Volume ekspor mulai meningkat, harga barang anjlok
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir data perdagangan selama April 2013. Dari data tersebut, terlihat volume komoditas ekspor meningkat, namun harga barang anjlok.
Kepala BPS Suryamin menyatakan ekspor sepanjang April mencapai USD 14,7 miliar. Nilai ini turun 9,11 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan juga terlihat dari kinerja ekspor kumulatif Januari hingga April 2013, sebesar USD 60,11 miliar, turun 7 persen year on year.
Suryamin menyoroti volume barang yang sebetulnya menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Khususnya untuk komoditas non-minyak dan gas (migas). Namun, dari segi harga, mengalami penurunan. Sehingga kinerja perdagangan sepanjang April lalu, secara umum ikut melempem.
Neraca perdagangan per April 2013 mencatat defisit USD 1,62 miliar, di mana ekspor sebesar USD 14,7 miliar, dan impor USD 16,31 miliar. Secara kumulatif, sepanjang Januari hingga April 2013 perdagangan defisit USD 1,85 miliar.
"Karena harga internasional, krisis global masih mempengaruhi perilaku ekspor kita. Mungkin pelemahan nilai dolar, beberapa negara masih belum pulih membeli barang-barang kita, sebagian besar masih menurunkan permintaannya, yang jelas volume meningkat, tapi harga mengalami pelemahan," ujar Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin (3/6).
Beberapa harga komoditas yang turun, kebanyakan non-migas bahan mentah, dari sektor tambang dan perkebunan. Semisal kopra, kelapa sawit, karet, dan perunggu. Suryamin menyoroti fakta bahwa permintaan beberapa komoditas non-migas naik. Mulai dari lemak minyak hewan, karet, mesin, pakaian jadi serta ikan dan olahannya.
Dengan gambaran tersebut, BPS merekomendasikan pemerintah agar tetap menjaga volume ekspor, meski harga sedang turun. "Memang ada penurunan nilai di komoditi ekspor, tapi volumenya kan ada yang meningkat, itu informasi yang baik untuk pemerintah, komoditi yang volumenya meningkat harus dijaga untuk menjaga pangsa pasar, mudah-mudahan ke depan harga komoditinya meningkat," paparnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ternyata Ini Penyebab Anjloknya Ekspor Nikel Indonesia
Volume ekpor nikel tahun 2023 sebanyak 126,0 juta ton dan juga mengalami penurunan 14,06 persen secara bulanan.
Baca SelengkapnyaHarga Komoditas Anjlok, Ekspor 2023 Diperkirakan Tak Setinggi Tahun Lalu
Tren harga sejumlah komoditas di pasar internasional mengalami kemerosotan.
Baca SelengkapnyaEkspor Produk Indonesia Turun di November 2023, Nilainya USD 22 Miliar
Nilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dirut Bulog Bongkar Penyebab Masih Mahalnya Harga Beras
Sesuai data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Januari hingga Februari terjadi defisit ketersediaan beras dari petani sebesar 2,7 juta beras.
Baca SelengkapnyaData BPS: Ekspor Indonesia Naik Tipis di Desember 2023, Nilainya USD 22,41 Miliar
Secara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaEkonomi Anjlok, Jepang Resmi Masuk Resesi
Padahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.
Baca SelengkapnyaEkspor Indonesia ke China Anjlok 20 Persen di Januari 2024, Ternyata Ini Pemicunya
BPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaHarga Beras Meroket, Inflasi Naik Jadi 2,75 Persen di Februari 2024
Harga Beras Meroket, Inflasi Naik Jadi 2,75 Persen di Februari 2024
Baca SelengkapnyaBlusukan di Pasar Palembang, Ganjar Pranowo Kaget Harga Daging Mahal
Ganjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca Selengkapnya