Subsidi BBM hambat Indonesia kalahkan ekonomi Inggris dan Jerman
Merdeka.com - Lembaga Studi McKinsey berkukuh prediksi yang menyebutkan Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia pada 2030, tidak akan terlalu meleset. Ekonomi Indonesia disebut-sebut bakal mengalahkan Inggris dan Jerman 17 tahun mendatang. Lembaga ini sekaligus percaya Indonesia akan sangat diuntungkan dengan tingginya tingkat urbanisasi, sehingga 70 juta penduduk tinggal di perkotaan selain Jabodetabek.
Pertumbuhan ekonomi akan terjadi lebih banyak di luar Jawa dalam kurun waktu satu dekade mendatang. Itu sebabnya alokasi infrastruktur harus diperbesar oleh pemerintah.
"Pada 2030, kita bisa saja keliru, Indonesia mungkin tidak menjadi kekuatan ekonomi dunia nomor tujuh, tapi bisa 11, 12, tapi yang jelas kita sekarang urutan 16 dunia dan tahun lalu ekonomi kita sudah menembus USD 1 triliun," kata Presiden Direktur McKinsey Indonesia Arief Budiman di Hotel Interkontinental, Selasa (19/3).
Hanya saja, ada beberapa faktor yang dapat membuat analisis itu meleset. Salah satunya subsidi bahan bakar yang terlalu besar. Arief menyatakan, daya tahan sektor energi cenderung rapuh.
Dari perkiraan lembaga ini, bila setiap tahun saja perekonomian Indonesia tumbuh 5 persen, maka 17 tahun lagi konsumsi energi yang harus ditanggung pemerintah sangat besar.
"Persoalan daya tahan energi merupakan hambatan utama Indonesia, karena untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan ekonomi 5 persen per tahun, kita harus mengonsumsi energi tiga kali lipat dari saat ini," katanya.
Dia menambahkan, persoalan energi ini akan mempersempit ruang fiskal di masa mendatang, khususnya bila pemerintah masih berkeras menyubsidi bahan bakar. Subsidi tahun ini saja sudah menyerap USD 20 miliar dan kemungkinan bisa terus bertambah, sejalan dengan analisis pelbagai lembaga keuangan.
"World Bank saja sudah mulai mengibarkan bendera kuning soal subsidi BBM, hal ini adalah isu yang harus kita atasi," ungkap Arief.
Tersanderanya pemerintah karena harus mempertahankan subsidi akhirnya berimbas pada kurangnya belanja negara untuk pembangunan infrastruktur. Terbukti, menurut studi McKinsey kesenjangan kesejahteraan terjadi antara daerah Jawa dengan Luar Jawa.
Arief mencontohkan perbandingan tingkat harapan hidup antara penduduk Jawa dengan NTT lantaran kesenjangan fasilitas publik. "Di NTT, tingkat harapan hidupnya 14 tahun lebih pendek dari mereka yang hidup di Jawa," cetusnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cak Imin meluruskan janji akan menggratiskan bahan bakar minyak (BBM).
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran menilai penyesuaian subsidi energi bisa menjadi alternatif sebagai sumber pendanaan makan siang gratis.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ini tanggapan Menteri Trenggono soal penghapusan BBM subsidi untuk nelayan.
Baca SelengkapnyaSerangan balasan Iran ke Israel memicu kenaikan harga minyak dunia dan berakibat subsidi BBM bengkak.
Baca SelengkapnyaPermasalahan lainnya, petani di Indonesia masih sulit untuk memperoleh fasilitas kredit oleh lembaga perbankan.
Baca SelengkapnyaPemerintah berencana menambah anggaran subsidi BBM pasca konflik Iran dan Israel membuat harga minyak dunia naik.
Baca SelengkapnyaPemerintah akui memiliki hubungan baik dengan Iran tapi tak pernah impor BBM dari negara Timur Tengah tersebut.
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca Selengkapnya