Tamu para profesor China diskusi pilpres dan demokrasi
Merdeka.com -
Sabtu sore (5 Juli 2014) markas merdeka.com di Tebet, Jaksel, kedatangan tamu penting. Sebanyak 8 orang pakar-pakar politik dipimpin oleh Prof. Li Fan dari The World and China Institute, bertamu untuk berdiskusi tentang politik.
Li Fan dalam kesempatan ini, didampingi oleh Prof. Yuan Da Yi (Dept. of Political Science, Beijing Administrative College), Binqiang Ren Ph.D, (Associate Proffesor, dari Shool of Public Administration Beihang University), Dun Long Ph.D, (Associate Professor (Dept. of Political Science Center of NPO Studies), dan empat profesor lainnya.
Mereka ditemui oleh Pemimpin Redaksi merdeka.com Didik Supriyanto, didampingi Asisten Redaktur Pelaksana Ramadhian Fadhillah, dan Sapto Anggoro. Berbeda dengan pertemuan dengan tamu-tamu lainnya selama ini, kali ini kesannya memang serius. Baru ketika mereka mengucapkan terima kasih diterima oleh kami, lalu kami jawab dengan xie xie, baru para ilmuwan itu tertawa lebar karena menjawab dengan bahasa mereka.
Seperti kita ketahui di Tiongkok China, selama ini dikenal bahwa pemilihan pemimpin atau PM tidak dilakukan secara terbuka seperti halnya di Indonesia. Tapi penguasa tertinggi partai komunis akan menjadi pengendali pemerintahan. “Kami belajar demokrasi ke Indonesia,” kata mereka. “Apakah Anda semua ingin mengembangkan demokrasi di negara Tiongkok?” tanya kami. Dan, tak lama langsung disambar: Tentu. “Kepergian kami ke Indonesia juga sudah ijin dan mendapat biaya negara,” tukas Li Fan.
Karena mereka sebagian besar adalah periset sosial politik, maka pertanyaan-pertanyaannya menukik. Misalnya, kenapa banyak sekali survei muncul di Indonesia. Mana yang menurut kami diakui dan kredibel? “Survei dari LIPI, Kompas dan CSIS masih kredibel,” kata Didik.
Meski tak menjelekkan yang lain, tapi Didik tak memungkiri bahwa banyak juga lembaga survei yang bias, karena secara pembiayaan berasal dari partai atau dari calon presiden.
Independensi sangat mempengaruhi kredibilitas hasil.
Selain di survei dengan sample masyarakat pemilih, melalui wawancara langsung atau telepon, mereka juga mengamati mengenai survei-survei media sosial. Sapto yang menjelaskan soal ini, bahwa tentang riset media sosial digrab dari Facebook dan Twitter. Jumlah pebicaraan memiliki potensi nilai yang bagus, namun sentimen positif lebih bernilai bagi calon. Hanya seja survei media sosial ini menjangkau hanya di masyarakat perkotaan. Sehingga hasilnya tak memenuhi kualifikasi teknis dan potensial bias.
Banyak hal yang dibicarakan di ruang rapat redaksi merdeka.com selama sekitar 3 jam tersebut. Apakah masyarakat Tiongkok juga mengerti tentang Jokowi atau Prabowo, menurutnya tidak. Tapi pilpres langsung menarik sekali baginya, dimana masyarakat berpartisipasi langsung. “Untuk Asia, yang terjadi di Indonesia sudah bagus banget,” kata Li Fan. Sedangkan di Tiongkok, “Demokrasi kami masih campur aduk..hahahaha,” timpal Yuan Da Yi ngakak.
Mereka juga melihat polarisasi media di Indonesia berkaitan dengan pilpres 2014 ini. Bahkan dalam sebuah tajuk koran langsung menyebut mendukung salah satu capres. Meski, Didik menjelaskan bahwa untuk jadi netral pun bukan tanpa risiko. Antara lain dialami merdeka bahwa salah satu awak penting diundang seseorang dan diintimidasi di sebuah tempat karena dinilai beritanya tidak imbang. Intimidasi datang dari kedua calon. Meski belum tentu mereka benar dari kedua calon, karena hanya berdasar pengakuan. Tapi, itulah risiko media. Karena banyak yang berkepentingan. Info-info lain yang mereka dapat, adalah ternyata selain kesamaan visi dan misi, dalam membangun koalisi pilpres juga butuh kesamaan media, terutama tivi.
(mdk/mdk)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Debat ke-3 Pilpres 2024, Akademisi Menilai Capres Tak Perlu Bermain Gimik Politik
Para akademisi dan pengamat politik berharap para capres tetap berdiri pada substansi masing-masing, pada debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024).
Baca SelengkapnyaDebat Pilpres Terakhir, Prabowo Capres Pertama yang Paparkan Visi Misi
Capres Prabowo Subianto akan menjadi pembicara pertama yang melakukan pemaparan visi misi.
Baca Selengkapnya11 Prinsip Pemilu beserta Tujuan, Fungsi, dan Asasnya
Prinsip-prinsip dalam pemilu adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh penyelenggara pemilu agar pemilu berjalan dengan demokratis dan transparan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Prinsip Pemilu, Tujuan, dan Fungsinya yang Penting Dipelajari
Prinsip-prinsip dasar pemilu mencerminkan nilai-nilai demokratis yang mendasari proses ini.
Baca SelengkapnyaGuru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres
Guru Besar-Dosen ITB Mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai, serta menjunjung hak asasi setiap pemilih.
Baca SelengkapnyaPemenang Pemilu Tahun 1955, Berikut Sejarahnya
Pemilu 1955 di Indonesia merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam proses demokratisasi dan konsolidasi negara setelah merdeka pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaPamer Program Indonesia Mengajar, Cak Imin Pede Anies Kuasai Debat Pamungkas Capres Tema Pendidikan
Anies punya perhatian pada bidang pendidikan sejak lama.
Baca SelengkapnyaDebat Kelima Pilpres, PKS: Anies Sukses Tunjukkan Fokusnya untuk Kesejahteraan Guru
"Beliau juga sangat peduli dengan kesejahteraan pendidik agar mereka bisa konsentrasi mendidik," kata Presiden PKS
Baca SelengkapnyaHari Pers Nasional 2024, Ini Pesan Kaesang untuk Pemilik Media
Kaesang berharap pers Indonesia semakin independen dalam mengedukasi masyarakat dengan beragam pemberitaan.
Baca Selengkapnya