Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Anis Hidayah

Profil Anis Hidayah | Merdeka.com

Perempuan kelahiran Bojonegoro ini telah memulai kiprahnya sebagai aktivis semenjak masih berstatus mahasiswa. Kala itu Anis tergabung dengan Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jember dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dia kerap berdiskusi dengan LSM yang fokus terhadap masalah buruh migran. Selain itu, dia juga aktif di SD Inpres dan LSM lokal di kota Jember.

Anis menyadari bahwa tempat kelahirannya merupakan salah satu basis buruh migran Indonesia. Dari itulah timbul kesadaran dalam dirinya bahwa penipuan dan penganiayaan terhadap para TKI di luar negeri dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat. Hal itu semakin mendorongnya dan rekan-rekan aktivis lainnya untuk membela mereka yang tertindas. Mereka kemudian mendirikan Solidaritas Perempuan Jawa Timur di tahun 1998. Melalui wadah itu para mantan buruh migran dan aktivis mahasiswa aktif memberikan advokasi terhadap kasus penganiayaan dan pemerkosaan.

Pada tahun 2001, Anis memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada (UGM) Program Pasca Sarjana Hukum Internasional UGM. Ketika dalam proses menulis tesisnya, Anis hijrah ke ibukota dan bergabung degan sebuah LSM. Saat itu Anis kembali dihadapkan pada kenyataan miris, banyaknya TKI yang diperlakukan semena-mena. Namun rencananya untuk memperdalam kasus justru berubah di tengah jalan.

Profesinya sebagai aktivis yang tidak mengenal waktu, mau tak mau memaksa Anis untuk merelakan 24 jam waktunya dalam seminggu untuk mengurusi masalah yang dialami para buruh migran. Tidak jarang dia bahkan harus menghabiskan waktunya hingga berhari-hari lamanya di negeri orang.

Riset Dan Analisa Oleh Nur Laila

Profil

  • Nama Lengkap

    Anis Hidayah

  • Alias

    No Alias

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

    Bojonegoro

  • Tanggal Lahir

    1976-11-07

  • Zodiak

    Scorpion

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Perempuan kelahiran Bojonegoro ini telah memulai kiprahnya sebagai aktivis semenjak masih berstatus mahasiswa. Kala itu Anis tergabung dengan Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jember dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dia kerap berdiskusi dengan LSM yang fokus terhadap masalah buruh migran. Selain itu, dia juga aktif di SD Inpres dan LSM lokal di kota Jember.

    Anis menyadari bahwa tempat kelahirannya merupakan salah satu basis buruh migran Indonesia. Dari itulah timbul kesadaran dalam dirinya bahwa penipuan dan penganiayaan terhadap para TKI di luar negeri dari tahun ke tahun jumlahnya semakin meningkat. Hal itu semakin mendorongnya dan rekan-rekan aktivis lainnya untuk membela mereka yang tertindas. Mereka kemudian mendirikan Solidaritas Perempuan Jawa Timur di tahun 1998. Melalui wadah itu para mantan buruh migran dan aktivis mahasiswa aktif memberikan advokasi terhadap kasus penganiayaan dan pemerkosaan.

    Pada tahun 2001, Anis memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Gajah Mada (UGM) Program Pasca Sarjana Hukum Internasional UGM. Ketika dalam proses menulis tesisnya, Anis hijrah ke ibukota dan bergabung degan sebuah LSM. Saat itu Anis kembali dihadapkan pada kenyataan miris, banyaknya TKI yang diperlakukan semena-mena. Namun rencananya untuk memperdalam kasus justru berubah di tengah jalan.

    Profesinya sebagai aktivis yang tidak mengenal waktu, mau tak mau memaksa Anis untuk merelakan 24 jam waktunya dalam seminggu untuk mengurusi masalah yang dialami para buruh migran. Tidak jarang dia bahkan harus menghabiskan waktunya hingga berhari-hari lamanya di negeri orang.

    Riset Dan Analisa Oleh Nur Laila

  • Pendidikan

    • S1, Fakultas Hukum Universitas Jember
    • S2, Progra Pascasarjana Hukum Internasional UGM

  • Karir

    • Member of Executive Committe of Migrant Forum in Asia (Desember 2008 - sekarang)
    • Direktur Eksekutif Migrant Care (Mei 2004 - sekarang)
    • Solidaritas Perempuan Jatim (1998 - 1999)
    • JPPR (Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat) Jember, Jawa Timur (1999)

  • Penghargaan

Geser ke atas Berita Selanjutnya