Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Respons Pinjaman Online soal Prediksi Bank Indonesia Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan

Respons Pinjaman Online soal Prediksi Bank Indonesia Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan ilustrasi fintech. ©2018 thenextweb.com

Merdeka.com - Bank Indonesia diprediksi akan melakukan penyesuaian terhadap tingkat suku bunga di dalam negeri. Ini menyusul kondisi ketidakpastian ekonomi global dan sejumlah negara yang telah lebih dulu menyesuaikan suku bunga acuan.

Pengusaha pinjaman online atau fintech (financial technology) tak ingin buru-buru merespon prediksi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Namun, kelompok pengusaha mengaku telah bersiap untuk menghadapi tantangan tersebut.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintek Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Sunu Widyatmoko menyebut kenaikan suku bunga akan berdampak langsung. Namun, dia mengaku tak mau terburu-buru mengambil sikap.

"Memang ini menjadi concern kita, kalau interest-nya naik akan menghantam sektor riil, pertumbuhan pinjaman juga tidak akan bisa setinggi sebelumnya, jadi itu akan selalu memberik efek kalau ada kenaikan suku bunga,” terang dia dalam konferensi pers, Jumat (22/7).

Kendati ada ancaman tersebut, dia mengatakan tak mau pesimis terlalu awal. Di sisi lain keadaan tersebut juga bisa datang pada waktu yang tidak ditentukan.

Hal ini mengacu pada kondisi ekonomi global yang bisa saja tiba-tiba berdampak pada ekonomi dalam negeri.

"Ini bisa datang cepat atau lambat, bisa berdampak, tapi kita gak perlu khawatir dulu, itu pasti akan ada efek dalam sektor riil, tapi tentu ada upaya untuk bisa absorb itu," ujarnya.

Untuk diketahui, sejumlah bank sentral negara di dunia telah melakukan penyesuaian terharap suku bunga acuannya. Hal ini menjadi alarm bagi Bank Indonesia untuk bersiap menaikkan suku bunga acuannya meski perlu menimbang barbagai faktor lainnya.

BI Masih Tahan Suku Bunga

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo membeberkan alasan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Salah satunya karena pertimbangan inflasi Indeks Harga konsumen (IHK) dan inflasi inti.

"Bank Indonesia membuat keputusan suku bunga BI rate didasarkan kepada assesment dan proyeksi inflasi ke depan khususnya inflasi inti dan implikasinya pertimbangannya juga pada pertumbuhan ekonomi. Inilah yang kemudian kita sering pertimbangan-pertimbangan antara stabilitas dan growth kurva pilih, itu yang kami lakukan," kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dengan Cakupan Triwulanan, Kamis (21/7).

Dalam konteks ini, Perry menegaskan bahwa bank sentral harus membedakan inflasi IHK dengan inflasi inti. Bulan lalu inflasi IHK di kisaran 4,35 persen tapi inflasi inti sebesar 2,63 persen. Inflasi inti adalah inflasi yang mencerminkan antara keseimbangan permintaan dan penawaran di dalam ekonomi nasional.

"Inflasi inti 2,63 persen menunjukkan meskipun permintaan di dalam negeri itu meningkat tapi masih terpenuhi dengan kapasitas produksi nasional. Di sinilah kenapa tekanan-tekanan inflasi dari fundamental yang tercerminkan pada inflasi inti masih terkelola," jelasnya.

Inflasi

Sementara, inflasi IHK yang 4,35 persen terutama diakibatkan oleh kenaikan harga pangan volatile food sebagai dampak dari harga komoditas pangan Global yang tinggi dan gangguan mata rantai pasokan. 

"Pada bulan lalu inflasi volatile food mencapai lebih dari 10 persen, Administered Price tentu saja tergantung dari kebijakan fiskal dalam hal ini Harga energi, listrik, gas yang disubsidi tidak naik.Tetapi ada kenaikan harga-harga energi yang non subsidi pertamax maupun yang lain-lain," ungkapnya. 

Sumber kenaikan inflasi dari IHK, terutama dari inflasi harga pangan karena dampak global dan juga kenaikan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah. 

Hal itu juga yang mewarnai perkiraan perkiraan inflasi Indonesia ke depan. Menurutnya, tekanan-tekanan inflasi ke depan tentu saja lebih bersumber dari inflasi sisi penawaran yaitu, dari sisi harga pangan dan harga energi yang tidak disubsidi. 

"Dengan perkembangan perkembangan harga komoditas dunia yang terus nai, disinilah kami perkirakan inflasi akhir tahun ini bisa lebih tinggi dari 4,2 persen (bahkan) bisa mencapai 4,5 -4,6 persen. Itu inflasi ihk sekali lagi karena kenaikan harga pangan dan harga energi yang tidak disubsidi oleh pemerintah," jelas Perry. 

Sedangkan, perkiraan untuk inflasi inti masih dapat terjaga di dalam batas sasaran 2 – 4 persen, dalam arti belum melebihi 4 persen. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi terus membaik ditopang oleh kinerja ekspor, konsumsi dalam negeri dan dari investasi. 

"Namun demikian, kinerja ekspor akan dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global karena permintaan Global yang tentu saja akan terpengaruh dengan perlambatan ekonomi global, dan itu juga mempengaruhi kinerja ekspor secara riil ke depan dalam mendukung pertumbuhanekonomi," pungkasnya.

 

Reporter: Arief Rahman Hakim

Sumber: Liputan6.com

(mdk/idr)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024

Mengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024

Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Baca Selengkapnya
72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

72 Persen Penggunaan Pinjaman Online Dimanfaatkan untuk Peningkatan Kualitas Hidup

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.

Baca Selengkapnya
Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya

Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen

kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya
Suku Bunga Acuan The Fed Diprediksi Tak Jadi Turun Karena Ini

Suku Bunga Acuan The Fed Diprediksi Tak Jadi Turun Karena Ini

The Fed diperkirakan tak akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat yang menjadi harapan banyak pihak.

Baca Selengkapnya
Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga

Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga

Penyaluran Kredit untuk Mobil Listrik Masih Rendah, Terkendala Tingginya Suku Bunga

Baca Selengkapnya
Tak Dapat Uang Baru dan Masyarakat Setrika Uang Lama, Bank Indonesia Beri Respons Begini

Tak Dapat Uang Baru dan Masyarakat Setrika Uang Lama, Bank Indonesia Beri Respons Begini

Mencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.

Baca Selengkapnya
Transaksi Digital Banking Meningkat Tajam, Kartu Kredit Justru Menurun

Transaksi Digital Banking Meningkat Tajam, Kartu Kredit Justru Menurun

Nilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.

Baca Selengkapnya
Langgar Aturan, Pinjol Investree Dapat Sanksi dari OJK

Langgar Aturan, Pinjol Investree Dapat Sanksi dari OJK

Platform pinjaman online (pinjol) tersebut telah memiliki rasio tingkat wanprestasi di atas 90 hari (TWP90) mencapai 12,58 persen

Baca Selengkapnya