Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Rapor merah tim ekonomi Jokowi, tak lebih baik dari SBY

Rapor merah tim ekonomi Jokowi, tak lebih baik dari SBY Jokowi rapat ekonomi. ©AFP PHOTO/Bay ISMOYO

Merdeka.com - Sudah lebih dari enam bulan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjalankan roda pemerintahan. Waktu yang dirasa cukup untuk mengevaluasi kinerja anak buahnya, jajaran para menteri di kabinet kerja.

Kegaduhan mewarnai jalannya pemerintahan Jokowi-JK selama satu semeter. Mulai dari persoalan politik hingga ekonomi. Tim ekonomi Jokowi-JK menyita perhatian karena dinilai tak mampu membawa angin perubahan. Sebaliknya, kondisi ekonomi nasional terus terpuruk, pertumbuhan ekonomi konsisten melambat, Rupiah tak berdaya terhadap dolar AS, dan kebijakan-kebijakan lain yang dipandang tak sejalan dengan misi Nawa Cita Jokowi-JK.

Belum lagi persoalan internal pemerintahan. "Lebih banyak persoalan di kementerian," ujar Sekretaris Jenderal Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yenny Sucipto kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (12/5).

Secara tegas dia melihat belum ada tanda-tanda perbaikan yang dilakukan pemerintahan yang baru seumur jagung ini. Dia lantas membandingkan dengan kinerja pemerintahan sebelumnya di bawah komando Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"SBY mencoba balance antara pertumbuhan di sektoral. Bagaimana mencoba membentengi korporasi dengan sektor masyarakat. Jokowi lebih banyak aksi ke korporasi," jelas dia.

Buruknya kondisi ekonomi yang akhirnya berimbas ke penilaian kinerja tim ekonomi kabinet kerja juga dilontarkan Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati. Dia menyebut kondisi ekonomi Indonesia berada dalam lampu kuning.

"Sayangnya dari beberapa capaian ekonomi selama ini menunjukkan perkembangan yang justru memburuk, bahkan semakin kontradiktif dari visi Nawacita yang diusung pemerintahan Jokowi - JK," ucap Enny dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (9/5).

Pertumbuhan sektor ekonomi di Indonesia masih sangat timpang. Saat ini yang terus tumbuh justru sektor jasa yang sangat minim penyerapan tenaga kerja. Misalnya, jasa informasi dan komunikasi yang tumbuh 10,53 persen, jasa lainnya 8 persen dan jasa keuangan dan asuransi 7,57 persen.

Hujan kritik terus mengarah pada kinerja para menteri Jokowi-JK. Sejumlah pihak membeberkan rapor merah kinerja tim ekonomi Jokowi. Merdeka.com mencatatnya. Berikut paparannya.

Tidak ada greget

Sekjen Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yenny Sucipto melihat, pemerintahan Jokowi-JK belum mampu menjawab persoalan negeri baik dari sisi ekonomi maupun politik.

"Memang ada perbedaan pemerintah SBY ke Jokowi. Kalau pemerintah Jokowi lebih banyak terfokus teknis di tubuh kementerian tapi upaya di lini sektor tidak ada. Dalam 6 bulan tidak ada gregetnya di setiap sektor, lebih banyak persoalan di kementerian," ujarnya kepada merdeka.com, Jakarta, Selasa (12/5).

Koordinasi lemah dan tak kompak

Sekjen Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yenny Sucipto melihat, Sejauh ini belum ada tanda-tanda perbaikan yang dilakukan pemerintahan yang baru seumur jagung ini. Dia pun membandingkan dengan kinerja pemerintahan sebelumnya di bawah komando Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"SBY mencoba balance antara pertumbuhan di sektoral. Bagaimana mencoba membentengi korporasi dengan sektor masyarakat. Jokowi lebih banyak aksi ke korporasi," jelas dia.

Yenny mengakui masa transisi pemerintahan dan orang-orang baru yang duduk di kabinet ikut menentukan baik buruknya kinerja pemerintah. "Memang ada transisi pemerintah berimplikasi pada perubahan kabinet tapi ini menunjukkan koordinasi lemah dan tidak kompak," ungkapnya.

Tak bisa terjemahkan visi presiden

Sekjen Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Yenny Sucipto ikut komentar mengenai hangatnya isu reshuffle atau perombakan kabinet pimpinan Jokowi-JK.

"Menteri tersebut tidak ada koordinasi sama sekali, seperti jalan sendiri, seakan mereka tidak bisa menerjemahkan Nawa Cita. Dalam hal ini yang harus disalahkan Jokowi memang karena tantangan ini lebih banyak," ujarnya kepada merdeka.com di Kantor Seknas Fitra, Jakarta, Selasa (12/5).

Dia menambahkan perombakan kabinet juga harus menjadi dasar evaluasi untuk menjadi dasar menggenjot triwulan berikutnya.

"Tiga hal yang menjadi titik Nawa Cita terutama bidang ekonomi yaitu perekonomian mandiri, struktur kabinet yang tidak punya pemikiran neolib, desain program harus memunculkan keadilan sehingga tidak ada kesenjangan," tutupnya.

Penyerapan anggaran rendah

Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menilai rendahnya penyerapan anggaran masih menjadi penyakit kambuhan diderita pemerintah setiap tahun. Padahal, berbagai sistem telah didesain guna mendorong percepatan penyerapan anggaran Kementerian dan Lembaga.

Sekedar informasi, penyerapan anggaran pemerintah sepanjang Januari - Maret 2015 baru mencapai 18,5 persen.

Sekretaris Jenderal Fitra Yenni Sucipto mengatakan,  kegagalan menggenjot penyerapan anggaran bakal berakibat pada hilangnya manfaat belanja untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, anggaran sudah teralokasikan menjadi tak termanfaatkan.

"Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan stategis," ungkapnya. "Ketika penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah terjadi infesiensi dan inefektivitas pengalokasian anggaran."

Sengsarakan rakyat

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kinerja menteri-menteri ekonomi pemerintahan Jokowi selama enam bulan ini belum memuaskan. Tim ekonomi Jokowi dinilai tidak mempunyai kalkulasi kebijakan ekonomi tepat sehingga malah berdampak negatif pada masyarakat.

"Kecakapan tim ekonomi ini menjadi persoalan," ujar Direktur Indef Enny Sri Hartati dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (8/5).

Enny menilai Presiden Jokowi laik untuk merombak total menteri-menteri ekonomi pemerintah. "Ketidakadaan kalkulasi kebijakan ekonomi, ini malah memukul daya beli masyarakat. Kemudian memasang target yang ambisius," kata dia.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Jokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023

Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).

Baca Selengkapnya
Prabowo Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 8 Persen, Begini Strateginya

Prabowo Pede Ekonomi Indonesia Tumbuh 8 Persen, Begini Strateginya

Proyeksi Prabowo ini berkaca pada kian meningkatnya daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya
Prabowo Optimis Hilirisasi Dorong Ekonomi Indonesia Tumbuh 2 Digit: Ini Bukan Omong Kosong!

Prabowo Optimis Hilirisasi Dorong Ekonomi Indonesia Tumbuh 2 Digit: Ini Bukan Omong Kosong!

Prabowo bilang proyeksi pertumbuhan ekonomi tinggi ini hasil kajian dari tim khususnya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya

Jokowi Akhirnya Ungkap Tiga Tantangan Besar Ekonomi Indonesia 2024, Ini Detailnya

Tantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bersyukur Pemilu Berjalan Lancar di saat Geopolitik Global Kurang Kondusif

Jokowi Bersyukur Pemilu Berjalan Lancar di saat Geopolitik Global Kurang Kondusif

Dia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.

Baca Selengkapnya
Bertemu Presiden JAPINDA, Jokowi Apresiasi Bantuan Promosi Kerja Sama Ekonomi

Bertemu Presiden JAPINDA, Jokowi Apresiasi Bantuan Promosi Kerja Sama Ekonomi

Jokowi berharap JAPINDA dapat terus mendukung peningkatan investasi dan alih teknologi di sektor ekonomi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Klaim Harga Beras Turun: Coba Cek di Pasar

Jokowi Klaim Harga Beras Turun: Coba Cek di Pasar

"Cek di pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek, sudah turun," kata Jokowi

Baca Selengkapnya
Prabowo Janjikan Pertumbuhkan Ekonomi 8 Persen Jika Jadi Presiden Selanjutnya

Prabowo Janjikan Pertumbuhkan Ekonomi 8 Persen Jika Jadi Presiden Selanjutnya

Untuk mencapai Indonesia emas tahun 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen.

Baca Selengkapnya