Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ada Persaingan Intelijen di Balik Perlombaan Pembuatan Vaksin Covid-19 Antarnegara

Ada Persaingan Intelijen di Balik Perlombaan Pembuatan Vaksin Covid-19 Antarnegara penelitian vaksin corona di as. ©2020 REUTERS/Bing Guan

Merdeka.com - Peretas China bermaksud mencuri data vaksin virus corona Covid-19, sehingga mereka mencari apa yang mereka yakini akan menjadi target mudah. Alih-alih memilih perusahaan farmasi, mereka justru melakukan pengintaian digital di Universitas North Carolina dan kampus lainnya yang melakukan penelitian mutakhir.

Mereka bukan satu-satunya mata-mata yang bekerja. Badan intelijen utama Rusia, SVR menargetkan jaringan penelitian vaksin di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris, upaya spionase yang pertama kali terdeteksi oleh badan mata-mata Inggris yang memantau kabel serat optik internasional.

Iran juga telah secara drastis meningkatkan upayanya untuk mencuri informasi tentang penelitian vaksin, dan AS telah meningkatkan upayanya sendiri untuk melacak spionase musuh-musuhnya dan memperkuat pertahanannya.

Pandemi Covid-19 telah mendorong salah satu peralihan misi masa damai tercepat belakangan ini bagi badan-badan intelijen dunia, mengadu domba mereka satu sama lain dalam permainan besar mata-mata versus mata-mata, menurut wawancara dengan pejabat intelijen saat ini dan sebelumnya dan yang lainnya yang melacak upaya spionase.

Hampir semua musuh AS mengintensifkan upaya mencuri penelitian Amerika sementara Washington, pada gilirannya, telah bergerak untuk melindungi universitas dan perusahaan yang melakukan penelitian. Intelijen NATO, yang biasanya fokus pada pergerakan tank Rusia dan sel-sel teroris, telah memperluas tugasnya dengan mengamati upaya Kremlin untuk mencuri penelitian vaksin juga, menurut seorang pejabat Barat yang diberi pengarahan tentang intelijen, seperti dilansir The New York Times, Senin (7/9).

Upaya Peretasan China

Persaingan ini mengingatkan pada perlombaan luar angkasa, di mana Uni Soviet dan Amerika mengandalkan layanan mata-mata mereka untuk mengejar ketertinggalan ketika yang lain tampaknya akan mencapai tonggak sejarah. Namun, Perang Dingin untuk mencapai orbit Bumi dan bulan berlangsung selama beberapa dekade, linimasa untuk membantu mengamankan data terkait pengobatan virus corona dipersingkat secara tajam karena kebutuhan akan vaksin semakin mendesak setiap hari.

"Akan mengejutkan jika mereka tidak mencoba mencuri penelitian biomedis paling berharga yang sedang berlangsung saat ini," jelas John C. Demers, seorang pejabat tinggi Departemen Kehakiman, tentang China bulan lalu selama acara yang diadakan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional.

“Berharga dari sudut pandang finansial dan tak ternilai dari sudut pandang geopolitik," lanjutnya.

Tidak jelas bagaimana tepatnya China menggunakan posisinya yang berpengaruh di WHO untuk mengumpulkan informasi tentang penelitian vaksin di seluruh dunia. Organisasi itu memang mengumpulkan data tentang vaksin yang sedang dikembangkan, dan sementara sebagian besar akhirnya dipublikasikan, peretas China dapat memperoleh manfaat dengan mendapatkan informasi awal tentang upaya penelitian vaksin virus corona WHO yang dipandang paling menjanjikan, menurut seorang mantan pejabat intelijen.

Pejabat intelijen Amerika mengetahui tentang upaya China pada awal Februari ketika virus menyebar di AS, menurut pejabat saat ini dan mantan pejabat Amerika. CIA dan lembaga lainnya mengamati dengan cermat gerakan China di dalam lembaga internasional, termasuk WHO.

China Khusus Sasar Data Universitas

Selain Universitas North Carolina, peretas China juga menargetkan universitas lain di seluruh negeri dan beberapa mungkin jaringannya dibobol, kata pejabat Amerika.

Demers mengatakan dalam pidatonya bahwa China telah melakukan "banyak gangguan" di luar apa yang Departemen Kehakiman ungkapkan dalam dakwaan pada bulan Juli, yang menuduh dua peretas bekerja atas nama layanan mata-mata Kementerian Keamanan Nasional China untuk mengejar informasi vaksin dan penelitian dari perusahaan bioteknologi Amerika.

Juru bicara Universitas North Carolina, Leslie Minton, mengatakan pihaknya “secara teratur menerima peringatan ancaman dari badan keamanan AS.” Dia mengarahkan agar pertanyaan lebih lanjut diajukan kepada pemerintah federal, tetapi mengatakan pihak kampus telah menyiapkan "pemantauan sepanjang waktu" untuk "membantu menjaga dari serangan ancaman terus-menerus dari organisasi yang disponsori negara."

Selain peretasan, China mendekati universitas dengan cara lain. Beberapa pejabat pemerintah percaya bahwa mereka mencoba memanfaatkan kemitraan penelitian yang telah dibangun oleh universitas-universitas Amerika dengan lembaga-lembaga China.

Yang lain telah memperingatkan bahwa agen intelijen China di AS dan di tempat lain telah mencoba mengumpulkan informasi tentang para peneliti itu sendiri. Pemerintahan Trump memerintahkan China pada 22 Juli untuk menutup konsulatnya di Houston sebagian karena operator China telah menggunakannya sebagai pos terdepan untuk mencoba membuat terobosan dengan para ahli medis di kota itu, menurut FBI.

Sejauh ini, para pejabat percaya bahwa mata-mata asing hanya mengambil sedikit informasi dari perusahaan biotek Amerika yang mereka targetkan: Gilead Sciences, Novavax, dan Moderna.

Jaringan Peretas Rusia

Pada saat yang sama, badan pengawasan elektronik Inggris GCHQ sedang mendalami upaya Rusia dan intelijen Amerika yang mengetahui peretasan China, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan FBI mengutus tim untuk bekerja dengan tim bioteknologi Amerika untuk memperkuat pertahanan jaringan komputer mereka.

Upaya Rusia, diumumkan oleh badan intelijen Inggris, Amerika dan Kanada pada Juli, terutama difokuskan pada pengumpulan data intelijen tentang penelitian oleh Universitas Oxford dan mitra perusahaan farmasi, AstraZeneca.

Orang-orang Rusia yang kedapatan mencoba mendapatkan informasi vaksin adalah bagian dari kelompok yang dikenal sebagai Cozy Bear, kumpulan peretas yang berafiliasi dengan SVR. Cozy Bear adalah salah satu grup peretas yang pada tahun 2016 membobol server komputer Partai Demokrat.

Pejabat keamanan dalam negeri telah memperingatkan perusahaan farmasi dan universitas tentang serangan tersebut dan membantu institusi tersebut meninjau keamanan mereka. Para pejabat telah mengamati calon peretas vaksin menggunakan kerentanan yang diketahui yang belum diatasi, bukan senjata siber yang menargetkan celah yang tidak diketahui dalam keamanan komputer.

Tidak ada perusahaan atau universitas yang mengumumkan pencurian data akibat upaya peretasan yang diidentifikasi secara publik. Tetapi beberapa upaya peretasan berhasil setidaknya menembus pertahanan untuk masuk ke dalam jaringan komputer, menurut seorang pejabat pemerintah Amerika. Dan peretas yang bekerja untuk China dan Rusia melakukan aksinya mencari kelemahan jaringan setiap hari, menurut pejabat intelijen.

“Ini benar-benar berpacu dengan waktu bagi orang-orang baik untuk menemukan kerentanan dan mengatasinya, sebelum musuh menemukannya dan mengeksploitasinya,” jelas Bryan S. Ware, asisten direktur keamanan siber Departemen Keamanan Dalam Negeri Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Dinkes DKI Akhirnya Mengungkap Jumlah Kasus Covid-19 JN.1 di Jakarta Selama Tahun 2023

Ani menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Menkes soal Kenaikan Kasus Covid-19 JN.1

Blak-blakan Menkes soal Kenaikan Kasus Covid-19 JN.1

Hingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.

Baca Selengkapnya
Viral Dugaan Perundungan di SMA Binus Internasional BSD, Polisi Gelar Penyelidikan

Viral Dugaan Perundungan di SMA Binus Internasional BSD, Polisi Gelar Penyelidikan

Korban atas dugaan tindak pidana kekerasan dan penganiayaan sudah lapor.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kasus Covid-19 di Sumsel Naik Drastis usai Libur Nataru, 1 Orang Meninggal

Kemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.

Baca Selengkapnya
Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO

Daftar 9 Varian yang Mendominasi Kasus Covid-19 Dunia Menurut WHO

WHO saat ini memonitor berbagai varian yang banyak ditemui.

Baca Selengkapnya