RUPSLB belum kuorum, nasib utang BUMI terancam
Merdeka.com - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tidak kunjung mencapai kuorum. Padahal, pertemuan ini menentukan rencana anak usaha Bakrie and Brothers tersebut buat kembali melepas saham (rights issue) ke publik.
Agenda itu digelar selepas RUPS tahunan di lokasi yang sama sejak pukul 15.00 WIB. Untuk RUPS tahunan, agendanya laporan keuangan 2013 serta penyusunan manajemen perseroan. Sampai sekarang RUPSLB tidak kunjung dimulai.
Salah satu panitia RUPSLB menyebut peserta yang datang pada RUPS tahunan cuma 55 persen. "Sekarang masih dihitung lagi, apakah bisa lanjut atau tidak," ujarnya di sela-sela RUPS di Gran Melia, Senin (30/6).
Ditemui terpisah, petugas biro administrasi efek dari PT Ficomindo Buana Registar yang menjaga pintu masuk ruang pertemuan mengakui RUPSLB tak bisa dipenuhi hanya dengan 55 persen kehadiran pemegang saham.
Rights issue artinya mengubah anggaran dasar perseroan, sehingga sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan, butuh 75 persen kehadiran pemegang saham buat mencapai kuorum. "Kita sedang tunggu arahan dari emiten dan notaris apakah bisa dilanjut atau bagaimana," ungkapnya.
Saham BUMI sempat melonjak hampir 15 persen akhir pekan lalu, menjadi Rp 172 per lembar, ketika rencana pelepasan saham diumumkan ke publik. Perseroan dalam keterbukaan informasi mengklaim dapat meraup Rp 8 triliun dana segar bila sukses menggelar rights issue September 2014.
Rencananya, saham yang dilepas mencapai 32,2 miliar lembar, atau setara 55,7 persen saham yang ada sekarang. Dari total dana yang didapat, USD 600 juta sudah dipastikan untuk melunasi utang. Terutama kepada China Investment Corporation (CIC) sebesar USD 150 juta, disusul USD 150 juta kepada Castleford Investment Holdings Ltd.
Pemegang saham BUMI khawatir anak usaha Bakrie ini gagal mengelola utang-utangnya. Rights issue itu jalan keluar terakhir, karena opsi private placement tahun lalu gagal.
Salah satu peserta RUPS tahunan tak mau disebut namanya menceritakan situasi yang tegang dalam rapat. "Ada bapak mengamuk dan bilang perusahaan yang bagus tidak akan menyalahkan buruknya kinerja semata karena harga batu bara anjlok," ungkapnya.
BUMI adalah perusahaan tambang di jaringan konglomerat Aburizal Bakrie yang tak kunjung sehat selepas harga batu bara di pasar internasional anjlok pada 2012. Tahun lalu, perseroan menanggung kerugian bersih USD 660,1 juta.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salurkan Pembiayaan Rp5,8 Trliun, WOM Finance Raup Untung Rp236 Miliar Sepanjang 2023
Penyaluran pembiayaan juga mengalami kenaikan sebesar 27,75 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaRUPS BNI Rombak Besar-Besaran Direksi dan Komisaris, Ini Daftar Lengkapnya
Pada RUPS tahunan menyepakati perombakan susunan direksi dan komisaris BNI.
Baca SelengkapnyaTambah Anggaran Bansos Pupuk, Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Blokir Uang Belanja K/L hingga Rp50 Triliun
Penambahan anggaran ini diperlukan seiring meningkatnya jumlah petani calon penerima pupuk subsidi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
RUPST Bank Bengkulu Angkat Beni Harjono Jadi Dirut, Bank BJB: Kinerja Positif Harus Terus Ditingkatkan
Bank BJB kini menjadi salah satu pemegang saham pengendali Bank Bengkulu, setelah penyetoran modal sebesar Rp250 miliar untuk proses KUB.
Baca SelengkapnyaPemilu 2024 Habiskan Anggaran Rp23,1 Triliun
Sebanyak Rp21,2 triliun telah digelontorkan untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu).
Baca SelengkapnyaPemerintah Prediksi Perputaran Uang Saat Musim Libur Lebaran Tembus Rp276 Triliun
Pemerintah memperkirakan perputaran uang selama musim lebaran tahun ini bisa mencapai Rp276 triliun.
Baca SelengkapnyaBUMN Raup Pendapatan Rp292 Triliun Sepanjang 2023
Kinerja positif BUMN akan berpengaruh pada setoran dividen ke kas negara.
Baca SelengkapnyaIbu Jubaedah Mekaarkan Senyum Di Desa Miskin
Ibu Jubaedah bercerita bahan dasar yang digunakan kerupuk ini adalah kencur.
Baca SelengkapnyaPemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca Selengkapnya