Jauh dari Kemewahan, Ini Potret Nenek Tantri Kotak di Kampung, Hidup Mati di Gunung
Merdeka.com - Tantri Syalindri atau yang dikenal dengan nama Tantri Kotak berkunjung ke rumah sang nenek yang berada di Yogyakarta. Berbeda dengan dirinya dan orang tua yang tinggal di Jakarta, sang nenek memilih tinggal di kampung.
Potret rumah nenek Tantri Kotak yang berada di kampung tampak sederhana, jauh dari kemewahan. Di rumah tersebut, sang nenek tinggal seorang diri. Tantri sudah mengajak sang nenek untuk tinggal di Jakarta, namun neneknya bersikukuh tinggal di kampung.
Berikut potret rumah nenek Tantri Kotak yang sederhana seperti dilansir akun instagramnya.
Potret Rumah Nenek Tantri Kotak
Dilihat dari depan, tampak rumah nenek Tantri tampak begitu sederhana. Material bangunannya sebagian besar dari kayu.
©2020 Merdeka.com/Instagram Tantri Kotak
?Hidup Matinya di Gunung
Menurut Tantri, dirinya sudah mengajak sang nenek untuk pindah ke Jakarta. Namun dia lebih memilih tinggal di gunung.
"Berbagai macam alasan, ajakan, bahkan sedikit paksaan ga mempan buat mbah gw yang tinggal satu2nya ini untuk diajak kumpul dengan anak cucunya di Jakarta. Hidup dan matiku ya di Gunung, di rumahku sendiri. Ga ada yang tega memang, tapi ini pilihan. Dipaksa untuk turun gunung, malah jadi sakit nantinya karena pernah beberapa kali nginep di Tangerang rumah mama 3 hari minta pulang, kepikiran sawahnya," katanya.
©2020 Merdeka.com/Instagram Tantri Kotak
Foto-foto
Di dalam rumah nenek Tantri, tampak jejeran foto anak-anaknya dan cucu. Termasuk juga foto Tantri.
©2020 Merdeka.com/Instagram Tantri Kotak
Bawakan Makanan Kesukaan
Tantri menyempatkan mampir ke rumah sang nenek. Dia membawakan makanan kesukaan sang nenek.
"Kemarin ke Jogja saya menyempatkan mampir ke simbah, membelikan makanan kesukaannya, “jangan lombok” (sayur cabe)," ungkapnya.
©2020 Merdeka.com/Instagram Tantri Kotak
Tak Bisa Jalan Jauh
Menurut Tantri, sang nenek sudah tidak bisa berjalan jauh. Dia pun sempat mengantarkan sang nenek ke pasar naik mobil.
"Dan beliau minta diantarkan ke Pasar Playen dekat rumahnya, katanya sudah bertahun2 blm liat pasar karena sudah ga sanggup jalan kaki jauh. Karena kakinya sakit, bagi orang Gunung, jalan tanpa menggunakan alas kaki adalah hal yang lumrah, dibelikan alas yang baguspun jarang dipake, kembali lagi itu pilihan. Melihat guratan senyum yang menoreh di lekuk keriputnya membuat gw pasrah. Ikhlas untuk menerima pilihan ini, walaupun sesak setiap kali ijin pulang," katanya.
©2020 Merdeka.com/Instagram Tantri Kotak
Doakan Selalu Sehat
Tantri pun berpamitan kepada sang nenek. Dia mendoakan sang nenek selalu sehat.
"Sehat2 ya mbahku sayang, hanya doa yang bisa menjagamu dan rindu ini akan selalu ada," tulis Tantri.
©2020 Merdeka.com/Instagram Tantri Kotak
(mdk/end)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terungkap, berkebun menjadi salah satu kegiatan yang digemari.
Baca SelengkapnyaAngga Yunanda pulang ke Lombok dengan sederhana dan ramah, mendapat pujian dari warganet.
Baca SelengkapnyaMomen mengharukan dua saudara anggota TNI terpisah 5 tahun dan bertemu di Papua saat penugasan. Simak berikut ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaBukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca SelengkapnyaKehidupan orangtua Lesti tak berubah. Mereka tetap sederhana dan apa adanya.
Baca SelengkapnyaNenek Satikem sempat "dibuang" oleh majikannya ke panti jompo di Bangka Belitung
Baca SelengkapnyaSaat Darma tumbuh dewasa, hubungan antara dia dan ibunya, Tata Cahyani, seperti kakak adik karena Tata tetap awet muda di usia 48 tahun.
Baca SelengkapnyaKedua orangtua Bintara tersebut tak bisa menghadiri pelantikan sang putra tercinta.
Baca Selengkapnya