Renegosiasi Freeport rampung, BI yakin ekspor mineral USD 5 M
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekspor mineral pada Semester II-2014 akan menyumbang USD 3 miliar, sehingga defisit neraca transaksi berjalan pada tahun ini bisa berada di bawah 3 persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini kinerja transaksi berjalan akan lebih baik tahun ini. "Karena pemerintah berhasil menyelesaikan sejumlah renegosiasi kontrak karya, termasuk dengan Freeport. Paling tidak ini akan menambah ekspor USD 2-3 miliar," ujarnya di Jakarta, kemarin Selasa (12/8).
Menurut dia, potensi kontribusi ekspor mineral terhadap neraca perdagangan pada semester II tahun ini bisa mencapai USD 5 miliar. "Tetapi, kalau bisa (menyumbang) USD 2-3 miliar saja, itu sudah akan banyak membantu neraca transaksi berjalan," jelas dia.
Untuk menyehatkan transaksi berjalan, Indonesia juga dituntut memperbaiki fundamental ekonomi nasional. Ini tidak terlepas dari upaya menyikapi normalisasi kebijakan Federal Reserve AS.
"Fed funds rate yang sekarang 0-0,25 persen, di akhir 2015 bisa mencapai 1-1,25 persen," ungkapnya.
Menurut Agus, jika The Fed menaikkan tingkat suku bunga, maka kondisi tersebut akan berdampak buruk terhadap perekonomian negara berkembang yang memiliki fundamental buruk, seperti defisit transaksi berjalan dan inflasi yang tinggi.
"Kalau kita tidak siap, bisa kena dampaknya," tutup dia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaIndonesia mendominasi saham Freeport, pekerja lokal terus bertambah.
Baca SelengkapnyaErick mengatakan, jika Freeport ingin mengembangkan potensi, maka perusahaan mesti melakukam investasi mulai dari sekarang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Karena kondisi pandemi Covid-19 pembangunan smelter Freeport sempat terganggu.
Baca SelengkapnyaUntuk mencapai Indonesia emas tahun 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaDia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca Selengkapnya