapura karena memperluas layanan untuk membantu penduduk mengatasi masalah kesehatan mental dan stres akibat Covid.

“Stressor (pemicu stress) yang mempengaruhi semua orang, meskipun bervariasi, adalah: 'Apakah saya akan sakit. Apakah anggota keluarga saya sakit? Apakah saya perlu karantina? Apakah saya memiliki akses ke perawatan?” jelas Tucker, seorang ahli onkologi terlatih Amerika yang tinggal dan berlatih di Singapura sejak 2006 kepada Al Jazeera.

“Semua ini merupakan tekanan kesehatan mental yang ditanggapi dengan sangat cepat oleh Singapura, diakui, dan telah dilakukan upaya untuk mengatasinya,” tambah Tucker.

Dr Ong mengatakan negara berpenduduk 5,7 juta itu belum mencapai tahap endemik, di mana virus menjadi sesuatu hidup berdampingan dengan warga seperti flu.

“Saya akan mengatakan itu endemik ketika separuh teman kita terinfeksi, atau pernah terkena (virus),” kata Ong kepada Al Jazeera. “

“Saat ini mungkin satu dari 10 atau satu dari 20 teman kita pernah mengalaminya. Di lingkaran saya, hanya kerabat saya yang kena. Tidak ada teman saya yang kena.”

Ong mengatakan, ketika virus corona menimbulkan risiko parah hanya bagi mereka yang rentan dan tidak divaksinasi, hidup dengan Covid-19 berarti akan banyak tindakan pencegahan yang diambil warga Singapura – termasuk memakai masker, menjaga jarak, bekerja dari rumah, makan di rumah, dan pembatasan wisatawan.

Dia juga menilai suntikan booster mendapat tempat dalam strategi penanganan Covid Singapura , serta tes cepat harian atau mingguan di tempat kerja, hingga pandemi terkendali di mana-mana di dunia dan virus secara bertahap kehilangan potensinya.

Tingginya tingkat vaksinasi di Singapura salah satunya karena adanya syarat harus divaksinasi sepenuhnya untuk memasuki tempat umum seperti restoran dan lainnya.

“Singapura telah melakukannya dengan relatif baik, dengan pengujian, pelacakan, vaksinasi, dan kepatuhan yang luas terhadap kebijakan pemerintah,” jelas Jeannette Ickovics, seorang profesor kesehatan masyarakat dan psikologi di Yale-NUS College di Singapur kepada Al Jazeera.

“Praktik dan kebijakan ini akan berlanjut di sini, karena epidemi global terus berlanjut dengan varian yang lebih menular dan peluncuran vaksin global yang kurang. Ini adalah prinsip dasar kesehatan masyarakat bahwa semua rentan jika ada yang rentan; oleh karena itu, kita harus tetap waspada.”

“Bagaimana kita hidup dengan Covid-19? Kembali ke dasar: cuci tangan, pakai masker, berkumpul di luar ruangan, jaga jarak, jika tidak enak badan tetap di rumah,” lanjutnya.

Ikuti aturan

Seorang pengusaha media, Juliana Chan mengatakan dia menghargai upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran virus. Putrinya dikarantina ketika teman sekelasnya terjangkit Covid-19 dan putranya juga harus mengambil cuti dari sekolah.

“Kami dikunjungi secara teratur di rumah kami baik secara langsung atau melalui panggilan video, dan kami menerima SMS dan panggilan setiap hari,” kata Chan kepada Al Jazeera.

“Ini adalah gerakan yang sangat besar untuk menjalankan pelacakan kontak dalam skala besar, dan saya sangat terkesan dengan profesionalisme semua staf yang terlibat.”

Eugene Tan, seorang profesor hukum di Singapore Management University, mengatakan kepemimpinan yang tegas telah dibantu oleh kesediaan warga Singapura untuk mengikuti instruksi pemerintah seperti penggunaan masker, yang juga umum selama wabah SARS tahun 2003.

“Pengalaman Singapura telah menunjukkan perlunya tidak hanya seluruh pemerintah tetapi juga pendekatan seluruh masyarakat untuk menangani pandemi,” kata Tan kepada Al Jazeera.

“Sementara Singapura mendapat manfaat dari warga yang kooperatif, penggunaan teknologi untuk pelacakan kontak juga sangat penting dalam menjaga pandemi tetap terkendali.”

Meskipun beberapa komunitas pengusaha mengeluh sudah waktunya untuk mengizinkan lebih banyak kebebasan perjalanan lintas batas, banyak yang mengatakan penanganan pandemi Singapura telah membantu statusnya sebagai pusat utama bisnis global.

Sementara tingkat vaksinasi Singapura termasuk yang tertinggi di dunia, negara itu masih berusaha meyakinkan orang-orang yang skeptis untuk segera divaksinasi.

Pada Jumat, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, yang sudah divaksinasi hampir delapan bulan lalu, menerima suntikan dosis kedua dan membagikan foto serta videonya di Facebook dan menyampaikan pesan khusus kepada lansia terkait pentingnya suntikan booster.

“Kasus meningkat pesat. Suntikan booster akan memperkuat perlindungan Anda terhadap Covid-19,” pesannya.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Penyebab Selesma dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai, Kenali Cara Mencegahnya

Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Kasus Covid-19 Meningkat, Penumpang Kereta Api Wajib Pakai Masker

Imbauan ini seiring meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Cara Mencegah Penularan Flu Singapura, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Cara Mencegah Penularan Flu Singapura, Kenali Gejala dan Penyebabnya

Flu Singapura, yang juga dikenal sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD), adalah penyakit infeksi virus yang umumnya menyerang anak-anak.

Baca Selengkapnya
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Ternyata Hidup di Lingkungan Hijau Bikin Awet Muda, Ini Kata Peneliti

Ternyata Hidup di Lingkungan Hijau Bikin Awet Muda, Ini Kata Peneliti

Peneliti ungkap rahasia hidup awet muda adalah hidup di lingkungan hijau. Simak penjelasan berikut ini.

Baca Selengkapnya
⁠Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana

⁠Contoh Permasalahan Lingkungan dan Solusinya, Cara Terbaik Antisipasi Bencana

Merdeka.com merangkum informasi tentang contoh permasalahan lingkungan hidup dan solusinya.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya