Merdeka.com - Rencana Amerika Serikat membentuk pasukan perbatasan dipimpin tentara Kurdi di sebelah timur laut Suriah memicu kekhawatiran akan memperburuk situasi di Timur Tengah dan membuat Suriah terpecah belah.
Pembentukan pasukan beranggotakan 30 ribu personel itu jelas ditolak Rusia, Turki, Iran, dan pemerintah Suriah. Pasukan itu juga dinilai bisa memicu perang baru yang bakal menyeret AS ke dalam konflik lebih jauh.
Pihak Kurdi dan pejabat Amerika sudah menyangkal tudingan semacam itu namun tetap saja kekhawatiran itu ada dan beralasan.
AS mengatakan pasukan perbatasan akan membantu mempertahankan wilayah sebelah timur laut Suriah yang dikuasai tentara Kurdi tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang kini menjadi wilayah semi otonom. AS juga mengatakan akan menyokong pasukan ini sedikitnya selama dua tahun.
Juru bicara SDF Mustafa Bali kemarin mengatakan para tentara itu akan dilatih secara profesional sebagai penjaga perbatasan dan akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Suriah dengan Turki dan Irak untuk mencegah kembalinya militan ISIS. SDF juga dikatakan akan mempertahankan wilayah mereka di sepanjang Sungai Eufrat.
Tentara oposisi Suriah berhasil rebut Raqqa dari ISIS ©REUTERS
Wilayah itu termasuk daerah yang direbut dari tangan ISIS oleh SDF, tentara Kurdi, dan milisi Arab. Ketiganya merupakan sekutu AS di Suriah. Namun belum ada kesepakatan tentang apa yang akan dilakukan terhadap wilayah itu ketika ISIS sudah dikalahkan.
Dilansir dari laman the New York Times, Rabu (17/1), tentara Kurdi yang mendominasi SDF selalu mengatakan wilayah itu akan tetap menjadi otonom di bawah federasi Suriah. Pejabat Amerika mengatakan mereka akan terus mendukung sekutunya di Suriah. Namun pemerintah Suriah dan sekutunya (Rusia, Iran) menolak pembagian wilayah itu, begitu pula kelompok oposisi Suriah.
Pihak yang paling berang dengan kondisi ini ada Turki, negara sekutu AS dan anggota NATO. Turki menentang pemerintah Suriah tapi mereka menganggap Kurdi sebagai musuh berbahaya yang bisa mengambil alih wilayah perbatasan sementara di saat yang sama mereka juga berupaya meredam pemberontak Kurdi. Turki bahkan kemarin langsung menyerbu wilayah Kurdi-Suriah di Afrin.
Pengamat Suriah Andrew J. Tabler dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat mengatakan pasukan yang dibikin AS ini untuk memastikan ISIS benar-benar sudah dikalahkan dan bukan untuk membantu Kurdi menguasai wilayah untuk jangka panjang.
Namun pakar isu Suriah dari Universitas Oklahoma Joshua M. Landis mengatakan langkah AS ini sebetulnya mendukung pembentukan negara independen di sebelah utara Sungai Eufrat yang kaya minyak dan gas. Daerah itu punya pasukan sendiri dan ada pelajaran bahasa Kurdi di kurikulum sekolah.
"Wilayah itu akan secara de facto menjadi negara Kurdi yang akan dilindungi dan disokong AS," kata dia.
Bali menyatakan wilayah otonom itu tidak akan membuat Suriah terpecah-pecah, justru akan menjadi bagian dari Suriah baru yang lebih terdesentralisasi dan federal. Dia mengatakan kawasan itu tidak akan didominasi etnis Kurdi tapi menjadi pemerintahan yang mencakup warga Arab, Armenia, dan Suriah.
"Suriah seharusnya berbentuk federasi, seperti AS dan Rusia," kata Abdulkarim Umar, pejabat Kurdi-Suriah.
Pejabat Kurdi lain yang enggan disebut identitasnya mengatakan Kurdi tidak akan tunduk terhadap Turki dan pemerintah Suriah. [pan]
Baca juga:
Perang 'terselubung' Iran versus Israel di Suriah
Meratapi perayaan Natal di reruntuhan gereja Suriah
AS tak punya pilihan selain mengakui Assad tak bisa dijatuhkan
Kepanikan warga Ghouta timur saat digempur pasukan Assad
Ketika militan ISIS bertobat
WHO: Cacar Monyet Bisa Ditangani Jika Kita Bertindak Sekarang
Sekitar 9 Jam yang laluPresiden Ukraina Peringatkan Dunia Terancam Krisis Pangan karena Perang
Sekitar 1 Hari yang laluMantan Tentara AL Korsel Mengaku Ikut Berperang di Ukraina dan Ingin Balik Lagi
Sekitar 1 Hari yang laluPenembakan Texas, Polisi Baru Ungkap Kronologi Mengejutkan Berbeda dari Sebelumnya
Sekitar 1 Hari yang laluAS Siap Kirimkan Roket Jarak Jauh ke Ukraina yang Bisa Jangkau Wilayah Rusia
Sekitar 1 Hari yang laluImran Khan Ancam Kerahkan Jutaan Pendukung Jika Pemilu Tidak Digelar dalam 6 Hari
Sekitar 1 Hari yang laluPBB Desak Taliban Batalkan Semua Pembatasan Bagi Kaum Perempuan Afghanistan
Sekitar 1 Hari yang laluPenyelidikan Palestina Simpulkan Israel Sengaja Bunuh Jurnalis Aljazeera
Sekitar 1 Hari yang laluRoche Swiss Kembangkan Alat Tes PCR untuk Virus Cacar Monyet
Sekitar 1 Hari yang lalu"Saya Tak Pernah Membayangkan Penembakan Ini Terjadi Di Komunitas yang Damai Ini"
Sekitar 1 Hari yang laluBicara Reshuffle, Sekjen PDIP Sindir Minyak Goreng Langka & Ekonomi Lambat
Sekitar 2 Jam yang laluAnggota DPR Pertanyakan Rencana Menko Luhut Audit Lahan dan Konsesi Sawit
Sekitar 2 Jam yang laluKejagung Targetkan Berkas Kasus Mafia Minyak Goreng Rampung Bulan Depan
Sekitar 7 Jam yang laluKasad Perintahkan Seluruh Pangdam Pantau Ketersediaan dan Harga Minyak Goreng
Sekitar 10 Jam yang laluJokowi: Inflasi Terkendali Karena Pemerintah Tahan Harga BBM dan Listrik
Sekitar 4 Hari yang laluJokowi: Harga BBM di Singapura Rp32.400 per Liter, Kita Pertalite Masih Rp7.650
Sekitar 4 Hari yang laluJokowi Soal Harga BBM: Subsidi APBN Gede Sekali, Tahan Sampai Kapan?
Sekitar 1 Minggu yang laluDemo di Patung Kuda, Buruh dan Mahasiswa Bawa Empat Tuntutan Ini
Sekitar 1 Minggu yang laluPresiden Ukraina Peringatkan Dunia Terancam Krisis Pangan karena Perang
Sekitar 1 Hari yang laluMantan Tentara AL Korsel Mengaku Ikut Berperang di Ukraina dan Ingin Balik Lagi
Sekitar 1 Hari yang laluAS Siap Kirimkan Roket Jarak Jauh ke Ukraina yang Bisa Jangkau Wilayah Rusia
Sekitar 1 Hari yang laluAfrika Disebut Turut Jadi Korban Perang Rusia-Ukraina
Sekitar 2 Hari yang laluData Covid Hari Ini 28 Mei 2022: Kasus Positif Bertambah 279, Kematian 8 Orang
Sekitar 56 Menit yang laluTiga Jurus Bank Indonesia Bangkitkan UMKM Pasca Pandemi Covid-19
Sekitar 6 Jam yang laluPPKM Level 1 DKI, Tempat Hiburan Malam Kapasitas 100 Persen, Tutup Pukul 2 Pagi
Sekitar 1 Hari yang laluTurun 50 Persen, Santunan Kecelakaan Jasa Raharja Capai Rp44 M di Musim Mudik Lebaran
Sekitar 3 Hari yang laluEvaluasi Mudik Lebaran, Jokowi Minta Rekayasa Lalu Lintas Diperbaiki
Sekitar 3 Hari yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 2 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 2 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami