Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Saham pertambangan & industri eksportir layak diperhitungkan saat Rupiah melemah

Saham pertambangan & industri eksportir layak diperhitungkan saat Rupiah melemah Peluncuran IDX30. ©2012 Merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam kurun waktu dua bulan terakhir bergerak melemah seiring penguatan Dolar Amerika Serikat terhadap beberapa mata uang dunia lainnya. IHSG di awal bulan Mei sempat menyentuh level 5.700 hingga kembali menguat ke batas psikologis di 6.000. Namun penguatan itu diprediksi masih rentan koreksi.

Penguatan mata uang Paman Sam itu juga memukul Rupiah. Nilai tukar Rupiah bahkan sempat tembus Rp 14.200 per USD.

Associate Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI), Lanjar Nafi Taulat menilai, IHSG cenderung anjlok merespons pelemahan yang dialami mata uang Rupiah terhadap USD.

"Pelemahan Rupiah berdampak negatif pada pergerakan harga saham di mana investor asing cenderung melakukan aksi jual pada aset berisiko di Indonesia, seperti saham. Karena adanya depresiasi Rupiah yang membuat nilai aset mereka menurun jika di konversikan kembali ke USD," ucap Lanjar di Jakarta.

Tak hanya itu, meski porsi asing di bursa saham tidak menjadi mayoritas, namun karena menjadi trigger, pemicu, maka aspek psikologis investor lokal pun ikut terbawa pola tindakan investor asing. "Investor asing masih menjadi triger para investor dalam negeri di Indonesia," kata Lanjar.

Oleh karena itu, meski pasar volatile, investor disarankan agar tetap rasional. Kata Lanjar, investor harus cermat dalam mengambil keputusan jangka pendek. Menghindari saham-saham sektor konsumer yang related terhadap impor dan sektor perbankan. "Saat volatile perhatikan saham-saham sektor industri ekspor dan Pertambangan," ucapnya.

Dia menyarankan, sambil perhatikan saham-saham prospektif dan sektor yang bagus di saat terjadi pelemahan Rupiah, dan penurunan IHSG, investor harus bersiap dalam posisi beli manakala bursa rebound. "Posisi beli, lebih tepat disaat IHSG mulai kembali rebound. Jika beli disaat turun sama saja kita menangkap pisau jatuh," tegas Lanjar.

Lanjar menyarankan, dalam jangka pendek, para investor bisa perhatikan saham-saham perbankan dan konsumer karena disaat Rupiah terdepresiasi seperti sekarang ini, investor akan cenderung menunggu kebijakan-kebijakan Bank Indonesia guna meredam pelemahan Rupiah.

"Sementara dalam jangka panjang bisa perhatikan saham-saham pertambangan dan industri eksportir karena nilai Rupiah yang tertekan akan lebih menguntungkan eksportir dan naiknya harga tambang membuat nilai kontrak mereka meningkat jangka panjang," jelas Lancar.

Melihat gejolak geopolitik yang memanas pada perdagangan AS dan China, pertemuan AS dan Korut serta konflik timur tengah, Lanjar memprediksi, investor cenderung beralih pada aset safe heaven dan mengurangi aset berisiko. Selain itu, tren prekonomian AS yang kian membaik dan tren inflasi yang membuat prospek suku bunga di AS lebih cepat membuat investor terus menambah porsi investasi mereka kembali ke AS dan mulai mengurangi porsi investasi pada negara-negara berkembang yang cenderung lebih berisiko.

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Investasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024

Investasi Mulai Mengalir ke Indonesia, Investor Pantau Hal Ini Usai Pemilu 2024

Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.

Baca Selengkapnya
Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara

Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara

Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel

Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.

Baca Selengkapnya
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi

Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi

Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.

Baca Selengkapnya
Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun

Keuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun

Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Baca Selengkapnya
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya

Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.

Baca Selengkapnya
Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak

Jalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak

Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran

Ternyata Ini yang Buat Harga Beras Mahal dan Langka di Pasaran

Kenaikan harga beras sekarang telah memecahkan rekor tertinggi di era pemerintahan Jokowi.

Baca Selengkapnya