Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

700 Ekonom Termasuk Tujuh Pemenang Nobel Minta Warga AS Tidak Pilih Donald Trump

700 Ekonom Termasuk Tujuh Pemenang Nobel Minta Warga AS Tidak Pilih Donald Trump Kampanye Donald Trump Usai Sembuh dari Covid-19. ©2020 REUTERS/Jonathan Ernst

Merdeka.com - Hampir 700 pakar ekonomi, termasuk tujuh pemenang Nobel, dengan mendesak memperingatkan jangan sampai Presiden AS Donald Trump terpilih kembali dalam pemilihan presiden awal November ini, menyinggung soal serangan berkesinambungan terhadap demokrasi, respons yang buruk terhadap pandemi, dan penyebaran "misinformasi yang berbahaya."

"Hanya dalam satu periode menjabat, Donald Trump telah membuat AS tak dapat dikenali, dan tak menghadapi konsekuensi atas tindakannya," tulis para ekonom dalam sebuah surat terbuka, yang akan diperbarui sampai hari H pemilihan pada 3 November, dikutip dari CNN, Kamis (22/10).

Surat itu ditandatangani oleh para ekonom ternama dari berbagai institusi, termasuk peraih Nobel Paul Milgrom (2020), Oliver Hart (2016), Alvin Roth (2012). George Akerlof, pemenang Nobel yang merupakan suami mantan Kepala Bank Federal Janet Yellen, juga menandatangani surat tersebut.

"Untuk alasan ini, kami sangat menyarankan agar para pemilih melakukan apa yang tidak dapat dilakukan orang lain: merebut kembali demokrasi Anda dengan memberikan suara untuk menggulingkan Donald Trump dari jabatannya," tulis para ekonom.

Tim kampanye Trump belum menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.

Trump mengklaim dia kandidat yang lebih baik untuk perekonomian, yang menurutnya perekonomian AS bangkit kembali dari jurang resesi di akhir musim dingin dan awal musim semi.

Surat terbuka tersebut mengikuti upaya serupa pada 2016 yang gagal menghambat Trump masuk ke Gedung Putih. Pada saat itu, setidaknya 790 ekonom mendesak warga Amerika untuk tidak memilih Trump, dengan alasan "ketidaktahuan yang mendalam tentang ekonomi dan ketidakmampuan untuk mendengarkan para ahli yang kredibel."

Respons Buruk terhadap Pandemi

Para ekonom menyatakan kekecewaan atas "perilaku egois dan sembrono" Trump selama pandemi.

"Kelakuannya selama wabah Covid-19 membahayakan kesehatan publik, pemulihan ekonomi, dan keamanan pembukaan kembali sekolah-sekolah," tulis para ekonom.

"Dia meremehkan penggunaan masker dan jaga jarak sosial, menyelenggarakan kampanye di dalam ruangan, mendorong penggunaan obat yang belum terbukti dan berpotensi berbahaya, meremehkan keparahan pandemi, dan menjadi tuan rumah acara yang menyebabkan meluasnya penyebaran (virus corona) yang melumpuhkan Gedung Putih dan memaksa kepemimpinan militer dikarantina."

Pandemi telah menewaskan lebih dari 222.000 orang Amerika sejak Maret.

"Dia secara teratur menyebarkan informasi salah yang berbahaya, bahkan selama masa krisis," kata surat itu.

Sebuah penelitian baru-baru ini menyimpulkan Trump kemungkinan besar adalah pendorong terbesar dari misinformasi Covid-19.

Para ekonom juga mengatakan Trump "secara konsisten merusak kemandirian dan kredibilitas badan kesehatan utama kami," termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA), Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), dan Lembaga Kesehatan Nasional (NIH).

Kacau dan Tak Efektif

Meskipun Trump menyebut dirinya sebagai presiden CEO yang ahli dalam negosiasi, para ekonom mempermasalahkan hasilnya.

"Ketidakmampuan manajerialnya telah merusak kredibilitas dan efektivitas sektor publik," kata surat itu, menyebut perubahan konstan dalam kepemimpinan di berbagai biro dan pegawai yang tidak puas yang berbicara di media.

Dalam perdagangan, para ekonom mengatakan "pendekatan negosiasi yang kacau dan tidak efektif Trump" telah merusak hubungan dengan mitra dagang, merugikan petani dan memutus rantai pasokan "tanpa mencapai tujuan yang dinyatakannya untuk mengurangi defisit perdagangan."

Trump mencalonkan diri dengan fokus pada menghidupkan kembali manufaktur dan perdagangan Amerika. Namun para ekonom mengatakan dia "gagal mencapai janji ekonomi inti kampanyenya" karena manufaktur tetap menjadi bagian kecil dari keseluruhan lapangan kerja dan defisit perdagangan mengalami peningkatan.

Surat tersebut mencatat bahwa ekonom di Moody's Analytics dan Goldman Sachs baru-baru ini menyimpulkan bahwa proposal Joe Biden akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Sekelompok ekonom terpisah yang terdiri dari 13 penerima Nobel baru-baru ini merilis surat yang mendukung Biden.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya

Berkaca dari China, Nasib Indonesia Jadi Negara Maju atau Tidak Ditentukan 2 Pilpres Selanjutnya

Adapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.

Baca Selengkapnya
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Debat Cawapres Malam Ini Bahas Ekonomi, Siapa Bakal Unggul?

Debat Cawapres Malam Ini Bahas Ekonomi, Siapa Bakal Unggul?

Tema besar debat calon wakil presiden malam ini, Jumat (22/12) yakni 'Perekonomian Indonesia'.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Dunia Hadapi Perang dan Krisis Ekonomi, Jokowi: Kita Harus Eling Lan Waspodo

Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.

Baca Selengkapnya
Staf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Staf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.

Baca Selengkapnya
Politik Dinasti Disebut Tak akan Berdampak Buruk ke Ekonomi, tapi Ada Syaratnya

Politik Dinasti Disebut Tak akan Berdampak Buruk ke Ekonomi, tapi Ada Syaratnya

Syaratnya adalah ada orang lain yang bukan bagian keluarga Kepala Negara tadi juga mendapatkan porsi dan hak yang sama.

Baca Selengkapnya
Anies: Jangan Biarkan Beberapa Orang Kuasai Sepertiga Ekonomi Indonesia

Anies: Jangan Biarkan Beberapa Orang Kuasai Sepertiga Ekonomi Indonesia

Anies menegaskan, rakyat Indonesia harus mendapatkan kesempatan dan masa depan yang setara.

Baca Selengkapnya
Ekonomi Jepang dan Inggris Jatuh ke Jurang Resesi, Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Bakal Tetap Tinggi

Ekonomi Jepang dan Inggris Jatuh ke Jurang Resesi, Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Bakal Tetap Tinggi

Saat ini saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dari banyak negara di dunia.

Baca Selengkapnya
Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

Didorong Konsumsi Pemilu, Ekonomi Indonesia Diprediksi Tumbuh 5,5 Persen di 2024

penyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya