Merdeka.com - Pemerintah mendatang diminta untuk menjalankan tabungan perumahan rakyat (Tapera). Program tersebut dinilai bisa membantu pemenuhan kebutuhan rumah untuk masyarakat menengah ke bawah.

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Eddy Hussy mengatakan, saat ini pengembang dan pemerintah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan rumah yang mencapai 800 ribu unit per tahun. Salah satu kendalanya adalah masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya untuk kebutuhan selain perumahan, semisal, pendidikan dan asuransi.

"Masalah tentu terutama di pembiayaan. REI berharap pemerintah membuka lagi Tapera. Salah satu alternatif pembiayaan sangat membantu," ucap Eddy saat ditemui di peluncuran BTN Housing Finance Center, Jakarta, Kamis (16/10).

Dengan adanya tabungan, menurut Eddy, penyediaan rumah bisa dilakukan secara gotong-royong. Dimana, tabungan seseorang yang sudah memiliki rumah bisa dipakai untuk membiayai pengadaan hunian untuk orang lain yang belum memiliki tempat tinggal pribadi.

"Dengan begini kebutuhan rumah bisa dipenuhi oleh masyarakat bisa punya rumah."

Di luar itu, Eddy meminta perbankan berani menyalurkan kredit rumah dengan bunga rendah dan masa jatuh tempo panjang. Dengan cara begini, dia yakin masyarakat semakin mampu memiliki rumah.

"BTN saja sekarang sudah ada 25-30 tahun tergantung umur bersangkutan. Jadi, kalian bisa memiliki rumah," tegasnya.

Dalam pengadaan rumah murah, Eddy meminta pemerintah untuk memudahkan perizinan dan tidak menyamakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan rumah mewah.

"Pelayanan sertifikat rumah murah atau rumah rakyat jika perlu proses dipercepat masukkan dalam program nasional membebaskan baya sertifikasi," katanya.

Selain itu, pengembang juga membutuhkan dukungan pemerintah terkait percepatan infrastruktur perhubungan.

"Kalau transportasi lancar kita bisa kembangkan lebih banyak di tempat lain untuk rumah, jadi harganya murah."