Tahun depan Indonesia bisa olah logam lebih mahal dari emas
Merdeka.com - Pekan lalu Menteri BUMN Dahlan Iskan mengunjungi Dusen Tanjung Ular Mentok Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. Kunjungan ini untuk meninjau pembangunan pabrik tanah jarang (rare earth) yang dikembangkan PT Timah Tbk.
Dahlan bercerita, selama ini limbah pengolahan timah di Bangka hanya dibuang begitu saja. Padahal limbah ini dapat diolah menjadi logam tanah jarang (rare earth). Bahkan, logam ini lebih mahal dari emas.
"Kemarin kan ke PT Timah. Karena waktu awal jadi Menteri itu kita putuskan, kita harus membangun pabrik trait out. Itu timah itu kan di smelter kan, kemudian itu isinya tidak hanya timah ternyata. Isinya ada istilahnya disebut rare earth (tanah jarang). Itu menjualnya itu bukan kg atau ton, menjualnya itu gram. Jadi itu lebih mahal dari emas," ujarnya di Jakarta, Sabtu (19/10).
Menurut Dahlan, logam ini hanya dimiliki Indonesia dan Tiongkok bahkan terbesar di Asia Tenggara. "Ini yang pertama kali bahkan di Asia Tenggara, rare earth di dunia yang punya itu Tiongkok," jelas dia.
Nantinya Dahlan menginginkan logam tanah jarang yang selama ini dibuang sebagai limbah timah, ditampung dan diolah. "Kalau selama ini buangannya itu ditampung, sekarang itu kita olah menjadi produk rail out. Kemarin di Bangka nanti April sudah jadi. Mereka bilang januari, tapi saya tidak percaya. Selambat-lambatnya April," ungkapnya.
"Sehingga nanti April Indonesia sudah bisa memproduksi rail out. Ini sangat bersejarah untuk Indonesia. Rare earth jangn bicara ton karena gram-graman," tutup dia.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ESDM mencatat, total cadangan timah dunia sebanyak 4,74 juta ton logam pada 2019 lalu.
Baca SelengkapnyaPabrik ini mampu memproduksi sekitar 75 ribu ton bahan peledak setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cadangan emas di tempat ini diperkirakan sebesar 38 ton.
Baca SelengkapnyaMetso juga telah mendapatkan pesanan ulang untuk teknologi filtrasi tailing yang berkelanjutan pada proyek tambang nikel laterit baru Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Baca SelengkapnyaEmas ini ditemukan di bawah bak mandi yang sedang dibongkar.
Baca SelengkapnyaGanjar menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan
Baca SelengkapnyaSelain itu, industri pertambangan juga diwajibkan untuk membangun smelter di lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca Selengkapnya