The Fed tunda kenaikan suku bunga, IHSG diprediksi terus cetak rekor
Merdeka.com - Pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami penguatan. Bahkan, IHSG sempat menyentuh rekor baru yang mencapai level di atas 5.400 poin.
Laju IHSG hari ini pun diperkirakan masih akan mengalami penguatan. Penguatan tersebut atas respon pasar terkait keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang masih menunda kenaikan suku bunga AS.
"Pada perdagangan Kamis (26/2) IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5.415-5.435 dan resisten 5.452-5.468," ujar Head of Research NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada dalam riset hariannya di Jakarta, Kamis (26/2).
Reza menegaskan keputusan The Fed tersebut membuat laju indeks mengarah ke tren positifnya. Laju IHSG mampu melampaui area target resisten dan mampu bertahan di atas area target support.
"Tampaknya pelaku pasar masih kuat untuk melanjutkan aksi belinya sehingga dapat mempertahankan IHSG di zona hijaunya. Jika aksi beli masih berlanjut maka laju IHSG pun dapat bertahan di zona hijaunya. Namun demikian tetap mewaspadai adanya potensi pembalikan arah," kata dia.
Adapun pertimbangan saham-saham hari ini antara lain BSDE, UNTR, AUTO, BEST, INTP dan BMTR.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Suku Bunga Acuan The Fed Diprediksi Tak Jadi Turun Karena Ini
The Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Terus Menguat, Ini Rekomendasi Saham untuk Trading Hari Ini
Tim Analis Bareksa merekomendasikan buy on breakout saham ESSA di rentang harga Rp600 hingga Rp640, dengan target harga ambil untung di Rp670 dan Rp710.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
ADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKurs Rupiah Jangan Sampai Lebihi Rp16.000, Kenapa?
Pemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnya