Merdeka.com - Real Estate Indonesia (REI) menargetkan pembangunan 6.000 unit rumah di Solo Raya, khususnya Wonogiri, Klaten dan Boyolali. Ribuan rumah yang akan dibangun tahun ini, 30 persen untuk komersial dan 70 rumah subsidi.

"Tahun lalu realisasinya sekitar tiga ribu unit. Karena kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) habis," ujar Ketua REI Solo Anthony Abadi Hendro Prasetyo, Selasa (7/1).

Selain ketiga kabupaten tersebut, Karanganyar dan Sragen masih memungkinkan untuk memaksimalkan pembangunan. Asalkan FLPP tahun ini dibuka. Menurutnya, ada kesenjangan ekonomi antara pusat dengan daerah. Imbasnya, memperlambat laju proses pembangunan perumahan di daerah.

Dia menilai perlunya peran serta pemerintah pusat. Ia mengaku tidak bisa berbuat banyak terkait kebijakan. Pihaknya hanya bisa sebatas mengusulkan.

"Di beberapa daerah itu memang masih menerapkan peraturan lama. Contohnya, pemberlakuan izin pengeringan. Padahal, izin tersebut sudah tidak diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Peraturan Daerah," katanya lagi.

Menurut dia, salam PP tersebut sudah dijelaskan semua, namun di beberapa daerah sosialisasinya belum baik. Untuk itu ia mengimbau pemerintah turut berperan serta dalam proses pembangunan rumah. Sehingga tidak ada lagi pihak yang mempersulit perizinan. Ia juga mengingatkan kepada para pengembang wajib waspada.

"Kalau developer tidak waspada, bank pelaksana KPR akan semakin sulit. Untuk itu harus punya fix market," tutupnya.