Selain suku bunga The Fed, ini penyebab nilai tukar Rupiah melemah
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) bergerak melemah di perdagangan hari ini, Rabu (25/5). Bahkan, Rupiah sempat melewati level Rp 13.700 per USD.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan hal ini masih dikarenakan adanya isu kenaikan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada pertengahan 2016 nanti. Putusan The Fed ini berdampak pada stabilitas keuangan dunia karena banyak negara yang kemudian meresponnya.
"Tetapi yang juga baru ikuti adalah berita baik dari United Kingdom (UK) yang kelihatannya cenderung untuk tetap di Uni Eropa makin tinggi dan menimbulkan kepastian dan lagi-lagi masyarakat bereaksi. Jadi hal-hal seperti itu banyak terpengaruh," kata Agus di Kantornya, Jakarta, Rabu (25/5).
Selain kedua hal tersebut, keputusan pemerintah Iran untuk tidak membekukan produksi dan menggenjot ekspor minyak juga menjadi penyebab lemahnya nilai tukar Rupiah. Sebab, seluruh produksi di Tanah Air masih bergantung pada harga minyak.
Bukan hanya itu, lanjut Agus, pada kuartal II tercatat masih banyak perusahaan yang memerlukan valuta asing untuk untuk melakukan pembayaran dividen ke luar negeri ataupun kewajiban lain. "Jadi secara umum itu adalah bersifat sementara dan BI akan terus ada di pasar untuk terus menjaga," imbuhnya.
Seperti diketahui, berdasarkan data Bloomberg, Rupiah dibuka di Rp 13.618 per USD atau menguat dibanding penutupan kemarin di Rp 13.638 per USD. Namun demikian, Rupiah langsung bergerak melemah ke Rp 13.703 per USD pukul 08.30 WIB. Rupiah kemudian kembali menguat dan saat ini berada di Rp 13.645 per USD.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaNaik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ekonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaUtang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp6.231 Triliun, Digunakan untuk Apa Saja?
Utang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya