Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Bambang Harsrinuksmo

Profil Bambang Harsrinuksmo | Merdeka.com

Bisa dibilang keterlibatan Bambang Harsrinuksmo dalam bidang keris Indonesia dimulai tahun 1979 ketika sebagai wartawan muda beliau ditugaskan untuk meliput empat ahli keris yang akan melakukan ritual pembersihan keris selama bulan Suro. Lahir di Manis Renggo, Klaten, Jawa Tengah, Bambang muda cukup akrab dengan tradisi Jawa termasuk di antaranya wayang dan keris. Terlebih kakeknya merupakan seorang pengumpul keris yang di masa tuanya membagikan keris-kerisnya kepada anak dan cucunya.

Maka dari itu tidaklah terlalu mengherankan ketika pemberitaan mengenai pelbagai macam keris yang akan dibersihkan di bulan Suro tersebut memancing animo masyarakat untuk mendapatkan informasi lebih jauh mengenai keris, Bambang pun mulai terlibat lebih jauh dari sekedar tugas liputan.
Salah satu dari empat ahli keris yang ditemuinya tersebut, Widya Setika, menyarankan Bambang untuk mempelajari lebih jauh mengenai keris. Dan Bambang pun belajar lebih lanjut. Setelah mempelajari pengetahuan umum mengenai keris selama tiga bulan, beliau melanjutkan pembelajaran kerisnya dengan para ahli seperti Pak Kardi di Boyolali, Pak Karti di Mantingan dan Pak Samsul Alam di Surabaya. TIdak hanya itu, beliau pun membaca banyak buku untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai keris.

Sebagai seorang ahli keris, ayah dari dua anak ini telah diundang ke pelbagai daerah di Indonesia, juga ke mancanegara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam untuk memberikan kuliah mengenai Keris. Cerita di balik pembuatannya menjadikan keris dihargai sebagai suatu maha karya. Banyak empu keris dari Brunei Darussalam, sebagai negara yang memiliki penghargaan sangat tinggi pada keris, yang mempelajari seni membuat keris di Indonesia. Kepercayaan orang-orang mengenai keahlian keris Bambang dibuktikan ketika di tahun 1985 beliau dipercaya mengadakan pameran 240 keris di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

Pengetahuannya yang mendalam mengenai keris beliau dokumentasikan dengan menelurkan dua buah buku mengenai keris berjudul Pamor yang terbit pada tahun 1985, disusul dengan Ensiklopedia Keris di tahun 1989 dengan terbitan revisi di tahun 2004. Keinginannya berbagi mengenai keris tidak berhenti hanya di buku semata, Sekretaris Perhimpunan Pecinta Keris Pametriwiji Jakarta tahun 1983 – 1986 ini pun ikut merintis situs javakeris.com, suatu situs yang bertujuan untuk mendidik masyarakat dengan memperdalam pengetahuan mengenai keris sebagai kearifan lokal bangsa dan warisan budaya. Javakeris merupakan satu bagian dari jaringan Javasitus yang menitikberatkan pada kebudayaan Jawa di masing-masing bagiannya seperti wayang, pernak-pernik perhiasan, primbon, dan lain-lainnya.

Kecintaannya yang mendalam terhadap budaya Jawa tidak hanya terbatas pada keris. Pria kelahiran tahun 1943 ini pun membagi pengetahuannya mengenai wayang dengan membidani lahirnya 6 volume Ensiklopedia Wayang Indonesia. Dengan lebih dari 8.000 entri mengenai pelbagai figur wayang, instrumen musik yang digunakan, pelbagai jenis wayang (golek, kulit, dan lain sebagainya), pelbagai macam alat dalam pertunjukan wayang, perbedaan wayang Indonesia dengan wayang mancanegara, dan permasalahan seputar wayang lainnya, ensiklopedia dapat dikatakan sebagai panduan sangat lengkap dan menyeluruh mengenai wayang. Untuk penerbitan buku dengan skala sebesar ini beliau dibantu oleh 10 dalang dan 16 ahli wayang sebagai kontributor.

Bambang Harsrinuksmo tutup usia di Jakarta, 11 Desember 2003 pada usia 60 tahun di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. Mantan editor harian Berita Buana ini berpendapat untuk dapat memahami keris seseorang harus memiliki unsur spiritual yang mendalam, atau dalam bahasa jawanya Roso.

Riset Dan Analisa Oleh Ratri Adityarani

Profil

  • Nama Lengkap

    Bambang Harsrinuksmo

  • Alias

    No Alias

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Manis Renggo, Klaten, Jawa Tengah

  • Tanggal Lahir

    1943-09-05

  • Zodiak

    Virgo

  • Warga Negara

  • Biografi

    Bisa dibilang keterlibatan Bambang Harsrinuksmo dalam bidang keris Indonesia dimulai tahun 1979 ketika sebagai wartawan muda beliau ditugaskan untuk meliput empat ahli keris yang akan melakukan ritual pembersihan keris selama bulan Suro. Lahir di Manis Renggo, Klaten, Jawa Tengah, Bambang muda cukup akrab dengan tradisi Jawa termasuk di antaranya wayang dan keris. Terlebih kakeknya merupakan seorang pengumpul keris yang di masa tuanya membagikan keris-kerisnya kepada anak dan cucunya.

    Maka dari itu tidaklah terlalu mengherankan ketika pemberitaan mengenai pelbagai macam keris yang akan dibersihkan di bulan Suro tersebut memancing animo masyarakat untuk mendapatkan informasi lebih jauh mengenai keris, Bambang pun mulai terlibat lebih jauh dari sekedar tugas liputan.
    Salah satu dari empat ahli keris yang ditemuinya tersebut, Widya Setika, menyarankan Bambang untuk mempelajari lebih jauh mengenai keris. Dan Bambang pun belajar lebih lanjut. Setelah mempelajari pengetahuan umum mengenai keris selama tiga bulan, beliau melanjutkan pembelajaran kerisnya dengan para ahli seperti Pak Kardi di Boyolali, Pak Karti di Mantingan dan Pak Samsul Alam di Surabaya. TIdak hanya itu, beliau pun membaca banyak buku untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai keris.

    Sebagai seorang ahli keris, ayah dari dua anak ini telah diundang ke pelbagai daerah di Indonesia, juga ke mancanegara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam untuk memberikan kuliah mengenai Keris. Cerita di balik pembuatannya menjadikan keris dihargai sebagai suatu maha karya. Banyak empu keris dari Brunei Darussalam, sebagai negara yang memiliki penghargaan sangat tinggi pada keris, yang mempelajari seni membuat keris di Indonesia. Kepercayaan orang-orang mengenai keahlian keris Bambang dibuktikan ketika di tahun 1985 beliau dipercaya mengadakan pameran 240 keris di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

    Pengetahuannya yang mendalam mengenai keris beliau dokumentasikan dengan menelurkan dua buah buku mengenai keris berjudul Pamor yang terbit pada tahun 1985, disusul dengan Ensiklopedia Keris di tahun 1989 dengan terbitan revisi di tahun 2004. Keinginannya berbagi mengenai keris tidak berhenti hanya di buku semata, Sekretaris Perhimpunan Pecinta Keris Pametriwiji Jakarta tahun 1983 – 1986 ini pun ikut merintis situs javakeris.com, suatu situs yang bertujuan untuk mendidik masyarakat dengan memperdalam pengetahuan mengenai keris sebagai kearifan lokal bangsa dan warisan budaya. Javakeris merupakan satu bagian dari jaringan Javasitus yang menitikberatkan pada kebudayaan Jawa di masing-masing bagiannya seperti wayang, pernak-pernik perhiasan, primbon, dan lain-lainnya.

    Kecintaannya yang mendalam terhadap budaya Jawa tidak hanya terbatas pada keris. Pria kelahiran tahun 1943 ini pun membagi pengetahuannya mengenai wayang dengan membidani lahirnya 6 volume Ensiklopedia Wayang Indonesia. Dengan lebih dari 8.000 entri mengenai pelbagai figur wayang, instrumen musik yang digunakan, pelbagai jenis wayang (golek, kulit, dan lain sebagainya), pelbagai macam alat dalam pertunjukan wayang, perbedaan wayang Indonesia dengan wayang mancanegara, dan permasalahan seputar wayang lainnya, ensiklopedia dapat dikatakan sebagai panduan sangat lengkap dan menyeluruh mengenai wayang. Untuk penerbitan buku dengan skala sebesar ini beliau dibantu oleh 10 dalang dan 16 ahli wayang sebagai kontributor.

    Bambang Harsrinuksmo tutup usia di Jakarta, 11 Desember 2003 pada usia 60 tahun di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. Mantan editor harian Berita Buana ini berpendapat untuk dapat memahami keris seseorang harus memiliki unsur spiritual yang mendalam, atau dalam bahasa jawanya Roso.

    Riset Dan Analisa Oleh Ratri Adityarani

  • Pendidikan

  • Karir

    • Ahli keris

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya