Pulihnya ekonomi AS harus jadi momentum pengusaha genjot ekspor
Merdeka.com - Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia ( BNI ) Ryan Kiryanto menyatakan indikator makroekonomi dan pasar keuangan Amerika Serikat hampir seluruhnya menunjukkan perbaikan. Terlihat dari tingkat pengangguran di level 7 persen, indeks Wall Street juga sudah menembus 12.000.
Itu membuat Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Janet Yellen dua pekan lalu menyatakan penarikan stimulus akan berlanjut. Bahkan, ada rencana menaikkan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam yang selama ini mendekati 0 persen.
"Informasi ini saya dapatkan saat bertemu perwakilan The Fed di Jakarta. Kapan anda akan melakukan adjustment (suku bunga), kemungkinan tahun depan, katakanlah April-Juni 2015," ujarnya di sela-sela diskusi "Bangkitnya Ekonomi Global dan Antisipasi Ekonomi Domestik" di kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (25/3).
Adapun penaikan suku bunga The Fed itu akan dilakukan berdasarkan beberapa kriteria. Pertama inflasi di Amerika naik, lalu angka pengangguran turun, menyentuh 6,5 persen.
Bila skenario itu benar-benar terjadi, Ryan meminta pemerintah dan Bank Indonesia (BI) bersinergi untuk mengeluarkan paket kebijakan yang tepat. Pulihnya ekonomi AS justru harus jadi momentum pengusaha dalam negeri menggenjot ekspor.
Sektor riil harus diperhatikan, karena praktis dampak penaikan suku bunga The Fed maupun pengurangan stimulus hanya berpengaruh ke pasar obligasi.
"Yang lebih ribut kan di portofolio, di riil sektor happy-happy saja. Kami di BNI itu punya debitur seneng dengan pulihnya ekonomi AS, bisa kirim garmen lebih banyak ke sana," kata Ryan.
Prinsip paket kebijakan pemerintah dan bank sentral adalah melanjutkan perbaikan struktural yang sampai sekarang belum nampak. Seperti pengurangan impor BBM, atau penguatan industri dalam negeri.
Justru Ryan melihat, pemerintah maupun regulator tak perlu latah ikut mengerek suku bunga perbankan, ketika nanti Amerika menaikkan bunga acuan The Fed.
"Fundamental ekonomi kita harus diperbaiki. Tidak harus menaikkan, menahan (BI Rate) itu malah lebih baik," tandasnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaMenengok Pergerakan Saham Emiten Konsumer di Libur Akhir Tahun & Momen Kenaikan UMP
Selain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum pendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kondisi Ekonomi 2024 Masih Suram, Sri Mulyani Bongkar Penyebabnya
Walau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaDianggap Ambisius, Ganjar Tetap Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen
Kepastian hukum mempermudah jalan menuju pertumbuhan ekonomi 7 persen.
Baca SelengkapnyaKeuangan Masyarakat Sudah Pulih, Kadin Proyeksi Perputaran Uang Selama Lebaran Tembus Rp157,3 Triliun
Dengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaPemerintah Terbitkan Aturan Baru, Diklaim Mampu Tingkatkan Daya Saing Ekonomi Nasional
Tujuan aturan ini untuk memudahkan pelaku usaha dalam mendukung peningkatan daya saing ekonomi.
Baca SelengkapnyaOJK Buka-bukaan Soal Ancaman yang Pengaruhi Kinerja Sektor Keuangan 2024
Salah satunya kondisi suku bunga yang masih di level tinggi, walaupun di proyeksikan tidak akan naik lagi.
Baca SelengkapnyaStaf Ahli Wakil Presiden sebut Ketidakpastian Situasi Politik Akibat Pemilu 2024 Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Nurdin optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 berada pada kisaran 5 persen.
Baca Selengkapnya