Rupiah melemah karena pasar menunggu harga BBM naik
Merdeka.com - Bank Indonesia membaca ada sentimen investor di pasar valuta asing yang resah menunggu kepastian perihal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Ekspektasi itu turut melemahkan Rupiah pada perdagangan akhir Agustus sampai awal September 2014.
Dalam catatan bank sentral, selama sebulan terakhir Rupiah melemah 0,24 persen ke level Rp 11.710 per Dolar Amerika. Depresiasi Point to Point sebesar 1,03 persen. Disebutkan dalam risalah rapat Dewan Gubernur BI, bahwa ada faktor eksternal maupun domestik yang menyebabkan pelemahan tersebut.
Kepala Departemen Komunikasi BI Tirta Segara tidak merinci mana faktor yang menyumbang pelemahan terbesar. Tapi ditegaskan bahwa kepastian BBM naik akan menggerakkan pasar.
"Investor masih menunggu rencana kebijakan ke depan, terutama terkait subsidi energi," ujarnya dalam jumpa pers di Kantor BI, Jakarta, Kamis (11/9).
Sedangkan untuk faktor eksternal, ada pengaruh perkembangan geopolitik Rusia-Ukraina yang masih mengkhawatirkan investor global. Demikian pula kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan, sehingga modal dari negara berkembang kabur.
"Pelemahan dipengaruhi sentimen normalisasi kebijakan the Fed yang bisa lebih cepat," kata Tirta.
BI meramalkan naiknya suku bunga The Fed akan terjadi secara gradual. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Solikin menjelaskan, berkaca pada kebiasaan The Fed sebelumnya, kenaikan suku bunga di AS jarang agresif. Biasanya setahun bunga acuan di Negeri Paman Sam dinaikkan 137,5 basis poin.
"Jadi biasanya di AS itu rapat dewan gubernurnya itu kan setahun 8 kali, jadi naik bertahap 25 (basis poin), 25, 25 bisa spt itu, bisa juga enggak naik, tapi dari pengalaman seperti itu," kata Solikin.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Naik Lagi, Utang Luar Negeri Indonesia Kini Tembus Rp6.231 Triliun
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaKabar Gembira, Harga BBM Tak Bakal Naik Hingga Juni Meski Konflik Israel Vs Iran Memanas
Pemerintah terus memonitor perkembangan konflik Iran-Israel dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan skenario kebijakan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Presiden Jokowi Tegaskan Pemerintah Tak akan Naikkan Harga BBM
Jokowi meny ampaikan usai menggelar rapat internal di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Baca SelengkapnyaGubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaRupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaPelemahan Nilai Tukar Rupiah Lebih Baik Dibandingkan Ringgit Malayia dan Won Korsel
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaEkonomi Global Masih Belum Stabil, Diprediksi Cuma Tumbuh 3,0 Persen
Dua faktor ini menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi global terganggu, bahkan lebih rendah dari proyeksi tahun lalu.
Baca Selengkapnya