Solar mahal, nelayan bisa berlayar pakai elpiji 3 kg
Merdeka.com - Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia terus meningkat setiap waktu. Padahal jumlah sumber daya alam tersebut terus menipis di permukaan bumi dan masuk kategori energi tak terbarukan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengaku tidak menutup mata terhadap fakta tersebut. Beberapa cara ditempuh untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap BBM yaitu dengan konversi BBM ke Bahan Bakar Gas (BBG).
Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan pihaknya terus melakukan kegiatan konversi BBM ke BBG. Dia juga mengatakan penggunaan gas jauh lebih hemat dibandingkan menggunakan BBM. Salah satu hasilnya, beberapa kelompok nelayan bisa mencari nafkah hanya menggunakan elpiji tabung 3 kilogram.
"Saya punya tim untuk itu. Tim khusus ini sampai ke nelayan dengan memberikan converter kit. Mereka bisa berlayar pakai elpiji 3 Kg yang hanya sekitar Rp 20.000 dan jauh lebih hemat dari BBM," ujar Susilo di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (24/6).
Susilo sangat bersemangat untuk melakukan konversi BBM ke BBG, dan dia mengaku telah mempunyai road map mempercepat peralihan ke gas. Dalam pelaksanaan program konversi ini, Kementerian ESDM juga membuka kesempatan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk terlibat dalam pelaksanaan program tersebut.
Susilo mengatakan sangat membutuhkan peran pihak lain dalam melaksanakan program konversi BBM ke BBG. Pasalnya hal ini akan mendorong percepatan pelaksanaan program yang bertujuan menekan konsumsi minyak. "Peran UKM sangat terbuka lebar," katanya.
UKM bisa berperan dalam memberi pinjaman dana untuk investasi dalam pengadaan alat konversi BBM ke BBM (converter kit). Selain itu UKM juga bisa memberikan bimbingan pengoperasian alat itu dan membuka pelayanan perawatan converter kit.
Selain itu, UKM juga bisa berperan dalam pengadaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Pasalnya saat ini dalam pengembangan konversi BBM ke BBG masih terdapat kendala salah satunya pengandaan SPBG dalam pengadaan SPBG biasanya terkendala masalah lahan yang mahal.
"Bagi SPBU yang punya tanah agak luas, itu bisa dipasang modul SPBG. Karena harga tanah kan mahal," kata Susilo.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Program Makan Siang Gratis Dikabarkan Bakal Pangkas Subsidi Energi, Ternyata Subsidi BBM Pernah Ditentang BJ Habibie
TKN Prabowo-Gibran menilai penyesuaian subsidi energi bisa menjadi alternatif sebagai sumber pendanaan makan siang gratis.
Baca SelengkapnyaFOTO: Penampakan SPBU Terapung Pertamina di Perairan Jakarta yang Kembali Sediakan BBM Subsidi untuk Kapal-Kapal Nelayan
Pengelolaan SPBU apung kembali menyediakan BBM bersubsidi jenis solar untuk para nelayan di perairan Jakarta.
Baca SelengkapnyaFOTO: Temui Nelayan di Brebes, Ganjar Serap Keluhan Terkait Kepastian Harga Solar
Menurut Ganjar, keluhan dari para nelayan harus segera direspons pemerintah agar nelayan bisa sejahtera.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kalurahan Pleret Bangun Kios Baru Manfaatkan Program Desa Brilian, Begini Dampaknya Bagi Pelaku UMKM
Mereka memanfaatkan bangunan senilai Rp500 juta hasil Program Desa Brilian. Namun mereka dikenakan tarif sewa lebih mahal untuk bisa berjualan di sana.
Baca SelengkapnyaPLTU Ini Ganti Bahan Bakar Batu Bara dengan Sampah dan Limbah Uang Kertas, Emisi CO2 Langsung Turun 555.000 Ton
Masyarakat bisa berperan dalam menyediakan bahan baku biomassa, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan.
Baca SelengkapnyaSolar Tumpah di Tikungan Pengkol Semarang Picu Kecelakaan, 2 Pemotor Tewas
Dua pengendara sepeda motor tewas setelah terjatuh akibat BBM solar yang tumpah di Jalan Mr Wuryanto atau tikungan Pengkol, Gunungpati, Semarang, Kamis (29/2).
Baca SelengkapnyaKejar Bauran EBT, PLTU di Jawa Tengah Campur Bahan Bakar Batu Bara dengan Biomassa
PLTU Adipala terus berinovasi menjadi PLTU, yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakarnya.
Baca SelengkapnyaLewat Program Ini, Sampah Botol Plastik Bisa Ditukar Voucher BBM
Memproduksi plastik pada saat ini berarti membakar energi fosil dan mengeluarkan Karbon Dioksida (CO2).
Baca SelengkapnyaESDM: Transisi Energi Penting untuk Tingkatkan Daya Saing Produk Indonesia di Mata Dunia
Program transisi energi juga sejalan dan mendukung program pemerintah yang lain
Baca Selengkapnya