Arkeolog Temukan Ratusan Artefak Batu Giok Berusia 5.000 Tahun, Ada yang Berbentuk Naga Hijau dan Jangkrik
Belum lama ini arkeolog menemukan ratusan artefak batu giok berusia 5.000 tahun.
Arkeolog belum lama ini menemukan tiga naga giok dan 100 artefak peninggalan Budaya Hongshan yang berusia sekitar 5.000 tahun di daerah otonomi Mongolia Dalam, China Utara.
Dilansir China Daily, Senin (23/9), artefak itu ditemukan selama penggalian di situs arkeologi Yuanbaoshan di Aohan Banner di Kota Chifeng yang telah berlangsung empat bulan dari bulan Mei.
-
Apa saja artefak yang ditemukan? Sebagian besar artefak yang mudah rusak terbuat dari kayu, termasuk wadah kulit pohon betula, batang proyektil, dan tongkat jalan. Artefak lainnya dibuat dengan menggunakan tulang hewan termasuk sepatu bot kulit yang dijahit dan alat-alat tulang dan tanduk yang diukir.
-
Bagaimana bentuk artefak kuno ini? Batu kuno yang ditemukan di Kastil Uwatsuki memiliki bentuk heksagonal berukuran diameter 4,8 cm dengan tebal 1 cm. Sedangkan 17 batu yang ditemukan di Owada jin’ya berukuran 8 cm hingga 14 cm dengan tebal 1,5 cm hingga 3 cm.
-
Apa benda yang ditemukan oleh arkeolog? Arkeolog menemukan patung emas yang menggambarkan seorang pejuang tengah menunggang kuda menuju medan pertempuran.
-
Apa yang ditemukan arkeolog? Arkeolog Dikejutkan dengan Penemuan Fosil Dinosaurus Bertangan Mungil Menariknya tangan dinosaurus ini lebih kecil dibandingkan T-Rex. Tyrannosaurus rex dikenal sebagai dinosaurus buas yang memiliki tangan kecil. Kini, kelompok dinosaurus dengan karakteristik seperti itu mendapat anggota baru dengan ditemukannya sebuah spesies dinosaurus baru di Formasi La Colonia, Patagonia, Amerika Selatan.
Tak hanya bentuk naga dari giok, naga hijau zamrud seukuran telapak tangan yang terbesar dari jenisnya juga ditemukan di situs itu.
Naga giok terbesar di antara artefak yang ditemukan ini memiliki panjang 15,8 sentimeter, lebar 9,5 sentimeter, dan tebal 3 sentimeter.
Naga ini sedikit lebih panjang dari naga yang sebelumnya yang ditemukan sekitar 150 kilometer dari situs arkeologi Niuheliang di Chaoyang, Provinsi Liaoning.
Penemuan artefak yang berasal dari 5.000 hingga 6.500 tahun lalu ini menambah informasi bagi para peneliti untuk mengetahui asal usul peradaban China.
Naga ikon budaya Hongsan
Naga gemuk berkepala babi merupakan tokoh ikonik dari Kebudayaan Hongsan yang merupakan bagian penting dari periode Neolitikum yang meliputi Mongolia Dalam atau saat ini disebut Provinsi Liaoning dan Hebei.
Dang Yu, pustakawan peneliti di Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Mongolia Barat mengatakan dalam pidatonya di sebuah seminar yang diadakan untuk memperingati hari jadi ke-70 penamaan Kebudayaan Hongsan.
“Artefak giok yang digali di Yuanbaoshan sejak bulan Mei meliputi sebagian besar barang pecah belah giok Budaya Hongsan, termasuk lingkaran, cakram, dan kapak serta burung dan serangga seperti jangkrik dan ulat sutra.”
Stratifikasi sosial dalam ritual
Sebelumnya pada 1954, arkeolog dan sejarawan Yin Da atas saran arkeolog lainnya Liang Siyong menamai penemuan ini berdasarkan nama daerah dalam bukunya tentang periode Neolitikum di China.
Sejauh ini lebih dari 1.100 situs Budaya Hongsan telah ditemukan, sebagian besar terletak di Lembah Sungai Liaohe Barat di tenggara Mongolia Dalam dan Liaoning barat.
Upaya penggalian dan penelitian yang telah berlangsung selama satu abad ini telah mengungkap beberapa misteri Budaya Hongsan, yang diwakili oleh sistem pengorbananya.
Sebuah kompleks ritual yang tertata rapi yang digali di situs Niuheliang, yang terdiri dari altar, kuil untuk dewi dan makam gundukan puing, serta stratifikasi sosial yang ditandai dengan penggunaan batu giok yang sangat indah dalam pengorbanan, memamerkan sistem tersebut.
Jia Xiaobing, seorang peneliti di Institut Arkeologi Akademi Ilmu Sosial China mengatakan, tata letak makam gundukan puing bundar di Yuanbaoshan dan lingkungan sekitar makam menunjukan kemiripan dengan makam yang ditemukan di Niuheliang yang berasal dari 5.000 hingga 5.500 tahun lalu.
"Konsistensi seperti itu di wilayah yang diperluas membuktikan sistem kepercayaan bersama pernah ada di antara para leluhur Hongshan," kata Xiaobing.
Saat ini Jia memimpin program yang bertujuan menyatukan para arkeolog dari universitas-universitas lain dan lembaga-lembaga arkeologi Mongolia Dalam, Liaoning dan Hebei untuk memperkuat upaya-upaya arkeologi dan penelitian mengenai Kebudayaan Hongshan.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti