Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Purunea, Sedotan dari Rumput Liar Indonesia Dibanggakan Menteri Sandiaga pada Dunia

Purunea, Sedotan dari Rumput Liar Indonesia Dibanggakan Menteri Sandiaga pada Dunia Ilustrasi Sedotan Ramah Lingkungan. ©2019 REUTERS/Yen Duong

Merdeka.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno memperkenalkan, produk sedotan ramah lingkungan saat memberi sambutan di atas podium forum High-Level Thematic Debate on Tourism Sidang Umum PBB, New York. Peristiwa itu pun dibagikan Menteri Sandiaga lewat media sosialnya.

Tampak di video, Menter Sandiaga membawa satu kotak yang berisi sedotan ramah lingkungan itu dan dengan bangga menyampaikan bahwa Indonesia bisa menjadi pionir. Mengganti sedotan plastik dengan sedotan yang ramah lingkungan.

Siapa sangka, sedotan yang tampil di depan negara-negara anggota PBB tersebut terbuat dari rumput liar yang tumbuh di pinggir-pinggir jalan Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.

Dikutip dari Antara, Kamis (19/8), adalah Hartati (43), pemilik Purunea, yang terinspirasi untuk mengangkat tanaman liar purun menjadi produk yang bernilai tambah dan dapat menjadi solusi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Hartati mengenal purun sebagai tumbuhan yang digunakan untuk tali pengikat oleh nenek moyangnya di Belitung. Dengan tekstur memanjang dan kuat, Tati kemudian mencoba berinovasi untuk menjadikan purun sebagai sebuah produk yang memiliki nilai tambah tinggi.

Karena bentuknya yang memanjang, Tati pun terpikir untuk membuat purun menjadi sedotan. Untuk itu, Tati mulai meriset untuk mengetahui bagaimana purun perlu diperlakukan untuk bisa menjadikannya sedotan yang layak pakai.

Menurut Tati, purun merupakan tumbuhan dengan karakter kuat, bagus, dan tidak mudah bocor. Purun yang berbuku-buku di bagian dalam, seperti bambu, dinilai aman digunakan sebagai alat makan atau minum.

Kendati demikian, menyulap bahan baku alam sebagai sebuah produk bernilai tambah bukanlah hal mudah. Namun, Tati tak patah arang. Dia bersama suaminya terus melakukan pencarian agar purun benar-benar dapat digunakan dengan aman sebagai sedotan.

Setelah satu tahun melakukan riset dan pengembangan, Tati pun yakin untuk mulai memperkenalkan Purunea sebagai merek sedotan ramah lingkungan berbahan dasar tumbuhan pada 2019.

Saat itu, Tati menggunakan barang modal seadanya, mulai dari kompor untuk merebus, hingga oven untuk mengeringkan. Dia bahkan membuat sendiri alat potong purun yang digunakannya.

Di awal produksinya, Purunea mendapat sambutan baik dari pasar. Tati pun mengajak ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumahnya untuk bekerja membuat sedotan ramah lingkungan itu.

Dari tangan-tangan 13 pegawainya itu, tak kurang dari 13.000 batang sedotan diproduksi Tati untuk dipasarkan dari rumah ke rumah.

Sayangnya, pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia membuat pesanan Purunea merosot drastis hingga 6.000 batang per hari. Namun, Tati meyakini bahwa produk yang sangat bermanfaat itu akan kembali bersinar.

Seluk Beluk Produksi

Untuk mendapat produk sedotan yang berkualitas, Tati sangat memperhatikan proses produksi dari hulu hingga ke hilir. Mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan.

Tati menyampaikan, purun yang dipilih untuk dijadikan sedotan berasal dari ladang purun di pinggir jalan yang usianya sudah matang atau berumur sekitar tiga hingga empat bulan.

Selain itu, purun yang akan digunakan dipangkas dan bukan dicabut, sehingga sisa tumbuhannya masih dapat tumbuh dan digunakan kembali. Dengan demikian, purun yang dipangkas tidak mengalami kerusakan.

Selanjutnya, purun tersebut dibersihkan dari dedaunan yang melekat untuk kemudian dipotong-potong dengan panjang sesuai kebutuhan konsumen. Kemudian dibersihkan bagian dalamnya yang berbuku-buku dengan menggosok-gosok sampai bersih.

Lalu, untuk menjaga kebersihannya, purun pun dicuci sikat satu per satu, kemudian direbus, dijemur, dikeringkan menggunakan oven, dan terakhir dilakukan penyinaran dengan sinar ultraviolet.

Setelah selesai diproses, selanjutnya dilakukan penyortiran kualitas untuk kemudian dikemas ke dalam dus kotak yang telah disediakan dengan isi 25 batang dan 50 batang.

Tati bersyukur, dia tak pernah menyerah dengan pandemi. Karena upayanya tersebut membuat Purunea semakin dikenal secara luas baik di dalam maupun luar negeri. Saat ini, produksi Purunea mulai naik kembali menjadi 10.000 batang per hari.

Promosi dan Gernas BBI

Tati mengaku tak pernah menyangka bahwa produk besutannya dapat tampil di forum internasional, Sidang Umum PBB. Menurut Tati, hal tersebut merupakan dukungan nyata dari pemerintah kepada pelaku usaha kecil menengah (UKM) nasional untuk semakin maju.

Tati menyampaikan, Menparekraf menunjukkan ketertarikannya terhadap Purunea Eco Straw sejak pertama kali ia perkenalkan ketika Sandiaga melakukan kunjungan kerja ke Belitung.

Saat itu, Sandiaga bahkan langsung memesan 100 box Purunea Eco Straw untuk dikirim ke Jakarta. Sejak saat itu, Tati merasa mendapat dukungan penuh dari pemerintah.

Suatu hari, Tati pun diminta untuk mengirim 10 box produk Purunea ke Menteri Sandiaga, karena akan dibawa ke New York. Selang beberapa hari setelah ia kirimkan produk tersebut, iapun mendapat kiriman-kiriman video Menteri Sandiaga saat memperkenalkan Purunea di podium Sidang Umum PBB, New York.

Selain merasa bahagia, Tatipun terharu karena produk asli buatan putri Belitong dapat diperkenalkan kepada masyarakat internasional.

Dukungan lainnya yang juga dirasakan Tati adalah saat ia diminta mengikuti Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) bertajuk Cahaya Bangka Belitung.

Tati menyampaikan, Gernas BBI adalah wujud dari dukungan Pemerintah Indonesia untuk memperkenalkan produk-produk UKM yang potensial.

Dari mengikuti program tersebut, Tati mendapat pelatihan tentang cara mengelola modal, meningkatkan produktivitas, dan memajukan bisnis.

Dia berharap, Gernas BBI membuat masyarakat Indonesia semakin mencintai produk buatan lokal. Dengan demikian, masyarakat global akan semakin percaya dengan kualitas produk-produk Indonesia.

Adapun salah satu pelanggan setia Purunea yakni sebuah restoran di Belitung bernama The Well Belitung. Co Owner The Well Belitung Aryaesa Nugrahua Latuihamallo mengaku, produk buatan Purunea sejalan dengan nilai perusahaan yang dianut, yakni melindungi bumi.

Menurut Arya, mengganti sedotan plastik dengan sedotan Purunea adalah salah satu cara yang dilakukan The Well untuk mewujudkan.

Purunea dinilai memiliki kualitas yang sangat baik, karena lebih kuat dibandingkan sedotan yang terbuat dari kertas, di mana sedotan kertas cenderung lebih cepat hancur jika didiamkan dalam minuman.

Selain itu, sedotan Purunea juga merupakan produk asli Belitung yang tidak menghasilkan sampah, karena akan hancur dengan sendirinya dalam kurun waktu yang relatif cepat dibandingkan plastik.

Restoran yang berlangganan Purunea sejak awal berdiri tersebut berharap, Tati dapat terus berinovasi untuk menciptakan produk-produk berbahan dasar rumput purun dengan lebih kreatif dan sesuai dengan kebutuhan pasar.

 

(mdk/bim)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Berpartisipasi Promosikan Indonesia, Tolak Angin Sido Muncul Kembali Luncurkan Iklan Pariwisata di Kota Manado

Berpartisipasi Promosikan Indonesia, Tolak Angin Sido Muncul Kembali Luncurkan Iklan Pariwisata di Kota Manado

Sido Muncul berkomitmen untuk memperkenalkan Indonesia ke mata dunia.

Baca Selengkapnya
Wisata Memanjakan Mata di Puncak Tunden Nui dan Majukan UMKM di Desa Brewe

Wisata Memanjakan Mata di Puncak Tunden Nui dan Majukan UMKM di Desa Brewe

Tak hanya indah, Tunden Nui juga membantu perekonomian warga sekitar.

Baca Selengkapnya
Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya

Pulau di Sumenep Ini Bak Surga Dunia tapi Ditinggal Penduduknya Merantau, Intip Potretnya

Banyak warga pulau ini merantau ke kota-kota besar demi mendapatkan penghidupan lebih layak.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
15 Wisata Sumedang Populer dan Tak Boleh Dilewatkan, Pesonanya Manjakan Mata

15 Wisata Sumedang Populer dan Tak Boleh Dilewatkan, Pesonanya Manjakan Mata

Mulai dari wisata alam, budaya, hingga religi, Sumedang menawarkan berbagai pilihan destinasi yang bisa Anda kunjungi bersama keluarga, teman, atau pasangan.

Baca Selengkapnya
17  Wisata Purworejo yang Tak Boleh Dilewatkan, Mulai dari Alam hingga Sejarah

17 Wisata Purworejo yang Tak Boleh Dilewatkan, Mulai dari Alam hingga Sejarah

Mulai dari wisata pantai, gunung, hutan, hingga sejarah, Purworejo menawarkan berbagai macam daya tarik yang bisa memuaskan para wisatawan.

Baca Selengkapnya
Menjelajah Desa Wisata Pronojiwo di Lumajang, Surga Wisata Berlatar Gunung Semeru

Menjelajah Desa Wisata Pronojiwo di Lumajang, Surga Wisata Berlatar Gunung Semeru

Konon desa ini diklaim sebagai "serpihan Surga" di Kabupaten Lumajang

Baca Selengkapnya
5 Fakta Pulau Sempu Malang, Pantai Kecil di Tengah Hutan yang Terlarang bagi Wisatawan

5 Fakta Pulau Sempu Malang, Pantai Kecil di Tengah Hutan yang Terlarang bagi Wisatawan

Siapapun yang nekat wisata bisa dipenjara 10 tahun dan denda hingga Rp200 juta

Baca Selengkapnya
Pameran Wisata di Belanda, Pertamina Gaungkan Desa Wisata Binaan & Produk UMKM Unggulan

Pameran Wisata di Belanda, Pertamina Gaungkan Desa Wisata Binaan & Produk UMKM Unggulan

Partisipasi Pertamina pada pameran di kawasan Eropa ini bertujuan mengenalkan budaya nusantara.

Baca Selengkapnya
Wisata Petungkriyono Indah dan Asri, Suguhkan Pemandangan Memesona

Wisata Petungkriyono Indah dan Asri, Suguhkan Pemandangan Memesona

Petungkriyono memiliki beragam objek wistaa alam yang menarik.

Baca Selengkapnya